Rabu, 15 Oktober 2008

The Transformer


THE TRANSFORMER
(AGEN PERUBAHAN)

Standar dalam dunia berubah-ubah sesuai dengan kondisi zaman dan bukan rahasia umum lagi bila standar itu makin merosot. Dahulu melihat orang berciuman di muka umum merupakan hal yang tabu namun kini kita dapat melihat anak-anak muda tanpa merasa risih bersikap “mesra” dihadapan orang banyak. Dahulu apabila seseorang memiliki anak di luar pernikahan, mereka akan merasa malu tapi kini banyak wanita memiliki anak di luar nikah dan bersikap acuh tak acuh seolah tidak ada apa-apa. Dahulu kita menjunjung untuk menjaga keperawanan atau keperjakaan sampai masuk dalam pernikahan namun kini anak-anak muda berbicara seolah melakukan seks sebelum pernikahan atau saat mereka berpacaran adalah hal yang wajar.
Bagaimana sikap kita sebagai anak Tuhan? Kita harus ingat bahwa kita adalah anak-anakNya dan Ia telah memberikan standar bagi kehidupan kita. Standar Tuhan tidak lekang oleh waktu dan selalu up to date (tidak pernah ketinggalan zaman), hukum-hukumNya kekal.
Sebagaimana telah saya bahas sedikit di atas bagaimana kondisi zaman dimana kita hidup sekarang telah mengalami banyak kemerosotan. Saya banyak menemukan kasus dimana anak-anak muda Kristen hamil diluar nikah, ada yang tetap akhirnya menikah muda, ada yang pasangan prianya kabur dan akhirnya si wanita muda itu menjadi single parent, ada yang dibantu melahirkan bayi tersebut di panti lalu memberikan anak tersebut untuk diadopsi oleh orang lain, dll. Nilai-nilai yang kita dapat dari masyarakat, entertainment, pendidikan dan lain sebagainya seharusnya tunduk pada kebenaran Firman Tuhan, yaitu Alkitab.
Saya sangat sedih sebab ini terjadi juga di lingkungan kita, yang mengaku diri sebagai “orang Kristen”. Padahal bila kita menilik, mengapa jemaat mula-mula di Anthiokia disebut Kristen adalah karena teladan kehidupan mereka yang mengikuti teladan hidup Kristus.
Mari kita lihat apa yang ditulis Lukas di dalam Kisah Para Rasul 11:21 dan 26b,”Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
Seharusnya setiap orang percaya hidup senantiasa dalam pertobatan. Apa arti pertobatan? Dalam bahasa Ibrani, syuv berarti berputar atau berbalik kembali. Mengacu pada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Sedang dalam bahasa Yunani, metanoia dan metanoeo, yang memiliki makna perubahan hati, pertobatan yang nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa pada Allah dan mengabdi padaNya.
Pertobatan merupakan syarat mutlak untuk beroleh keselamatan. Yesus memulai pelayananNya dengan seruan “pertobatan”. Iman dan pertobatan berjalan seiring. Iman terarah kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yang disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah.
Pertobatan bukan hanya sekedar aspek pengakuan dosa tetapi merupakan tindakan berbalik dari apa yang tidak berkenan kepada Allah dan memilih suatu gaya hidup yang memuliakan dan berkenan kepadaNya. Pertobatan bukan sekedar suatu tindakan, tetapi suatu gaya hidup, menanamkan suatu sikap untuk terus menerus berubah sampai kehidupan kita sesuai dengan FirmanNya dan kehendakNya.
Pertobatan dari dosa adalah berpaling dari semua dosa yang diketahui dan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat dosa. “Sifat dosa” telah dikeluarkan dari roh kita. Roh kita telah diciptakan baru di dalam gambaran dan keserupaan dengan Allah. Tetapi masih ada “kebiasaan dosa” di dalam jiwa dan tubuh kita.
Ketika kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan jiwa dan mulai menjalani suatu kehidupan yang bebas dari segala kewajiban untuk taat pada daging, maka kita benar-benar dibebaskan dari roh perbudakan dan keterikatan (Rm 8:13,15)
Ingatlah selalu bahwa pertobatan itu berbeda dengan penyesalan. Sebagai contoh seorang maling yang bertobat, berarti meninggalkan profesinya yang lama karena kesadaran yang terjadi dalam dirinya bahwa apa yang ia lakukan adalah salah, merugikan orang lain, dirinya sendiri dan tidak mempermuliakan Tuhan. Sedang seorang maling yang menyesal belum tentu bertobat, maling yang tertangkap basah dan dihakimi oleh massa, sering meminta ampun dan menyatakan bahwa ia bertobat. Namun apakah ia sungguh-sungguh bertobat? Banyak kali bukan bertobat tetapi menyesal mengapa ketahuan atau tertangkap. Di lain waktu ia akan melakukan hal itu lagi bila ada kesempatan. Pertobatan selalu lahir dari kesadaran yang timbul dari dasar hati.
Inilah pesan Tuhan bagi kita yang hidup di akhir zaman,”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak tahu berterimakasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu, daripada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:1-5)
Saudara-saudaraku, waspadalah terhadap nilai-nilai dunia dan jangan sampai kita terlena. Jangan sampai kita justru mengikuti jalan-jalan yang salah dan terhisap ke dalamnya. Sebab kita dipanggil untuk “make a stand”(menjadi teladan) sebagai terang dan garam dunia. Dunia akan terus hidup di dalam dosa dan mereka tidak memiliki standar yang kekal, namun kita memilikinya. Sebab itu sebagai orang percaya kita harus hidup di dalam kebenaran itu, dunia membutuhkan teladan hidup dan bukan seorang ahli Alkitab yang penuh dengan pengetahuan namun tidak pernah menghidupi kebenaran itu sendiri. Bapa memanggil kita agar menjadi segambar dengan rupa Kristus dan bukan ahli-ahli Taurat pada masa Yesus.
Pesan Paulus pada muridnya Timotius adalah merupakan suara Tuhan bagi kita semua,” Janganlah seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu…bertekunlah dalam membaca Kitab-Kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.”(1 Timotius 4:12-14)
Demikian juga pesan Tuhan kita, Yesus Kristus di dalam Matius 5:13-16,”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terleta di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”
Kita harus sadar bahwa kita hidup di masa akhir zaman dan hanya ada dua pilihan saja, Mengikuti jalan Tuhan atau jalan dunia, tidak ada jalan tengah atau kompromi. Kita harus memilih jalan mana yang hendak kita tempuh. Tuhan Yesus mengatakan,”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14)

