Jumat, 25 September 2009

PAPA-KU, JIMMY GUNAWAN


PAPA-KU, JIMMY GUNAWAN

Hidup ini penuh dengan misteri.
Ada masa suka maupun duka.
Ada saatnya ketika kumasih berusia 10 tahun dan merasa kehilangan kasih sayang Mama kala Papa masuk memimpin keluarga kita.
Ada masa dimana kita saling bermusuhan akibat salah berkomunikasi dan kurang dapat mengerti perbedaan seorang dengan yang lain.

Ada saatnya ketika kumemilih jalan kehidupan yang salah, yang menambah keruh suasana di rumah.
Ada saatnya dimana Papa marah besar sebab aku ditangkap polisi dan masuk rumah sakit akibat terlibat tawuran.
Ada saatnya Papa dan Mama mengusir aku akibat tidak mentaati aturan di rumah.

Aku pernah marah....sakit hati....benci....terhadap Papa bahkan juga Mama kala itu.

SAMPAI kujumpa Tuhan Yesus yang mengasihi dan memulihkan tiap luka dalam hatiku

Dimana kebencian diubah menjadi kasih yang melimpah
Dimana cinta kasih yang tulus timbul dari dasar hati BUKAN hanya untuk Mama tetapi juga Papa.
Dulu kita seperti anjing dan kucing yang terus bertengkar tiap kali bertemu
HANYA oleh kasih karunia Tuhan saja bila pada tahun-tahun terakhir ini kita akhirnya bisa menjalin hubungan dengan baik.......membicarakan secara dewasa....setiap perbedaan di antara kita
Papa akhirnya di tahun-tahun terakhir ini kita dapat berkomunikasi seperti ayah dan anak dalam keluarga lainnya.
Suatu hal yang rasanya mustahil terjadi di masa lalu.

Ketika kita tengah membangun hubungan yang selama ini terputus
Ketika kita tengah berbicara langkah-langkah apa yang dapat kita kerjakan bersama sebagai sebuah keluarga di masa yang akan datang...........
Tiba-tiba kau pulang ke Rumah Bapa menyusul Mama dan Regina.

Selamat jalan Pa, kami akan selalu merindukan dirimu.

Kamis, 10 September 2009

E-book "EVANGELISM IS A WAY OF LIFE


“EVANGELISM IS A WAY OF LIFE”
(PENGINJILAN SEBAGAI BAGIAN HIDUP)



PERSEMBAHAN

Buku ini saya persembahkan pertama-tama bagi Tuhan Yesus yang telah memakai orang-orang di sekitar saya memberitakan Kabar Baik, baik secara lisan, tulisan maupun teladan hidup.
Buku ini pun saya persembahkan bagi istri tercinta, Novie Durant dan putra kami Philip Broos. Terimakasih atas cinta kasih dan dukungan kalian selama 10 tahun menjalani biduk rumahtangga dan pelayanan. Dukungan kalian bagi saya untuk mengasah talenta baru sebagai seorang penulis.
Tuhan Yesus akan memberkati kalian.

PENGHARGAAN

Penghargaan yang sebesar-besarnya bagi para mentor saya, khususnya Samuel Saputra (Ko Sam), yang mendorong saya untuk mulai menulis.
Dua rekan wartawan dan penulis rohani yang turut mendukung saya, Fanny Lesmana dan Djuanda.
Para rekan sekerja di Gereja Oikos jemaat Surabaya, Pnt. Johanes Harijanto, Christpher Lorence dan Gunawan Hartono STh MMP.
“Keluarga rohani” saya yang baru di Bandung, yang telah banyak membantu proses pengeditan dan masukan pada saya. Terimakasih banyak untuk Bapak Ray Hindarto dan Ibu Dewi, Benaya Raharjo, Ibu Lisye Herlina, dll.
Juga untuk adik kandung saya, Lucille Gunawan, yang terus menyemangati saya untuk terus berkarya.




















