Kamis, 27 Oktober 2016

Lonely for a Friend? Here's One Thing That Might Help

Lonely for a Friend? Here's One Thing That Might Help

In my early adulthood years, I struggled desperately with loneliness. Around our first wedding anniversary, my husband accepted a church staff position in the town where we'd attended college, so we moved, bought a house, and a few years after that, had the first of our three children. My college friends were scattered, my best friend from high school and her husband had moved across the country, and I was left trying to form adult friendships in the town I'd known only as a college student.

I didn't try very hard, if you want to know the truth.
We lived in that town for seven years and those were some of the loneliest years of my life. I'm not sure that I had a single friend, at least one that I felt comfortable calling to take care of my kids if I came down with anything more serious than a cold. That was my litmus test--Who would I call in an emergency? Who would I call if I needed something? The answer was a shrug, which always elicited a pang in my heart. Friendship--or the lack thereof--became a source of insecurity, pain, and even shame for me.

I now see that a portion of that loneliness was God's work: He allowed those seasons of relational dryness so that I wouldn't put anyone else in His place, so that I would rely on Him to meet my deepest needs. Through loneliness, He forged my dependence on Him.

I also see so clearly now, looking back at those years with matured vision, that I was insecure and nervous and arrogant. I recognize that I actually had seedling friendships during the very times I was in tears over my want. I couldn't name my friends then because I couldn't see them, but I can name them now: Ashley and Jamee and Niki and Kelly. Ashley and I had a raw conversation about our children at the pool one day that swung wide the door for friendship. Jamee and I had a standing playdate. Niki offered me encouragement when I needed it, and Kelly was always so easy to be with. But I wasn't satisfied, to be honest. I wanted something more, while at the same time doing nothing to have more.

I can also now understand why I couldn't see those friendships for the gifts they were--because my vision was blurred by my idealistic standard of that One True Friend to Rule Them All. My own dream, though it seemed beautiful and attainable, was actually piercing me through. My dream by its very nature held prerequisite stipulations: my One True Friend needed to live in my town, attend my church, be married and have children, have a husband whom my husband liked, and be a friend who empathetically understood the demands ministry placed upon us. My friendships were the equivalent of Jerry's dating rotation on Seinfeld: I rejected perfectly good seedling relationships because of ridiculous and petty details such as Man Hands. Or, in my case: age, marital status, or a so-so conversation.

When we hold an ideal of friendship in our minds--who it will be, what they will be like--we hold a standard above the heads of real women God has placed in our lives, and then we wonder why we're constantly disappointed and bitterly lonely.

Are you feeling lonely? I would tell you what I wish someone had told me in my early adulthood years: cross categories. What I mean by that is we must drop the mental picture of what our friends should be like. Why do we assume our friends must be in our same life stage, have the same marital status, and understand all the nuances of our lives? Those categories, if we let them, only serve to cage us in and cultivate our loneliness more.

So why not cross categories? Ask a woman 20 years your junior or senior out for coffee. Strike up a conversation after church with a woman with a different marital status than you. Ask a new mom to come hang out with you and your teenagers. Spend time investing in a teenager. Befriend a woman of a different race.

In order to cross categories, we have to realize it's going to be inherently challenging, therefore we must cross boundaries with compassion instead of standards of expectation. As a married person, I don't understand what life is like for my single friends, and I shouldn't pretend to know or have the answers. As a white woman, I don't understand everything about what life is like for my black friends. But I can ask good questions. One of the best ways to cross categories is to arm yourself with a simple question: "Will you tell me more?" Tell me more about what it's like to parent a child with special needs. Tell me more about what it's like to be in the military. Tell me more about what it's like to be an immigrant.

For those who are willing to cross categories with compassion, there are rich opportunities available for friendship. It took me a long time to figure this out, but I finally did. I no longer seek a One True Friend to Rule Them All; I found that holding a standard above other women's heads only increased my own loneliness and frustration. Those standards were actually acting as blinders to the women standing right in front of me.

If loneliness is an ongoing pattern for you, I wonder what's keeping that pattern in place? Could it be your perspective on who are potential friends? What might happen if you crossed categories with compassion?