Bagaimana kita dapat menjadi agen perubahan (The Transformer) ?

Pertama, Kita perlu melakukan perubahan pola pikir atau paradigma sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasul Paulus pada jemaat mula-mula di kota Roma, dalam kitab Roma 12:2,” Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kmu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Mengapa kita perlu merubah pola pikir atau paradigma kita sesuai Firman Tuhan? Sebab sadar atau tidak, musuh kita, yaitu Iblis telah banyak menanamkan nilai-nilai yang tidak selaras dengan Firman Tuhan. Bilamana kita tidak melakukan cek dan ricek apa yang ada dalam benak kita dengan apa yang dikatakan Alkitab, maka kita akan berada di dalam area berbahaya. Rasul Paulus mengajarkan hal ini pada jemaat mula-mula di Korintus.” (2 Korintus 10:3-5) ,”Memang kami mash hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran kami dan menaklukkannya kepada Kristus.”(2 Korintus 10:3-5)
Standar maupun nilai kehidupan kita akan berubah saat kita merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Kita perlu menyesuaikan kembali nilai-nilai kehidupan kita selama ini, sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak. Bila itu bertentangan, kita buang file-file lama itu dan menempatkan kebenaran itu dalam pikiran kita hingga Kristus sungguh-sungguh memerdekakan kita. Sebagaimana Raja Daud menyatakan,” FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”(Mazmur 119:105) lebih lanjut penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa,”Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran kita.”(Ibrani 4:12)
Pikiran merupakan ajang peperangan rohani yang sebenarnya sebab tindakan kita dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan atau apa yang ada dalam benak kita. Sebab itu Paulus menuliskan pada jemaat di Filipi,”Jadi akhirnya saudara-saudaraku, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, semua yang patut dipuji, pikirkanlah semua itu.”(Filipi 4:8)