DAFTAR ISI

Persembahan

Penghargaan

1. PENDAHULUAN

2. CALLED TO BE MINISTERS (PANGGILAN UNTUK MELAYANI)


3. THE POWER OF INITIATING INTEREST (KUASA UNTUK MENGEMBANGKAN MINAT)

4. THE POWER OF OPEN WINDOWS (KUASA JENDELA YANG TERBUKA)


5. THE POWER OF ACCEPTANCE (KUASA PENERIMAAN)

6. THE POWER OF ENCOURAGEMENT (KUASA PENGOBARAN SEMANGAT)


7. THE POWER OF INSIDE-OUT LOVE (KUASA KASIH DARI DALAM TERPANCAR KELUAR)

8. THE POWER OF SENSITIVE MOMENTS (KUASA SAAT YANG SENSITIF)


9. THE POWER OF SUPPORT (KUASA DUKUNGAN)

10. POWER OF HEARING (KUASA DALAM MENDENGARKAN)

11. INTISARI KABAR BAIK (INJIL)

12. PENGINJILAN SEBAGAI BAGIAN HIDUP YANG ALAMI












PENDAHULUAN

Saat anda pertama kali mendengar kata penginjilan, apa yang langsung terlintas dalam benak anda? Ada orang yang tidak mengerti apa itu penginjilan, ada pula orang yang langsung tegang atau ketakutan mendengar kata itu. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebab ternyata banyak orang Kristen yang takut bila harus mengabarkan Injil. Mereka takut mendapatkan penolakan atau bahkan penganiayaan dari masyarakat. Ada pula yang merasa diri tidak toleran, ada yang takut dicap fanatik dan lain sebagainya.
Dari pengalaman menggembalakan beberapa tahun yang lalu, kami terbeban untuk memperlengkapi jemaat untuk bukan saja bertumbuh kerohaniannya namun juga menjadikan mereka saksi Kristus yang efektif. Hingga kami bukan saja mengadakan pemuridan namun juga pelatihan misi & penginjilan. Kami berhasil mengutus jemaat untuk menjadi misionaris lokal, memberitakan kabar baik pada suku terabaikan. Namun kami juga tidak dapat memungkiri bahwa ada pula jemaat yang mengikuti pelajaran di kelas misi & penginjilan ini, hanya sekedar untuk mendapatkan “pengetahuan”. Darimana kami tahu? Sebab selalu saja bila sudah waktu praktek lapangan “banyak yang berhalangan hadir”. Seolah memberitakan Injil merupakan sebuah tugas yang mengerikan.

Banyak juga orang Kristen beralasan panggilan Tuhan atas hidup mereka bukanlah penginjil, dan menaruhkan beban penginjilan sepenuhnya pada mereka yang terpanggil atau memiliki jawatan sebagai penginjil. Banyak orang percaya bahwa tugas penginjilan “hanya” bagi orang-orang tertentu dengan pengurapan khusus seperti Billy Graham, Luis Palau, Morris Cerullo, Reinhard Bonnke, Oral Roberts, Benny Hinn dan nama besar lainnya. Sebab mereka berpikir bahwa menginjili orang berarti mereka harus mengadakan acara kebaktian penginjilan atau KKR di stadion sepakbola dan lalu berkhotbah mengenai berita keselamatan bagi para hadirin. No wonder! Benarkah pandangan tersebut? Bagaimana di gereja atau tempat pelayanan anda?

Saya percaya bahwa ada jawatan penginjil, Alkitabmenyatakan,”IA (Tuhan Yesus) lah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”(Efesus 4:11-13)

Memang ada jawatan penginjil namun penginjilan bukanlah semata tugas dia seorang diri atau hanya kelompok penginjil saja. Para penginjil ditugaskan untuk memperlengkapi umat Tuhan cara mengabarkan berita Injil. Tuhan menugaskan kita semua untuk menjadi saksi-saksiNya. Pesan Tuhan sebelum Ia naik ke sorga,”Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKU di Yerusalem dan


di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”(Kisah 1:8). Haloooo, ini tugas kita semua sebagai anak Tuhan.

Ada begitu banyak pelayanan atau organisasi penginjilan (parachurch) di luar institusi gereja yang terlahir akibat “mandul”nya gereja dalam keterlibatan dalam memberitakan Kabar Baik. Seharusnya gereja menghasilkan murid Kristus yang mengerjakan Amanat Agung. Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia memberikan amanat terakhir,”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20).
Gereja harus berfokus pada menghasilkan murid (disciples) dan bukan sekedar pengikut (followers). Juan Carlos Ortiz dalam bukunya Murid Sejati menyatakan bukti kegagalan gereja menghasilkan murid Kristus adalah terlahirnya Sekolah Alkitab. Sebuah kritikan pedas namun dapat menjadi cambuk bagi tiap gembala sidang untuk mulai memperlengkapi jemaat Tuhan menggenapi Amanat Agung Tuhan Yesus. Sampai kini Sekolah Alkitab masih berdiri untuk menopang, puji Tuhan atas hal tersebut. Namun gereja Tuhan harus bangkit memperlengkapi umat Tuhan dan mengutus mereka kembali ke dunia, sebagai garam dan terang dunia.
Pengikut Kristus hanya ingin berkat-berkat saja. Pengikut akan memuji Tuhan kala segala sesuatu berjalan lancar sesuai kehendaknya. Namun ketika segala sesuatu menjadi sulit, ia dapat dengan mudah melupakan Kristus bahkan beralih iman. Tuhan tidak pernah terkesan dengan mereka yang bermulut manis, sebab IA tahu isi hati setiap manusia.
Sedangkan murid Kristus tahu ketika ia melakukan kehendak Tuhan, maka berkat Tuhan ada atasnya. Seorang murid rela berkorban bagi Tuhan dan sesamanya.
Saya kagum pada kesungguhan dan ketulusan Bunda Teresa (almarhum), yang rela hidup apa adanya untuk dapat melayani kaum yang kurang beruntung di Calcuta, India. Dia tidak menunggu sampai ada pihak donatur datang dan baru bergerak melayani. Saat pimpinan rohaninya tidak mendukungnya, dia tetap percaya bahwa Tuhan yang akan menolong dan membuka jalan. Kala ia tidak memiliki kelas untuk mengajar, kala ia tidak memiliki kapur dan papan tulis; ia mengajar di alam terbuka, menggunakan sebatang kayu untuk menulis dan tanah sebagai media papan tulisnya. Ia mungkin bukan seorang yang cakap mengajar atau berkhotbah tentang kasih namun kasihnya terbukti dengan merawat mereka yang sakit kusta dan aneka penyakit lainnya. Kasihnya meluap dari hubunganya yang dekat dengan Tuhan Yesus. Sungguh kehidupan Bunda Teresa memberikan inspirasi yang luar biasa mengenai kasih Kristus di muka bumi.

Ada banyak strategi penginjilan yang diajarkan. Salah satu pelajaran penginjilan dasar, sebagai contoh ada metode 4 Hukum Rohani yang diperkenalkan oleh Para Navigator. Saya mengenal metode ini kala duduk di bangku Sekolah Alkitab. Dimana metode ini menjadi landasan pola penginjilan kami saat itu. Dimana kami harus praktek lapangan dengan menggunakan cara tersebut.