I Have Made a Way

Apostle Colette Toach

I Have Made a Way

For I have parted the waters before you and I have made a way for you through the desert. I have laid out a plan for your life long before you were born. You were born with a purpose and called as one of my children to reign and to rule.
So do not get discouraged as you are faced with obstacles on your path but know that every single one serves a perfect purpose. For every mountain you climb will give you strength and through every river you cross you will gain understanding.
Rest in me my child and know that I have laid out a way ahead of you. There is nothing that is impossible for me. I will make a way for you where no way was before because that is were I planned you to walk. It is not the road that everybody walks but it is the road that I have specifically designed for you.
As you trust me and follow my lead, you will blaze a trail for many to follow.

Sesal yang Terlambat



Hasil gambar untuk eko srimulat
Sesal yang Terlambat

Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:20b)

Saat saya tengah menonton acara TV, saya terkejut ketika mendengar salah satu anggota grup lawak Srimulat tengah bergulat dengan sakit komplikasi. Eko Srimulat merupakan bagian legenda hidup dari grup lawak yang sudah eksis sejak saya masih kecil. Dalam acara tersebut dia menghimbau agar setiap orang menjaga pola makan dan hidup, dia menyesali akibat kelalaiannya kini ia menderita begitu banyak penyakit dan terakhir ini ia mengalami gagal ginjal hingga harus melakukan cuci darah.
Saya pikir bukan saja Eko Srimulat tetapi banyak sekali orang percaya bahkan pelayan Tuhan yang tidak menjaga pola makan. Bila kita dijamu makan, terlebih makanan enak kita lupa untuk menjaga pola makan dan mendahulukan apa yang enak di lidah dan perut. Hingga akhirnya kita jatuh sakit karena rakus, ada yang tiba-tiba kumat darah tinggi, asam urat, jantung, diabetes dan lain-lain. Belajarlah menguasai diri, makanlah secukupnya.
Tuhan menghendaki kita mempermuliakan Dia dengan tubuh kita juga. Tubuh kita merupakan bait atau rumah Tuhan. Selain menjaga disiplin rohani seperti berdoa, membaca Alkitab dan bersekutu dengan saudara seiman. Kita juga harus tetap menjaga kesehatan kita dengan mengatur pola makan, olahraga dan istirahat yang cukup. Hal ini memang terbatas gunanya tetapi diperlukan agar selalu fit dalam tugas pelayanan. Meski pun kita banyak berdoa dan mempelajari Alkitab, kita tidak akan pernah dapat jadi saluran berkat yang optimal bila kita sendiri sakit.
Sebab itu jangan sampai timbul penyesalan setelah sakit parah. Kita bisa belajar dari kasus Eko Srimulat. Harta sebanyak apapun menjadi sia-sia bila kita sakit, banyak orang hartanya habis untuk pengobatan. Saat ini marilah jaga kesehatan dan gunakanlah harta yang ada untuk mempermuliakan Tuhan. Bersyukurlah senantiasa bila saat ini kita masih sehat. Selidiki juga pola hidup kita, apakah ada sesuatu yang perlu dirubah? Jangan biarkan sampai terlambat dan lalu timbul penyesalan.

Doa: Tuhan tolong kami agar kami menjaga “bait”Mu ini demi kemuliaanMu saja.

Firman Tuhan: 1 Korintus 6:9-20

Si Badung



Hasil gambar untuk anak badung di kelas
Si Badung

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu (Matius 7:7a)