Kedua, menjadi pelaku Firman Tuhan. Kita ini sudah terlalu banyak mendengar khotbah, kelas pemuridan, berbagai seminar dan KKR. Kita senang mendengar khotbah terlebih dari para “pendeta selebritis”, bahkan beberapa diantara kita menjadi fans bagi pendeta-pendeta tertentu. Tidak salah mengagumi khotbah seseorang namun tolong jangan jadikan ia “berhala modern”. Bila saya menyampaikan hal ini sebab dulu saya telah mengidolakan beberapa hamba Tuhan sebagai selebritis rohani. Saya tidak meneladani Kristus tetap mengikuti gaya hidup “mereka”. Saudara-saudaraku, jangan sampai kita berdosa mengidolakan manusia lebih dari Tuhan dan jangan sampai kita mendorong saudara kita jatuh dalam kesombongan. Sebab ini merupakan trik “musuh” untuk menjatuhkan kita. Berapa banyak anak-anak Tuhan yang mengidolakan “selebritis rohani”, lalu mereka murtad dan meninggalkan Tuhan saat sang “hamba Tuhan” jatuh dalam dosa. Tahun ini saja, ada banyak hamba Tuhan yang hendak bercerai dengan berbagai alasan, ada pula yang menyatakan diri sebagai gay, ada pula yang terikat pornografi, ada yang memiliki WIL, dll. Saya sedih saat mendengar kejatuhan saudara-saudara saya ini. Namun yang membuat saya lebih sedih lagi adalah kejatuhan anak-anak Tuhan yang murtad dan meninggalkan Tuhan akibat “kejatuhan para hambaNya” ini.
Inilah saatnya bagi kita untuk tidak terus menerus hidup secara kekanak-kanakan di dalam Tuhan. Tuhan tidak memanggil kita menjadi pendengar Firman Tuhan tetapi sebagai Pelaku Firman Tuhan. Saat ini gereja Tuhan dalam kondisi “penyakitan”, bayangkan bila anda makan makanan yang enak dan mengandung kolesterol tinggi setiap hari, dan anda tidak pernah bekerja apalagi berolahraga. Yang anda kerjakan hanyalah duduk menonton TV atau tidur. Dapat dipastikan anda akan menjadi gemuk dan penyakitan. Begitulah kondisi banyak anak Tuhan, rajin mengikuti ibadah gereja, ikut berbagai persekutuan doa, kelas pemuridan (SOM), seminar-seminar dan KKR. Namun hanya senang “mendengar Firman Tuhan”, untuk melakukannya selalu banyak alasan. Akhirnya kita melihat orang Kristen yang pintar membedah Alkitab dan dapat mengucapkan “kata-kata yang tepat sesuai Alkitab” namun sesungguhnya “tong kosong nyaring bunyinya”. Saat badai kehidupan yang sesungguhnya menerpa hidupnya, maka “warna aslinya” nampak. Sebagaimana yang Yesus sampaikan sebagai pesan terakhir Khotbah Di Bukit,” Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKU ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angina melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”(Matius 7:24-27)
Guys, Tuhan ingin kita menjadi pelaku Firman Tuhan. Saya sendiri sudah capek main gereja-gerejaan. Aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan itu baik, tetapi jauh lebih baik dan berdampak bila kita mulai mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Aktivitas pelayanan yang padat tidak merubah anda menjadi serupa dengan Kristus, tetapi membuat anda menjauh dari Tuhan. Ada saatnya kita mendengar pengajaran dari orang lain, ada saatnya kita melayani sesama namun ingat ada juga saat dimana Tuhan menghendaki kita untuk diam di kakiNya seperti Maria. Mengerti apa yang Ia kehendaki atas hidup kita dan lalu mengerjakannya sesuai perintah Tuhan. Bukan asal sibuk tetapi bekerjalah bagi Tuhan dengan berhikmat. Berapa banyak rumahtangga hamba Tuhan hancur akibat kepadatan “pelayanan”? Berapa banyak hamba Tuhan berselingkuh akibat “jarang bertemu pasangan” atau mengalami kejenuhan? Ingatlah mengetahui kebenaran akan sia-sia saja bila kita tidak mempraktekkannya dalam hidup kita sendiri. Saya dapat saja mengkhotbah hal-hal yang benar dan dengan cara yang menggugah umat Tuhan. Namun semuanya akan menjadi sia-sia, bila saya sendiri tidak mempraktekkannya.
Paulus menyampaikan pesan bagi jemaat di Filipi,”Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”(Filipi 4:9).
Seorang pakar komunikasi menyampaikan bahwa bila kita hanya mendengar khotbah kemungkinan besar hanya 10% saja yang tetap ada di dalam benak kita setelah acara ibadah selesai. Bila kita mendengar dan mencatat, 40%, dari apa yang disampaikan masih nyantol di otak kita. Namun bila kita bukan saja mendengar, mencatat dan merenungkan kembali Firman Tuhan, kita bertindak lebih lanjut dengan melakukannya maka 90% dari apa yang dikhotbahkan menjadi bagian hidup kita. Bila anda ingin lebih progress atau maju, maka sebaiknya anda memuridkan orang lain sesuai Amanat Agung Tuhan Yesus, saat kita mengajarkannya pada orang lain maka akan meningkat menjadi 95%. Anda mau bertumbuh secara optimal? Maka mulailah menjadi pelaku Firman Tuhan. Dengarkan kebenaran Firman Tuhan, catat, renungkan kembali, praktekkan dalam hidup sehari-hari dan muridkan orang lain (mulai dengan pasangan hidup kita dan anak-anak atau anggota keluarga yang lain). Takut akan Tuhan harus dimulai di rumahtangga kita terlebih dulu, jadilah teladan bagi keluarga kita. Bila hal itu sudah teruji di dalam keluarga maka hal tersebut menjadi hal yang natural di dalam masyarakat.