Di sini saya akan sedikit saja menjabarkan cara penginjilan 4 Hukum Rohani, agar anda memiliki gambaran:

ALLAH INGIN KITA TAHU BAHWA:

1. Semua orang adalah orang berdosa dan tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Sebagaimana ada tertulis “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23)”
2. Yesus Kristus sudah menyediakan jalan keselamatan. Sebagaimana ada tertulis,”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)
3. Kita harus bertobat dari dosa-dosa kita, mengakui dan meninggalkannya. Sebagaimana ada tertulis,”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.(1 Yohanes 1:9)
4. Hal menerima atau menolak jalan keselamatan ini akan menentukan nasib kita di akhirat. Sebagaimana ada tertulis “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat pada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada atasnya.” (Yohanes 3:36)

Lalu ada pula metode pengembangan yang hampir sama dari Explosion Evangelism (EE). Kala saya menggembalakan sebuah sidang jemaat di kota Surabaya, saya pun pernah mengutus beberapa staf gereja dan jemaat yang aktif untuk diperlengkapi di EE-Malang.

Ke dua pelayanan ini secara luar biasa dipakai oleh Tuhan dan memberikan fondasi untuk penginjilan yang efektif dalam mengabarkan Injil baik secara individu maupun kelompok. Masih ada juga cara Roman’s Road (pola Jalan Roma), yang sempat saya pelajari saat mengikuti pendidikan theologia.
Saya pun pernah melakukan penginjilan dengan membagi-bagikan traktat di jalan-jalan, sebuah metode lain yang lebih “hit and run”, salah satunya merupakan pelayanan JTC dengan traktat bergambarnya yang menarik (Di Indonesia traktat ini dicetak oleh pelayanan Nafiri Allah Terakhir). Ada pula traktat tertulis yang dicetak oleh penerbit Gandum Mas. Namun ini semua bukan satu-satunya metode dalam penginjilan. Ada begitu banyak ragam dalam mengabarkan Kabar Baik bagi mereka yang terhilang. Sebagai informasi traktat merupakan penjabaran berita Injil melalui tulisan atau gambar cetak.

Cara-cara di atas ini baik, namun bagi beberapa orang cara tersebut membutuhkan nyali besar atau bahkan kadang menakutkan. Kebanyakan cara penginjilan yang diajarkan di kelas-kelas pemuridan atau school of ministry, mirip dengan salah satu pola di atas. Saya pun dulu mengajarkan hal ini di kelas penginjilan, tidak ada yang salah dengan metode tersebut. Namun menjadi salah bila metode itu menjadi satu-satunya cara untuk mengabarkan Injil. Tuhan kita kreatif dan dinamis, IA tidak kaku, kuno ataupun statis. Di saat saya merasa frustasi dan gagal memperlengkapi jemaat untuk menggenapi Amanat Agung, saat itulah Tuhan mengajarkan apa yang saya tuangkan dalam buku ini.

Buku ini ditulis untuk menyadarkan pada setiap kita sebagai anak Tuhan bahwa penginjilan merupakan tugas kita semua. Tuhan memanggil kita untuk mengikuti teladan hidupNya dan menghasilkan buah bagi Kerajaan Tuhan. Penekanan dalam buku ini adalah penginjilan bukan sebagai sesuatu yang menegangkan apalagi menakutkan. Kita akan belajar bersama pola penginjilan yang natural dan bersahabat yang dapat dilakukan oleh siapa saja.

Apakah anda pernah membaca bagaimana jemaat mula-mula merupakan jemaat yang disukai dan setiap hari jumlah mereka ditambahkan Tuhan(Kisah 2:47)? Mengapa jemaat mula-mula dapat mempengaruhi dunia dalam waktu yang singkat? Padahal kebanyakan dari mereka hidup di tengah aniaya hingga mengungsi keberbagai kota (Kisah 8:1b)?

Bagaimana cara mereka mewartakan berita Injil? Apakah strategi khusus mereka? Metode apa yang mereka gunakan? Darimana mereka memiliki keberanian untuk mengabarkan Injil di tengah situasi yang sesulit itu? INGAT: PENGINJILAN bukanlah sesuatu yang menakutkan sebab merupakan bagian kehidupan kita. Ketika anda hidup dalam ketaatan pada Tuhan Yesus berita Injil itu sudah ada dan nampak dalam hidup sehari-hari anda.

Saya percaya bahwa sebenarnya penginjilan bukanlah sesuatu yang menakutkan, tidak perlu biaya besar, tidak perlu keahlian dan pelatihan bertahun-tahun, yang diperlukan adalah hati yang penuh dengan belas kasihan terhadap mereka yang terhilang. Sebagaimana pandangan mata BAPA terhadap mereka yang belum mengenal putraNYA yang tunggal, YESUS KRISTUS atau bahkan mereka yang telah meninggalkan DIA dengan alasan mereka sendiri.



