Guru Bahasa Indonesia memasuki ruangan kelas, Ibu Titi, terkenal merupakan salah satu guru killer di kelas. Wajah angker dan matanya yang tajam menatap seisi kelas tersebut. Ada suasana yang sangat tenang dalam kelas tersebut dan ini tidak seperti biasanya. Sebab dalam kelas itu ada si Badung.
Kelas yang terkenal suka ribut tiba-tiba menjadi senyap dan seolah seperti kelas teladan.  Saat ia mulai mengajar dan mengambil kapur untuk menulis di papan tulis. Tiba-tiba ia menyadari ada sesuatu yang aneh, kapur tersebut tidak dapat ia gunakan menulis. Tanpa sepengetahuan Ibu Titi, si Badung telah datang ke kelas pagi-pagi benar untuk memberikan lapisan lilin pada papan kelasnya.
Ibu Titi marah dan mulai bertanya bahkan setengah menginterogasi siapa yang melakukan ulah di kelas. Tidak ada yang membuka mulut, semua seia sekata mengatakan,”Tidak tahu, Bu.” Mata Ibu Titi tertuju pada si Badung, namun anak itu menunjukkan raut wajah “tanpa dosa”nya.
Ibu Titi kesal dan marah tetapi tidak bisa berbuat apa-apa sebab tidak memiliki bukti. Sebenarnya Ibu Titi seorang yang penuh kasih tetapi sebagai guru ia juga seorang yang memiliki disiplin tinggi agar murid-muridnya bisa menjadi orang yang berhasil termasuk si pembuat masalah di kelas, si Badung.
Mengenai si Badung, Ibu Titi sudah hampir menyerah, ia hanya berdoa agar kiranya Tuhan menyadarkan anak muridnya yang satu itu.
Bertahun-tahun sudah berlalu angkatan si Badung sudah lulus dari sekolah tersebut. Sampai suatu hari Ibu Titi yang kini sudah beruban didatangi seseorang, pada awalnya dia tidak mengenalinya. Ternyata itu si Badung, namun kini sinar wajahnya berbeda penuh kedamaian dan sukacita. Si Badung bercerita bahwa sekarang dia sudah bertobat dan saat mengikuti suatu program Sekolah Alkitab, ia mempelajari mengenai Restitusi (Memberikan ganti rugi) dan meminta maaf pada orang-orang yang pernah ia sakiti atau lukai. Si Badung merasa digerakkan Tuhan untuk datang menemui Ibu Titi sebab ia telah banyak melakukan kejahilan pada beliau.
Ibu Titi merasa terharu melihat perubahan dalam diri si Badung. Jangan pernah berhenti berdoa, beriman dan berharap melihat orang-orang di sekitar kita mengalami pertobatan, pemulihan dan terobosan dalam hidup mereka. Tuhan masih menjawab doa kita.

Doa: Tuhan kami berdoa bagi orang-orang yang mengecewakan kami saat ini, kami melepaskan pengampunan dan mendoakan agar rancangan Tuhan yang terbaik terjadi atas hidup mereka.

Firman Tuhan: Matius 7:7-11

Penyesalan



Hasil gambar untuk keluarga bercerai
Penyesalan

Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. (Maleakhi 2:15b)

Pagi hari di akhir pekan itu, ku duduk santai di bangku taman hendak membaca buku baruku. Kulihat seorang ayah dan anaknya bermain di taman tersebut. Ku membaca buku sambil menghirup kopi, lalu si ayah tersebut duduk di dekatku dan memperhatikan anaknya bermain. Sinar matanya menunjukkan perasaan sayang namun tampak juga ada kesedihan dari raut wajahnya.
Kami lalu bertegur sapa setelah setengah jam berbincang sambil sesekali ia memperhatikan anaknya yang kini bermain dengan anak lain yang ada di taman bersama kami. Ia lalu mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan foto keluarganya. Bagaimana ia sangat menyayangi istri dan anaknya. Sampai suatu hari saat karirnya baik, ia mulai tergoda untuk berselingkuh. Awalnya semua tampak baik dan bisa ia tutupi tetapi akhirnya perilaku busuk itu tercium juga oleh isterinya. Ia bercerita bagaimana bodohnya dia yang terus berupaya membina dua hubungan dan berharap isterinya dapat mengerti. Akibat dia bermain api dengan wanita lain, akhirnya ia kehilangan cinta isterinya. Sebuah yang dimulai dari hanya sekedar menggoda akhirnya keterusan menjadi hubungan terlarang.
Penyesalan selalu datang terlambat, kini setelah berpisah dari pasangannya, ia merasakan rasa kehilangan yang mendalam. Mungkin isterinya bukanlah wanita yang sempurna tetapi ia wanita yang selama ini selalu mau mendengarkan dan percaya pada dirinya. Seorang wanita yang mau bersamanya dari saat mereka tak punya apa-apa. Saat orang lain meragukannya, si isteri selalu percaya akan kemampuan suaminya.
Semua ia rasakan setelah mereka resmi berpisah dan ia mulai hidup seorang diri. Ia menyadari bahwa tidak ada manusia sempurna termasuk dirinya. Kini ia hanya dapat menemui anaknya setiap akhir pekan saja, tidak bisa menemuinya setiap hari seperti dulu.
Hidup ini pasti ada godaannya, bagi rumahtangga Kristen pun tidak luput dari yang namanya godaan. Saat ada godaan datang kita harus belajar untuk “lari” dari godaan tersebut sebagaimana Yusuf saat digoda isteri Potifar. Jangan izinkan godaan Iblis menghancurkan rumahtangga kita semua, tetap setia pada Tuhan dan pasangan hidup kita.