Ketiga, menjadi seorang pembelajar atau murid Kristus. Setiap hari kita harus datang pada Tuhan, belajar dariNya dan terus bertumbuh sebagai anak Tuhan. Nabi Yesaya menyatakan,”Tuhan telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4)
Banyak sekali kutemukan anak-anak Tuhan yang punya mentalitas cepat puas. Saat saya menggembalakan sebuah sidang jemaat di Surabaya, kadang saya jengkel pada salah satu staf gereja. Ia telah menyelesaikan Sekolah Alkitab dan lalu ia merasa bahwa tidak perlu lagi belajar. Ia berpikir bahwa ia sudah tahu segalanya. Kalau mentalitas ini ada dalam benak anak-anak Tuhan ini sangat berbahaya. Bila kita berpikir bahwa Gembala Sidang atau mereka yang ditahbiskan sebagai Pendeta saja yang perlu mempelajari Alkitab maka celakalah generasi kita ini. Tuhan memanggil kita semua untuk menjadi murid-muridNya. Seorang murid punya kewajiban untuk terus belajar. Untuk dapat bertumbuh dewasa di dalam Tuhan, kita perlu terus belajar. Milikilah rasa haus dan lapar akan Tuhan, jadilah pemburu Tuhan.
Sebagai seorang murid Kristus kita harus mengerti tujuan hidup mengapa kita diciptakan oleh Tuhan. Kita terlahir di dunia bukan karena kebetulan tetapi karena ada tujuan ilahi bagi hidup kita. Sudahkah anda mengetahuinya? Bagaimana cara mengetahuinya?

Ada 7 kunci mengetahui tujuan hidup kita:

1.Kita harus tahu bahwa Tuhan kita adalah Allah yang memiliki tujuan.
2.Segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki tujuan. Allah menciptakan segala sesuatu dengan suatu tujuan.
3.Tidak semua orang mengetahui tujuan mereka ada di dunia.
4.Bila kita tidak memahami tujuan maka akan terjadi pelecehan fungsi. Hidup sembarangan.
5.Untuk memahami tujuan, kita perlu bertanya pada sang Pencipta. Melalui doa, pembacaan Firman Tuhan, mendengar khotbah, dll.
6.Untuk memahami tujuan kita perlu menyelidiki pemikiran dari yang mencipta. Kita perlu mulai merenungkan setiap kebenaran dan menemukan rencana Tuhan atas hidup kita.
7.Tujuan adalah kunci pencapaian dan keberhasilan. Bila kita telah tahu panggilan Tuhan atas hidup kita maka kita akan lebih selektif melayani Dia (tidak menerima semua pelayanan [apa saja] yang ditawarkan, don’t become god) tanpa mengabaikan hubungan pribadi denganNYA dan keluarga kita.

Tuhan ingin anda menjadi agen perubahan, pengaruh positif di lingkungan dimana kita tinggal, bekerja, sekolah dan beraktivitas sehari-hari. Anda terlahir untuk menjadi berkat bagi tubuh Kristus. SEkarang semuanya ada dalam tangan anda, maukah anda menanggapi panggilanNya, menjadi teladan yang hidup dan agen perubahanNya?
Tuhan tidak mencari mereka yang pintar, tampan, berkharisma dan lain-lain tetapi Ia mencari mereka yang mau memberikan dirinya total bagi kemuliaanNya.

“Suara Tuhan berkata:Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8)

Siapkah kau hari ini berubah di dalam Tuhan untuk menjadi agen perubahan???

Minggu, 12 Oktober 2008

KEJUJURAN


Kejujuran

Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya (Amsal 2:7)


Suatu hari kami tengah berbelanja di supermarket, seperti biasanya kami membayar sejumlah uang sesuai tagihan kasir. Setelah meninggalkan kasir, kuhitung kembali uang kembalian sambil melihat struck belanjaan. Lalu kutersadar,”Lho, mengapa kembaliannya banyak?” Segera dalam batinku timbul peperangan, suara pertama berbisik,” Itu berkat, bukan salahmu, ambil saja.” Namun ada suara ke dua dalam hatiku,”Kembalikanlah uang itu, kasir itu sudah letih hingga ia melakukan kesalahan, kasihan gaji dia akan dipotong.” Saat itu uang keluarga kami sudah mulai menipis, hingga aku sungguh-sungguh bergumul. “Aku ambil saja atau aku kembalikan ya? Tuhan, Kau tahu sejumlah uang ini sangat berarti bagi keluarga kami. Namun di sisi lain uang ini bukan hakku.”
Akhirnya aku memilih taat pada Tuhan, aku kembali ke kasir dan menjelaskan padanya bahwa uang kembalian yang ia berikan padaku terlalu banyak. Ia sangat terkejut dan tidak habis-habisnya mengucapkan terimakasih. Sang manager datang dan menanyakan apa yang terjadi dan kuterangkan kejadiannya. Dia mengucapkan banyak terimakasih dan juga sekaligus menegur kasirnya agar lebih berhati-hati.
Aku mungkin tidak dapat menikmati “uang panas” itu tetapi hatiku penuh sukacita sebab aku bisa menjadi berkat bagi sesama dan terlebih lagi mentaati Tuhan. Firman Tuhan menyatakan agar kita jangan menghendaki harta milik orang lain.
Ketika anda diperhadapkan pada suatu masalah, bagaimana sikap anda? Apakah anda mau menaati Firman Tuhan atau kita mengambil cara dunia? Semua pilihan ada dalam tangan kita, namun percayalah saat anda memilih untuk taat pada Tuhan, Ia pasti akan membuka jalan bagi anda.