CALLED TO BE MINISTERS
(PANGGILAN UNTUK MELAYANI)

“Tetapi Saudara tidak seperti itu, sebab Saudara telah dipilih oleh Allah sendiri sebagai imam Raja itu, suci serta murni, dan milik Allah pribadi, supaya Saudara dapat memperlihatkan kepada orang lain bagaimana Allah memanggil Saudara keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib.”(1 Petrus 2:9 FAYH)

Setiap orang yang mengaku dirinya Kristen atau anak Tuhan diutus oleh Tuhan untuk menggenapi Amanat Agung,”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Setiap anak Tuhan adalah murid Kristus, Tuhan Yesus mencari murid dan anak yang mau bertumbuh dalam Dia. Tuhan tidak mencari “anggota” Jesus Christ Fans Club! Ia mencari anak-anak yang dengan tulus mau terus bertumbuh di dalam Dia, bekerja bersamaNya sebagai rekan sekerja di ladang Tuhan.
Orang Kristen dipanggil untuk membawa suatu perubahan bagi dunia ke arah yang lebih baik tentunya. Tuhan Yesus menyatakan,”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:13-16).

Namun tak dapat dipungkiri pula bahwa banyak sekali orang yang mengaku dirinya Kristen tetapi tidak mencermin Kristus. Padahal mereka sudah berjemaat bahkan aktif pelayanan selama belasan bahkan puluhan tahun. Mereka jelas “agamawi” tetapi kehilangan “spiritualitas/hubungan” bersama dengan Kristus. Bila ditilik mereka lebih mirip dengan orang Farisi daripada Kristus pada era Perjanjian Baru. Orang beragama Kristen seperti inilah yang sering kali membuat orang enggan pergi beribadah. Orang tipe inilah yang banyak kali menghalangi orang berdosa bertemu dengan Kristus. Ucapannya benar tetapi bertentangan dengan tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Ada pula orang Kristen yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, mereka berpikir sekali selamat tetap selamat. Pokoknya sudah mengucapkan “sinner prayer” (doa pengakuan dosa), mengaku dengan mulut mereka dan mengaku Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka sekarang mereka pasti selamat meskipun tetap hidup dalam dosa. Inilah contoh seorang beragama Kristen yang sering menjadi sandungan dalam kehidupan masyarakat. Mengaku Kristen (anak Tuhan) tetapi cara berbicara maupun kelakuan tidak ada ubahnya dengan “children from hell”(anak-anak dari neraka).
Ini merupakan dua contoh “borok” yang ada dalam hidup kekristenan kita dewasa ini. Senang atau tidak tetapi itulah kenyataannya.
Akibatnya sulit sekali bagi anak-anak Tuhan yang lain untuk dapat mengerti bahwa sebenarnya BAPA sendiri yang memilih kita untuk menjadi alatNYA. Sulit sekali bagi kebanyakan anak Tuhan melihat diri mereka melayani pekerjaan Tuhan yang diakibatkan gambar diri mereka masih rusak. Mungkin mereka tahu bahwa Alkitab menyatakan dalam kitab Kejadian 1:26,”Berfirmanlah Allah:”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.....” Namun sekedar tahu saja, tidak akan mengubah apa-apa. Kecuali kita percaya bahwa kita diciptakan segambar dengan DIA, baru kita dapat melangkah dengan “confidence”(percaya diri) sebagai anakNYA. Kita telah dipilih oleh BAPA untuk menjadi saksiNYA yang hidup dan membawa perubahan bagi lingkungan tempat kita berada.
Mengapa kita gagal melihat diri kita sebagai anak Tuhan? Biasanya kita bermasalah dengan rasa percaya diri, citra diri kita mungkin rusak atau rendah. Sebuah ilustrasi akan saya gunakan untuk menggambarkan hal ini.