Doa: Tuhan lindungi kami dari godaan nafsu dunia dan lindungi pula rumahtangga kami.

Firman Tuhan: Maleakhi 2:14-16

Kondisi Ekstrim




Hasil gambar untuk banjir bandang bandung pasteur
Kondisi Ekstrim

“.....hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Matius 24:44)

Beberapa hari lalu cuaca tampak cukup ramah di kota Bandung, sampai saat hendak menjemput anak saya. Tiba-tiba cuaca menjadi mendung disertai hujan rintik yang makin lama makin deras. Sesampainya di sekolah, jalanan sudah mulai banjir semata kaki dan lalu naik menjadi selutut dalam waktu singkat. Sesuatu yang di luar dugaan, namun kami berhasil lolos dari kepungan banjir tersebut. Sampailah kami di jalan Pasteur, jalanan tampak macet tak bergerak dan ternyata dihadapan kami jalanan sudah berubah menjadi sebuah sungai. Beberapa mobil yang nekad melaju malah mogok dan tersapu air banjir. Sesuatu yang tidak pernah terjadi selama bertahun-tahun. Kami harus menunggu berjam-jam sampai air surut. Bandung dilanda banjir bandang. Bandung lautan air.
Biasanya kami pulang paling tidak hanya memakan waktu kurang dari satu jam tapi hari itu, kami harus menanti berjam-jam hingga sore menjelang.
Cuaca yang ekstrim melanda seantaro dunia akibat pemanasan global dan eksploitasi hutan dan pertambangan secara liar. Belum lagi tata kota yang salah, saluran drainase yang buruk, sungai yang penuh sampah dan daerah resapan air yang kini dibangun pemukiman menambah buruk keadaan.
Dalam kehidupan kita pun, kita harus selalu waspada sebab kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari esok. Kita harus senantiasa melekat dengan Tuhan. Hingga apapun yang terjadi dalam hidup kita atau pun di sekitar kita. Damai sejahtera Tuhan senantiasa ada serta kita. Entah ada topan badai, banjir bandang atau apapun kita tetap tenang sebab tahu Tuhan yang mengkontrol semua.
Ada saatnya ketika badai kehidupan menerpa kita dan setiap rencana kita seolah runtuh atau tertunda. Ingatlah senantiasa bahwa rancangan Tuhan itu lebih indah dari rancangan kita. Bahkan Tuhan mengingatkan mengenai kedatanganNya kembali, entah kita siap atau tidak IA akan datang. Jangan fokus pada topan masalah tetapi fokus pada Tuhan. Sebab itu terjagalah senantiasa!

Doa: Tuhan lindungi kami dari badai kehidupan ini dan ajar kami agar selalu melekat padaMU dan berjaga-jaga di dalam Engkau.

Firman Tuhan: Matius 24:37-44

Go Through the Fire

Apostle Colette Toach

Go Through the Fire

It is in the heat of the fire, when the gold in you gets refined. It is in the middle of battle and when the pressure is high that I will bring out the treasure that I have placed inside of you, my child.
So do not bow to the pressures and run away from the heat but be prepared to go right through it. For it is in these moments when you realize that it is not you who lives but I. It is not you who can save you and perform miracles through your hands but it is I who live in you.
As much as the fire burns, you will love the heat because it is when your flesh is removed and you see the pureness that I have placed in your spirit that you will feel free and know that nothing is impossible.
So do not run away my child and be afraid but walk forward confidently knowing that I am at your side and that I will not allow that the fire destroys you. It will refine and form you into a beautiful vessel. Amen

Prisoner of Love

Prisoner of Love
“Paul, a prisoner of Christ Jesus…”
PHILEMON 1:1

It is a glorious thing to be the prisoner of the Lord, for in our bonds we find liberty. In our weakness we find strength. In our foolishness we find wisdom. In our poverty we find prosperity. By losing everything we find everything. By giving up all things we inherit all things. By accepting the sentence of death we find the Life of the Lord.

Let us stretch forth our hands and allow Him to dress us and lead us where He wishes us to go, in the way we would not choose for ourselves, for that is the Narrow Way, and it is the path of blessing, though it be disguised.


Source: "Embrace the Cross"  by Chip Brogden

Like this? Share your comments:


I am your brother,
Image
Chip Brogden