Doa: Tuhan, ajar kami untuk senantiasa mengikuti langkahMU. Amien

FT: Amsal 2:1-14

Selasa, 07 Oktober 2008

DUNIA LAIN


DUNIA LAIN (HALLOWEEN & ASTROLOGI)


Halloween sejak beberapa tahun ini telah menjadi acara yang dinanti-nanti dan diminati oleh kawula muda kota-kota besar. Banyak sekali yang menganggap tidak apa-apa mengikuti acara ini hanya untuk sekedar “fun” saja namun sebenarnya ada yang lebih dalam lagi mengenai Helloween bukan hanya sekedar menonton film horror, berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain untuk mendapatkan kue, permen dan coklat , berkostum ala vampire atau mummy atau penyihir dll.
Selayaknya bagi kita sebagai anak-anak Tuhan untuk tidak langsung mengikuti suatu trend tanpa mempelajari dahulu apa makna dibalik trend tsb.
Maka kita akan sama-sama belajar saat ini apakah sebenarnya Helloween itu, darimana asal-usulnya dan apakah Helloween layak diikuti oleh seorang anak Tuhan.

Halloween = upacara persembahan kepada dewa kematian

Kata Halloween sebenarnya merupakan istilah yang berasal dari kata All Hallow ‘s Eve atau All Hallow’s Day. Istilah ini muncul pada tahun 835 Masehi yang mulanya ditujukan untuk memperingati “orang-orang suci” yang jatuh pada tanggal 1 November.Dalam Ensiklopedi Britannica menyebutkan bahwa Halloween dan upacara sejenisnya telah ada sebelum kekristenan dikenal.
Dalam catatan sejarah gereja Eropa tercatat bahwa Halloween telah menjadi sebuah perayaan yang istimewa bagi nenek moyang suku Kelt (Orang Keltik).Suku ini merupakan bangsa Arya pertama yang datang dari Asia ke tanah Eropa dan menghadirkan keyakinan terhadap bermacam-macam dewa alam.
Mereka memiliki kemiripan dengan agama Hindu. Di dalam suku ini terdapat kelompok Druid, yang sama kedudukannya dengan Kasta Brahma dalam agama Hindu. Bangsa Kelt dan kelompok Druid ini hidup di Irlandia.
Suku Kelt ini memiliki tiga dewa besar, Dewa Binatang (dlm Hindu, Pasupati); Dewa Matahari (dlm Hindu, Savitri) dan Dewa Kematian (dlm Hindu Samhain).Bagi Dewa Binatang maupun Dewa Matahari digambarkan sebagai manusia bertanduk, upacara bagi keduanya diperingati pada tanggal 1 Mei. Sedangkan bagi Dewa Kematian diperingati pada tanggal 31 Oktober.
Secara khusus, sekte ini merayakan ketiga dewa itu dalam bentuk festival yang biasanya jatuh pada musim dingin dan menyertakan manusia sebagai persembahannya. Menarik untuk dicatat bahwa pelaksanaan upacara ini dilakukan di bawah naungan pohon besar (biasanya pohon oak) atau di dalam lingkaran batu-batu. Ada banyak bangunan lingkaran batu di daerah Inggris dan Eropa barat. Yang paling terkenal adalah Stonehenge di Salisbury Plain,Wiltshire,Inggris. Dan terdapat bukti-bukti nyata bahwa pengorbanan manusia umum dilakukan di tempat tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan diketemukannya 350 lebih kuburan yang berada disekitar tempat tersebut.
Dua karakteristik utama dari upacara Halloween adalah penyalaan api unggun (yang dikenal dengan bonfires) dan kepercayaan bahwa pada malam Halloween (31 Oktober) tersebut roh-roh dan hantu dari orang mati serta penyihir-penyihir bergentayangan.