Suatu hari seorang petani tengah melakukan “hiking” ke atas gunung berbatu di dekat pertaniannya. Ia melalui jalan setapak yang terjal dan berbatu pagi itu untuk dapat mencapai puncak gunung tersebut. Udara pagi itu sangat menyegarkan, mentari pun baru muncul di ufuk timur. Perlahan lahan ia menapaki gunung itu, sambil sesekali memandang keindahan pemandangan lembah dan hutan di bawahnya.
Saat tiba di puncak, ia dapat menghirup udara yang sangat segar, ia dapat mensyukuri alam ciptaan Tuhan yang luar biasa ini. Lalu matanya tertuju pada tanaman Edelweis yang ada di sisi puncak gunung itu. Dengan perlahan dan hati-hati ia menuruni tebing terjal hendak mengambil bunga itu untuk ia persembahkan bagi istrinya yang menantikannya di rumah. Saat ia tengah asyik mengambil bunga itulah, matanya tiba-tiba melihat sebuah sarang burung yang ada di bebatuan gunung tersebut.
Ia memandang sarang itu dan bertanya-tanya dalam hatinya,”Sarang burung apakah ini?” Ia melihat kesana kemari, namun tak ia temukan tanda-tanda kehidupan dari burung penghuni sarang tersebut. Saat matanya memandang ke dalam sarang itu, ia melihat ternyata ada beberapa butir telur di dalamnya. Sekali lagi ia melihat sekelilingnya, dalam hatinya ada dorongan untuk mengambil sebutir telur, tetapi ada juga seruan dalam hatinya untuk tidak mengambil telur tersebut. Setelah ia bergumul, akhirnya ia memutuskan untuk membawa sebutir telur untuk ia tetaskan di tanah pertaniannya untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
Setibanya di tanah pertaniannya ia menyatukan telur burung itu bersama telur-telur milik ayam yang ia pelihara.
Pada akhirnya telur-telur itu menetas, petani itu memperhatikan anak-anak ayam yang menetas dan lalu akhirnya menetas pula telur burung yang ia bawa dari atas gunung. “Wouw!” Ternyata anak seekor burung rajawali. Setelah itu ia pun tidak mempedulikan burung itu, ia biarkan rajawali mungil itu bertumbuh di tengah ayam-ayam peliharaannya.
Anak rajawali ini besar di keluarga ayam, maka ia berpikir seperti ayam, mencari makan seperti ayam, dan merasa dirinya sebagai seekor ayam terjelek di muka bumi sebab ia berbeda dari saudara-saudaranya yang lain. Ia merasa mungkin dulu “mama” suntik hormon hingga terlahirlah ia “seekor ayam besar” yang tidak cakap menangkap cacing dan bersuara jelek tidak seperti ayam jantan lainnya saat berkokok...ia nampak sangat memalukan sebagai seekor ayam jantan...ia tak punya taji, ia kalah terus saat berkelahi. “Ayam jantan muda” itu sangat rendah diri dan merasa bukan siapa-siapa. Ia menjadi bahan ejekan ayam-ayam satu pertanian.
Sampai suatu hari ia melihat seekor burung rajawali terbang di atas hutan dekat pertanian tersebut. Ia melihat betapa gagahnya burung itu, sangat percaya diri. Saat itulah ia melihat saudara-saudara maupun induk ayamnya berlarian bahkan para pejantan tangguh yang sering mengejeknya pun lari bersembunyi melihat “burung rajawali” yang gagah itu sedang mencari mangsa. Saat ayam lain berteriak-teriak ketakutan memperingatkan dia, ia merasa tidak gentar....ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya secara naluriah.
“Ayam jantan muda” itu merenungkan hidupnya dan berandai-andai seandainya ia seperti burung itu,”Wah hebatnya hidup ini bila aku bisa seperti dia. Ah, aku hanya bermimpi saja....aku khan hanya seekor ayam cacat.”
Semenjak kejadian tersebut, ia sering termenung memandangi kekurangannya. Ia ingin berubah namun bagaimana caranya? Ia mulai mengintrospeksi diri, ia melihat dirinya apa adanya. Bagaimana ia sangat berbeda dengan ayam lainnya? Bagaimana ia sebagai seekor ayam bisa memperbaiki diri dalam kehidupan? Semakin ia memperhatikan dirinya semakin ia menyadari bahwa ia sama sekali tidak nampak sebagai seekor ayam. Ia mulai menyadari bahwa ia lebih serupa dengan burung rajawali, yang sering ia lihat terbang di atas hutan dan bila sore sudah mendekat terbang ke arah pegunungan. Ia bertanya-tanya apakah ini hanya mimpi?
Lalu “ayam jantan muda” itu bertanya pada induknya,”Ma, sepertinya aku ini seekor rajawali.” Induk ayam,”Terperangah dengan pernyataan putranya itu dan lalu meledaklah tawanya.” “Nak, kamu memang berbeda namun kamu ini ayam, jadi jangan kamu bermimpi menjadi seekor rajawali.”
Meskipun ia diejek ia mulai berlatih untuk terbang. Ayam-ayam yang lain tertawa menyaksikan “ayam jantan muda” ini berlatih terbang. Mereka mengatakan padanya,”Eh bodoh, engga ada ayam yang bisa terbang seperti rajawali.” Namun “ayam jantan muda” tak mau mendengarkan apa yang dikatakan ayam lainnya. Ia giat berlatih untuk terbang dengan menaiki pagar tetapi ia jatuh tersungkur... namun ia mencoba lagi dan pantang menyerah sampai suatu hari ia mulai mahir terbang jarak rendah dari pagar ke kandang ayam.
Ia pun mendeklarasikan bahwa ia akan coba terbang dari atas atap rumah Sang Petani, semua ayam berkumpul dan memandang bahwa sungguh “ayam jantan muda” ini sudah tidak waras...maklum ia cacat pikir mereka. Saat “ayam jantan muda” itu berlari dan melompat. Hup!!! Ayam-ayam di bawah terkejut melihat kenekatannya, ada yang menutup mata dan ada yang terbengong-bengong dengan paruh terbuka. Mereka berpikir “ayam jantan muda” itu akan jatuh tetapi tiba-tiba,”Wuuussshhhhh!” “Ayam jantan muda” itu terbang ke angkasa bagaikan rajawali meninggalkan tanah pertanian itu menuju hutan.
Saat ia bertemu dengan rajawali-rajawali muda lainnya, ia memandangi mereka dan lalu ia pandangi dirinya. Tersadarlah ia bahwa dirinya bukanlah “ayam jantan muda” tetapi “RAJAWALI MUDA”.
Ia seekor rajawali yang terlahir dan besar di antara ayam namun sebenarnya ia keturunan rajawali, yang seharusnya hidup sebagai seekor rajawali.


Kita pun lahir dan hidup di dunia namun bukan berarti kita ini milik dunia dengan hidup dan tunduk pada hukum dunia ini. Sebab kita ini anak-anak Tuhan, yang merupakan ciptaan baru dalam Kristus dan tidak sama dengan mereka yang belum hidup dalam Kristus,
TUHAN menciptakan kita dalam rupa dan gambarNYA selama ini kita hidup dalam dosa dan nilai dunia yang telah bobrok. Iblis telah menipu manusia, budaya dan nilai dalam masyarakat kita yang mungkin tidak berpadanan dengan Firman Tuhan, cara orangtua kita memperlakukan kita mungkin kurang baik hingga kita memandang rendah diri kita. Namun saat ini saya mau katakan bahwa engkau berharga di mata TUHAN dan IA memiliki rencana yang indah atas hidupmu. Kau bukan “ayam” tetapi “rajawali”!!!
Seringkali rencana Tuhan dalam hidup kita mentah sebab kita lebih mempercayai “apa kata orang atas diri kita” ketimbang apa yang Tuhan katakan melalui Firman Tuhan tentang diri Anda.