Setiap 1 November, Para Druid mengadakan festival besar untuk merayakan pergantian musim serta mengucap syukur untuk hasil panen. Pengikut Druid juga percaya bahwa festival ini (31 Oktober) Dewa Kematian yang disebut Saman akan memanggil roh-roh jahat yang selama 12 bulan sebelumnya (dari tanggal 1 November tahun sebelumnya sampai 31 Oktober tahun berikutnya) dikutuk untuk mendiami tubuh binatang-binatang. Jadi sangat jelas Halloween merupakan suatu upacara keagamaan Druid. Bahkan sampai saat ini di beberapa daerah di Irlandia, setiap 31 Oktober dirayakan sebagai hari Oidhche Shamhna. Upacara Halloween ini juga mirip dengan upacara keagamaan Romawi kuno untuk menghormati Dewa Pamona yang dirayakan setiap 1 November.
Sebagai catatan, Dewa Kematian Druid dikenal dengan nama Saman, Shamhan,Samana, Shamhain, atau Samhain. Kita mengenal sosoknya sebagai Malaikat Pencabut Nyawa, budaya yang lebih modern menyebut dia, Grim Reaper atau Malaikat Maut, yang digambarkan sebagai hantu berbentuk kerangka dengan jubah dan membawa arit besar ditangannya.
1 November dikenal juga sebagai hari raya tahun baru Bangsa Kelt. Hari tersebut disebut sebagai hari kematian karena pada hari itu suhu udara turun dengan drastis, daun-daun pohon berguguran dan malam lebih panjang dari siang. Mereka percaya bahwa Dewa matahari mereka, yang bernama Muck Olla, berkurang kekuatannya dan Dewa Kematian,Saman, menjadi lebih berkuasa. Mereka percaya bahwa pada hari itu Dewa Kematian memanggil roh-roh jahat keluar dari tubuh hewan-hewan yang mereka diamiselama 12 bulan sebelumnya. Dipercayai bahwa untuk menyenangkan Saman, dan mencegah roh-roh jahat tersebut melukai orang-orang yang masih hidup, maka para pendeta Druid mengadakan upacara penyembahan berhala dimana hewan, ternak, dan bahkan manusia dikumpulkan dalam sebuah kandang dan kemudian dibakar sampai mati.
Mereka juga meyakini bahwa 31 Oktober merupakan malam tahun baru mereka, yang notabene menandai awal musim dingin.
Para penganut Druid percaya pada “malam tahun baru” ini, mereka yang terdiri atas hantu, roh jahat, para tukang sihir, Gobins atau roh pengacau serupa manusia buruk rupa, kucing hitam, peri-peri dan segala makhluk yang mengerikan akan berkeliaran malam itu untuk menghormati Dewa Kematian.
Suku Kelt ini percaya bahwa pada malam itu “semua hukum ruang dan waktu dihentikan selama satu hari, sehingga memungkinkan dunia roh berbaur dengan dunia manusia yang masih hidup”. Menurut keyakinan kepercayaan mereka ini, pada suatu hari roh-roh gentayangan dari semua manusia yang telah mati sepanjang tahun akan kembali mencari tubuh manusia untuk disusupi. Mereka meyakini bahwa hal ini merupakan satu-satunya cara untuk menjalani hidup sesudah kematian.
Mereka yang mempercayai hal tersebut, dan tidak ingin disusupi atau dirasuki roh jahat, pada malam 31 Oktober para penduduk setempat memadamkan api di rumah mereka, dengan harapan badan mereka menjadi dingin dan tidak diinginkan oleh para roh jahat tersebut. Kemudian mereka akan berpakaian ala hantu dan berpawai dengan gaduhnya di sekitar tempat tinggal mereka seramai mungkin untuk menakut-nakuti roh-roh jahat yang mencari tubuh-tubuh untuk dirasuki. Sekelompok kecil orang Druid mengenakan kostum, berjalan dari rumah ke rumah menyatakan permintaan mereka dengan ancaman yang menakutkan. Dan menaruhkan benda-benda berupa lentera dari labu yang diukir seperti wajah orang yang sedang menyeringai dan diberi lilin di dalamnya.Terkadang lilin itu terbuat dari lemak manusia dan pintu-pintu ditetesi darah manusia.Orang-orang yang berjalan ini meminta uang yang tak lain sebagai persembahan untuk setan.