INILAH SURAT CINTA DARI BAPA SURGAWI BAGI ANDA

Dear anakKU tercinta,

Nak, AKU menyelidiki dan mengenal dirimu (Mazmur 139:1). AKU tahu saat engkau duduk atau berdiri bahkan apa yang sedang kau pikirkan (Mazmur 139:2). AKU tahu saat engkau berjalan atau berbaring (Mazmur 139:3).
Bila tidak seekor burung pipit pun dapat jatuh ke tanah tanpa setahu AKU, terlebih lagi dirimu lebih berharga dimataKU (Matius 10:29-31). AKU menciptakan engkau menurut gambar dan rupaKU (Kejadian 1:27). Kau hidup, bergerak dan ada di dalam AKU, sebab kau adalah anakKU (Kisah Para Rasul 17:28).
AKU telah mengenal engkau sebelum engkau dibentuk dalam kandungan ibumu (Yeremia 1:4-5). Pada saat engkau terbentuk dalam rahim ibumu AKU ada disana dan AKU telah merencanakan kehidupanmu (Mazmur 139:15-16). AKU menyertai engkau sejak engkau lahir dan selalu menolongmu (Mazmur 71:6) AKU sangat mengasihimu kiranya engkau pun hidup dalam kasih (1 Yohanes 4:16).
Janganlah engkau kuatir dalam hidupmu sebab AKU akan memeliharamu asalkan engkau mengutamakan diriKU dan hidup menurut kehendakKU (Matius 6:31-33). Sebab masa depanmu yang penuh pengharapan ada dalam tanganKU (Yeremia 29:11). Sebab AKU mengasihimu dengan kasih yang kekal (Yeremia 31:3).
Kau senantiasa ada dalam pikiranKU (Mazmur 139:17-18). Saat kau mencari AKU dengan segenap hatimu AKU akan hadir (Ulangan 4:29).
AKU itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Aku menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:18). Kau akan tinggal bersama-sama denganKU. AKU akan hapuskan setiap tetes air matamu, tidak ada lagi maut, dukacita, tangisan atau kesakitan. (Wahyu 21:3-4). AKU ada di pihakmu (Roma 8:31). MurkaKU atasmu telah dipadamkan oleh penebusan KRISTUS YESUS (1 Yohanes 4:10).
KasihKU terhadapmu tidak akan terpisahkan oleh apapun juga (Roma 8:38-39).

Dari hati yang terdalam,

PAPA SURGAWI-MU

APA YANG TUHAN KATAKAN MENGENAI PANGGILAN KITA?

Pandangan kita mengenai diri kita pribadi lepas pribadi harus berdasarkan apa yang Tuhan nyatakan melalui Firman Tuhan. Ada banyak pernyataan Firman Tuhan yang menyatakan panggilan dalam kehidupan kita.

Dalam Matius 5:13 Tuhan Yesus menyatakan kita adalah garam dunia.
Garam seharusnya memiliki citra rasa, sebagai seorang Kristen seharusnya kehidupan kita dapat menjadi citra rasa yang berbeda dalam masyarakat. Kehidupan kita seharusnya menjadi berkat dan bukannya sandungan. Keharmonisan dan kesetiaan dalam rumahtangga Kristen dapat menjadi “flavour” yang berbeda dalam masyarakat dunia umpamanya.
Garam juga memiliki kemampuan untuk memperlambat kebusukan. Pada zaman dahulu untuk mengawetkan daging dan ikan penduduk mengusapinya dengan garam untuk mencegah proses pembusukan. Demikian pula dengan orang Kristen seharusnya hidup dalam standar kebenaran hingga dapat memperlambat kebobrokan dalam kehidupan masyarakat dan bukannya berkompromi.
Garam juga menimbulkan rasa haus. Bila kita terlalu banyak mengkonsumsi garam timbul rasa haus atau ingin minum. Bila kehidupan kita terkoneksi dengan Tuhan akan ada banyak orang yang hendak dekat dengan anda dan mendengarkan kebenaran yang memerdekakan mereka. Tuhan Yesus berkata,”Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air kehidupan” (Yoh 7:38). Air kehidupan inilah yang akan memuaskan mereka yang haus akan Tuhan.

Juga di dalam Matius 5:14 Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita adalah terang dunia.
Terang tidak dapat disembunyikan. Orang Kristen seharusnya menjadi teladan hidup dan berani tampil beda dalam berbagai segi kehidupan kita dalam hal kesalehan, watak, moral, pengaruh, ambisi, hubungan maupun penyerahan pada Tuhan.
Terang tidak dikuasai kegelapan, dimana ada terang kegelapan lenyap. Dunia saat ini berada dalam kegelapan dan membutuhkan seberkas cahaya untuk membawa mereka keluar dari kegelapan yang selama ini menyelimuti mereka.