ASTROLOGI, APAKAH ITU?

Astrologi merupakan ilmu yang mempelajari pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang, yang dipercaya membawa pengaruh kepada kehidupan seseorang, dan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan orang itu. Astrologi mencoba mengungkapkan peristiwa apa yang telah dialami seseorang dan meramalkan masa depan orang itu dengan cara meneliti letak dan gerakan relatif benda-benda di langit. Astrologi bukan saja meramalkan masa depan seseorang tetapi juga meramalkan karakter atau keberuntungan orang itu.
Ilmu astrologi tidak didasarkan pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan (scientis), pada prakteknya astrologi memakai ilmu pengetahuan sejati astronomi untuk memperlajari benda-benda langit. Para ahli astrologi menganggap langit sebagai sebuah lingkaran besar yang disebut zodiak dan terbagi menjadi duabelas bagian yang sama besar.
Duabelas lambang zodiak yang banyak dikenal orang itu adalah: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces. Di samping itu astrologi juga mengenal 7 lambang untuk benda langit, yaitu Saturnus, Yupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, dan Bulan. Gambar peta langit merupakan salah satu diagram astrologi yang berbentuk lingkaran dan terbagi dalam 12 sektor sesuai dengan zodiak. Dalam tiap sektor tercantum berbagai kondisi kehidupan; seperti: harapan dan persahabatan, kemitraan, kematian dan warisan, persaudaraan, layanan dan kesehatan, pengetahuan dan keuangan, dsb. Diagram tsb digunakan untuk mengemukakan suatu horoskop.
Astrologi berasal dari Mesopotamia daratan di antara Sungai Tigris dan Eufrat, daerah asal orang Babel kuno(kini Irak Tenggara). Astrologi berkembang sejak zaman pemerintahan Babel kuno, kira-kira tahun 2000 S.M. Waktu itu para ahli astrologi hanya mengenal 5 planet, yaitu Yupiter, Mars, Merkurius, dan Venus. Ramalan zodiak merupakan bukti perkembangan ilmu ini.Asalnya Zodiak dikembangkan di Mesir, kemudian 1000 S.M. diambil alih oleh orang Babel.
Charles Strhumer, seorang ahli astrologi yang telah bertobat menyatakan,” Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa ketika mereka berpaling kepada astrologi, mereka sebenarnya berpaling meminta nasihat dari dewa-dewa zaman dulu yang dipuja dalam agama yang bersifat politheisme.”
Astrologi nampaknya ilmiah, buku astrologi banyak berbicara tentang pengaruh planet-planet dan bintang-bintang dalam kehidupan umat manusia. Namun apabila kita membaca teksnya secara mendalam, kita akan menyadari bahwa kita bukan sedang menafsirkan planet-planet, melainkan menafsirkan dewa-dewa yang diberi nama sesuai dengan nama-nama planet.Dikatakan bahwa planet Saturnus dapat mempengaruhi orang-orang berbuat jahat dan menimbulkan hal yang menegangkan.Namun sifat-sifat itu bukan milik suatu planet namun Dewa Saturnus dari mitologi Romawi Kuno yang digambarkaan sebagai kekuatan pada zaman purba yang menakutkan dan jahat.
Astrologi bukanlah astronomi, astrologi mempergunakan ilmu astronomi dan menggabungkannya dengan mitologi Yunani dan Romawi kuno.Sistemnya bukanlah berdasarkan pada sifat-sifat fisik dari planet-planet itu tetapi pada perbedaan-perbedaan, sifat-sifat dan batas-batas yang sangat buruk dari setiap dewa dalam lingkungan politheisme astrologi.

BAGAIMANA KITA MENYIKAPINYA?

Untuk dapat menyikapi segala sesuatu yang terjadi maka kita gunakan standar yang tak pernah salah yaitu Alkitab. Rasul Petrus berkata,”Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaumaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”(1 Petrus 5:8). Rasul Paulus berkata pada jemaat di Tesalonika,”Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”(1 Tesalonika 5:21)
Di dalam Perjanjian Lama, kitab Ulangan 12:29-32 , “ Apabila Tuhan,Allahmu, telah melenyapkan dari hadapanmu bangsa-bangsa yang daerahnya kaumasuki untuk mendudukinya, dan apabila engkau sudah menduduki daerahnya dan diam di negerinya, maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap Tuhan,Allahmu; sebab segala sesuatu yang menjadi kekejian bagi Tuhan, apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka. Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.”
Referensi baca juga Ulangan 13:1-18.

Sabtu, 04 Oktober 2008

THE NEW YOU



Artikel yang ditulis oleh sobatku, Milt, ini bagus sekali untuk kita renungkan bersama. Let’s keep growing and winning in Christ.
Dave

The New You
(Excerpt taken from the new book: "The Butterfly in You")
Many Christians actually believe that they are dirty rotten sinners and they are here on earth to survive as best they can until they die and go "home" to heaven. I have even heard believers, when confronted with their true identity in Christ, retort by saying that their true identity is Sinner!
Sinner or Saint?
What about you, dear reader? Do you also believe that you are a sinner? Well, if you do, I am here to prove you wrong. You were a sinner, but now you are a saint.
But God demonstrated his own love toward us, in that while we were yet sinners, Christ died for us (Rom. 5:8).
Notice the phraseology in this scripture: "while we were yet sinners." Christ died for us when we were sinners. But we are no longer sinners. We were at one time. That's when he died for us, when we were still in that state. But now we are different. Now we are in a new place. Now we are in Christ and Christ is in us. Oh yes, it's true that we may sin at times. But we are no longer sinners. We no longer have a sin nature. We have been freed from the power of sin. Now we can choose to sin or not to sin. We are no longer slaves to sin. The old man has been crucified with Christ. Sin no longer has any power over us. This is the wonderful message given to us by Paul in Romans 5, 6, and 7.
When the Saints Come Marching In
So, if you are no longer a sinner, then what are you? You are a saint! The Bible says that you are a "holy one." This may be hard for you to accept at first. But it is the gospel truth. You don't have to be "canonized." If you are a believer in the Lord Jesus Christ, then you are already a saint.
But you may be wondering about all those bad things you have done. A saint wouldn't do those things. How could this be? Let me tell you what a saint is and how it is possible that you have become one.
The word "saint" literally means 'a holy one.' But what does it mean to be holy? The term "holy" means to be separated or set apart to God and his purpose. Whatever is holy is no longer common but is now "special" in the sense of being separated for God. Because of what Jesus accomplished on the cross, you have been separated and set apart for God. You are his possession. You are a holy one. It doesn't depend upon what you do. It depends upon what he already has done. That is something called grace.
Grace or Law
For the law was given through Moses; grace and reality came through Jesus Christ (John 1:17).
Many Christians believe that they are still dirty rotten sinners and they therefore need to repent every minute of every day. These believers still live under a mountain of guilt from their past. They have not fully received the completed work of Jesus Christ that he accomplished on the cross. They somehow believe that his work on the cross is incomplete. When he said, "It is finished," he was just kidding. Now we, the sinners, must atone for our own sins by repenting, repenting, repenting, ad infinitum. These poor Christians are still functioning under the Old Covenant law of Moses. They are still living in condemnation and guilt.
There is now then no condemnation to those who are in Christ Jesus. For the law of the Spirit of life has freed me in Christ Jesus from the law of sin and death (Rom. 8:1, 2).
These believers either have never read or they have never understood the message of the letter to the Hebrews. In chapter ten, the writer deals with this issue of sin (and sacrifices for sin, i.e. "repentance") once and for all.
For by one offering he has perfected forever those who are being sanctified. And the Holy Spirit also testifies to us, for after having said, 'This is the covenant which I will covenant with them after those days, says the Lord: I will impart my laws upon their hearts, and upon their mind I will inscribe them,' He then says, 'And their sins and their lawlessness I shall by no means remember anymore' (Hebrews 10:14 - 17).
The problem is that even though God has forgotten our sins, we have not. Many cannot completely receive God's forgiveness and so feel that they need to do something to pay for the sins themselves. Sorry. That's not God's way. He already did all the work and paid the price for your sins. You are forgiven. You are clean. You are holy. Not because of your holiness but because of his. Now, he is your holiness.
Many Christians have still only believed in the baptism of John (the Baptist) which is a baptism of repentance. They have not moved on to the baptism of Christ. Paul ran into a group of believers like this in Ephesus (see Acts 19: 1-7). We don't want to hang onto John once we have met Jesus.
The Need for Repentance
Now please don't misunderstand me. I am not saying that there is never a need for a Christian to repent. Actually, the term "repentance" in the original language means "to turn." We should be constantly turning to the Lord. There are times in our lives when we have sinned and turned away from the Lord and we definitely need to repent (turn back to him). But the focus should always be him, not the sin. If we are always thinking about not sinning, guess what we will do. Sin.
We want to see as he sees. And he sees us as holy, blameless, and above reproach (Eph. 1:1 - 4).
This is why Paul uses the term "saints" to greet the believers in the various churches (See: 1 Cor. 1:2; 2 Cor. 1:1; Eph. 1:1; Phil. 1:1; Col. 1:2).
The Two Men
You need to be able to see yourself from God's viewpoint. His perspective is really the only one that counts. Wouldn't you agree? So the key here is to capture his perspective on your identity.
As far as God is concerned, there are only two men in the whole universe. Those two men are the first Adam and the last Adam.
So also it is written, 'the first man, Adam, became a living soul. The last Adam became a life-giving spirit' (1 Cor. 15:45).
You were originally born into the first Adam. You were part of Adam's race. You were born a sinner. But then you received Christ and were transferred from the 'old' humanity to the 'new' humanity. You were brought from the first Adam to the last Adam, who is Christ. Now you no longer have any identity in the first Adam. Your only identity now is in Christ. You are part of the "new Creation." You are a member of the "new man."
Your identity is now based on that of the new man, the last Adam, who is Christ. You are now dead to the first Adam. You can no longer take the thoughts, feelings, attitudes, actions, and lifestyle from that old race. It just doesn't fit who you are. And if you try to do that, it just won't work because you no longer belong to that race. Yet, we all try to do that, don't we? We all still believe that our identity is based upon the first Adam. Let me ask you a series of five questions to prove my point. Answer them as honestly as possible.
1.Do you believe that your identity is determined by what you do? Does doing determine being? Does your career define you? Does what you do every day determine who you are? Remember the age-old question: "What do you want to be when you grow up?"
2.Do you believe that your identity is established by your relationship to other people? Are you a mother or a father? Are you a husband or a wife? Do these relationships define who you are? Ever heard of the "empty nest syndrome"? This is when a woman (or man) becomes emotionally distraught and depressed because her children have grown and left the home. Her whole identity was wrapped up in her kids.
3.Do you believe that your identity was given to you by your parents? "I have become my mother!" is an exclamation that women sometimes make. And men say, "I have become my father!" Are you the sum total of how you were raised? Do genetics determine who you are?
4.Do you believe that your circumstances determine your identity? You have been burned and abused by other people, even by other Christians. You have gone through some hard times financially. You lost three jobs and your wife left you. Are these circumstances who you are? Are you a helpless victim of your environment?
5.Do you believe that your decision determines your identity? You have (perhaps) made many mistakes in your life. Does that mean you are a failure? Do your choices determine who you are?
Is it not true that most of us derive our sense of identity from one or more of these five areas? But don't be fooled. None of these things define who you are. You are now part of a "new humanity," the last Adam. All of your identity comes from that new position.
Written by Milt Rodriguez
The above article was taken from the new book: "The Butterfly in You".