Bila orang Kristen tahu bahwa sebenarnya dirinya dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, mengapa sampai saat ini masih melempem dan tidak menanggapi panggilannya?
Salah satu yang saya percaya menjadi salah satu penyebab hal ini terjadi adalah akibat terjadinya “kecelakaan gereja” pada abad 4 M saat Kaisar Konstantin menetapkan Kristen sebagai agama negara. Lalu ia menetapkan kaum imam atau rohaniwan sebagai hamba Tuhan profesional dan memisahkan mereka sebagai orang-orang khusus. Sedang orang Kristen lainnya hanya sebagai kaum awam yang dari waktu ke waktu dilayani oleh kaum profesional ini.
Gereja yang tadinya merupakan kumpulan orang percaya yang “saling” melayani berubah pola. Gereja yang tadinya menitik beratkan pada hubungan (relation) dengan Tuhan dan dengan sesamanya, kini berubah menjadi agama (religion) semata. Titik berat kekristenan lebih pada liturgi ibadah dan aktivitas di tempat ibadah daripada fokus pada perubahan menjadi lebih seperti Kristus setiap hari. Jadi kurang lebih 16 abad sudah kita menganut sistem gereja seperti itu. Hingga jemaat “awam” pun sulit untuk bergerak, kebanyakan melepaskan tanggungjawab tersebut pada kaum “profesional”. Banyak orang enggan memenuhi panggilan ini sebab keengganan untuk hidup mengikuti teladan Tuhan Yesus.

Saya mau katakan bila Anda seorang Kristen maka Anda akan memikul salib setiap hari bagi Kristus (Luk 9:23). Siapapun yang tidak mau memikul salib dan mengikuti teladan Kristus, ia bukan seorang Kristen (arti Kristen adalah mengikuti jalan Kristus/pengikut Kristus).
Mungkin anda lebih tepat dikatakan sebagai seorang beragama Kristen (Kristen KTP) tetapi bukan seorang Kristen sejati. Seorang beragama Kristen yang hidup bertentangan dengan Firman Tuhan dan tidak meneladani kehidupan Kristus, dalam Alkitab dikatakan sebagai “orang fasik”, tahu kebenaran namun tidak melakukannya apalagi berubah menjadi segambar dengan Kristus
Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman:”Apakah urusanmu menyelidiki ketetapanKu, dan menyebut-nyebut perjanjianKu dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran dan mengesampingkan firmanKu? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya. Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu. Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan (Mzm 50:16-22).
Orang fasik senang mendengar, menyelidiki bahkan menyampaikan Firman Tuhan dan terlebih sering mengklaim janji Tuhan atas kehidupannya. Sayangnya, ia seorang yang tak mau berubah bila ada firman Tuhan yang menuntut pertobatan atau perubahan dalam hidupnya, ia suka berkompromi dengan nilai-nilai dunia dan hidup dalam kedagingan (keakuan), suka menggossip bahkan memfitnah keluarga sendiri. Tanpa sadar orang fasik berpikir bahwa ia bisa mengatur Tuhan dan beradu argumentasi dengan menggunakan firman Tuhan untuk kepentingan pribadinya.
Bila kita saat ini masih dalam kondisi seperti itu, sebaiknya kita bertobat dan mohon anugerahNya. Apakah kita akan terus menyerah dengan keadaan ini? INGAT: TUHAN YESUS tak pernah membawa agama baru tetapi memulihkan HUBUNGAN antara ALLAH dengan manusia. Tuhan menghendaki kita bukan saja menyelidiki kebenaran firman Tuhan namun juga menjadi pelaku firman. Bukan sekedar mematuhi peraturan agama, Tuhan tidak terkesan oleh tindakan lahiriah kita, IA terkesan ketika kita mentaati firmanNya meskipun tidak ada seorang pun yang menyaksikan apa yang kita perbuat. Ia ingin segala sesuatu yang kita perbuat terlahir dari kasih kita padaNya.

Banyak orang Kristen yang memiliki konsep yang salah dalam memandang “pelayanan”, akibat “kecelakaan gereja” tersebut. Ada pemikiran bahwa hanya orang-orang pilihan saja yang dapat terlibat “pelayanan”, ada lagi yang berpikir bahwa pelayanan itu terbatas pada jenis pelayanan ibadah di dalam gedung gereja. Ada pula yang berpikir bahwa mereka tak punya waktu dan tenaga untuk ikut pelayanan sebab sudah sangat sibuk dengan aktivitas kantor atau usaha, mereka berpikir untuk pelayanan harus menjadi rohaniwan atau “full-timer” di gereja. Kadang juga ada yang berpikir bahwa untuk pelayanan itu berarti harus bepergian ke suatu daerah di pedalaman sebagai misionaris dan menderita miskin. Kita harus mengubah konsep-konsep yang salah tersebut.

Seseorang yang terlibat dalam pelayanan belum tentu mengasihi Tuhan, tetapi seorang yang mengasihi Tuhan, ia pasti melayani Tuhan dengan segenap hatinya dan dengan segenap daya upayanya. Ia tidak menunggu fasilitas, ia tidak menuntut apa yang Tuhan dapat berikan bagi dirinya namun mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan.

ALKITAB MENYATAKAN TUBUH KITA ADALAH RUMAH ROH KUDUS (1 KOR 6:19)

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor 6:19)

Saya akan menggunakan sebuah analogi mengenai sebuah villa (rumah liburan/peristirahatan di luar kota) dan rumah tempat tinggal.
Banyak orang kaya memiliki villa di daerah yang tenang, berudara sejuk dan biasanya berpanorama indah. Berbagai fasilitas ada di rumah peristirahatan ini tetapi tidak setiap hari si empunya tinggal di tempat tersebut, hanya mungkin saat liburan, akhir pekan, atau saat ingin menyepi. Kadang kala mungkin bahkan hanya sekali atau dua kali dalam setahun ia berkunjung ke villa tersebut. Banyak di antara kita yang memandang kehidupan kerohanian kita seperti mengunjungi villa. Kita berpikir dengan membaca Alkitab satu pasal sehari, berdoa 30 menit sehari, pergi ke gereja seminggu sekali, mengikuti pendalaman Alkitab tiap hari Rabu dan doa malam tiap Jumat sudah membuat dia menjadi seorang Kristen yang baik. Semua aktivitas tadi itu baik tetapi bila itu hanya sekedar sebagai kebiasaan atau rutinitas sebagai orang Kristen, maka malang nian nasibnya. Saya menyebut orang seperti ini sebagai orang Kristen check-list. Ke-Kristenan dijalani bukan sebagai hubungan dengan Tuhan dan dengan sesamanya tetapi sebagai rutinitas keagamaan yang menjemukan.
Apa bedanya dengan rumah tempat tinggal? Rumah tempat kita tinggal merupakan tempat kita melakukan banyak aktivitas, entah itu tidur, makan, bekerja, mandi, bermain, menonton TV, membesarkan anak-anak, bercengkerama dengan pasangan, dll. Setiap hari kita ada di rumah, ini merupakan gambaran tubuh kita sebagai tempat tinggal Roh Kudus. IA hadir dalam hidup kita 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Kemana pun kita pergi IA ada beserta kita. KuasaNYA akan memampukan kita untuk melayani, hikmatNYA memampukan kita untuk menjalani kehidupan dan berhubungan dengan orang lain.
TUHAN memanggil kita menjadi garam dan terang dunia, di tempat kita berada. IA menghendaki kita menjadi garam dan terang saat kita ada di tempat kita bekerja, saat di pasar, saat bersekolah, saat berkendaraan, dan diberbagai aktivitas lainnya. Kita tidak perlu membuat program khusus penginjilan terlebih dahulu. Satu hal saja, hiduplah dalam “sense of awareness of GOD” (kesadaran akan kehadiran TUHAN). Saat kita hidup dalam kesadaran akan kehadiran TUHAN setiap saat bersama kita, maka pasti akan ada perbedaan dalam kehidupan anda yang dapat dirasakan dan dilihat oleh orang lain. Saat kita hidup di dalam DIA maka pelayanan bukan lagi program namun menjadi bagian hidup kita.
Kita dapat melayani setiap hari tanpa perlu pergi ke daerah terpencil, jalanilah kehidupan Anda sebagaimana biasanya namun dengan cara pandang yang berbeda. Salah satu mentor saya, Robert Fitts Sr, mengajarkan agar setiap hari kami berdoa untuk suatu “divine appointment” (pertemuan ilahi). Maksudnya meminta pada Tuhan agar kita dipertemukan dengan seseorang yang Tuhan kehendaki untuk kita layani.
Lihatlah orang-orang disekitar Anda sebagai orang-orang yang memerlukan Kristus. Mulailah berdoa agar Roh Kudus menuntun anda pada orang yang tepat yang membutuhkan TUHAN. Mungkin ada seseorang yang membutuhkan makanan, berilah ia makan. Bila ada orang yang sakit dan tidak memiliki biaya ke dokter, Anda bertindak bawa orang tersebut ke dokter atau bila Anda tidak punya apa-apa sekalipun mintalah izin untuk mendoakan kesembuhannya dengan sopan. Ketika seseorang ingin berbagi beban hidupnya, berikanlah telinga Anda untuk mendengarkan dirinya. Roh Kudus akan menuntun dan memberi hikmat apa yang harus Anda lakukan.
TUHAN tidak mencari orang yang mampu tetapi yang mau taat padaNYA. Apakah Anda MAU?




























THE POWER OF INITIATING INTEREST
(KUASA UNTUK MENGEMBANGKAN MINAT)

Saat saya remaja, keluarga kami membeli sebuah rumah mungil di tengah kota Bandung. Menyenangkan juga memiliki rumah sendiri setelah sekian lama orangtuaku mengontrak. Di tengah kesibukan kami memindahkan barang-barang ke rumah yang baru, Mama memintaku untuk memompa air dari pompa air manual. Sebab pompa air listrik belum lagi kami pasang. Dengan semangat 45, saya pun mulai memompa air namun modal semangat saja belum cukup rupanya. Setelah terengah-engah selama 15 menit tidak setetes air pun keluar dari pompa malahan keringat di dahi menetes dengan derasnya belum lagi tangan saya pegalnya minta ampun. Padahal segala macam jurus dan cara telah saya upayakan, namun semuanya gagal.
Papa akhirnya datang dan menanyakan dimana airnya. Yang saya jawab,”Pompanya rusak Pa, engga ada air yang keluar atau mungkin sumurnya kosong.” Papa hanya tertawa sambil mengambil air sedikit dari botol minuman dan mulai memasukkan air ke lubang yang ada pada pompa itu. “Dave kalau airnya tidak keluar, itu berarti kamu harus memancingnya agar keluar dengan memasukkan sedikit air ke dalam lubang itu.” Benar apa yang dikatakan Papa, sebentar saja air itu sudah keluar dari pompa air tersebut. Ya ampun, coba kalau aku tahu dari tadi pasti tidak perlu berusaha dengan kepayahan seperti tadi.
Menjadi saksi Kristus sebenarnya bukanlah hal yang menakutkan dan sulit. Sebab bila kita sudah menghidupi kebenaran dan hidup dalam ketaatan pada TUHAN setiap hari, maka secara natural kita sudah menjadi saksiNYA. Kemana pun kita pergi melangkah ingatlah bahwa IA adalah IMMANUEL (Mat 1:23).
Ketika saya baru lahir baru dan bertobat, saya tidak tahu cara bersaksi dan menginjil yang efektif. Sebab di gereja keluarga kami, penginjilan dilarang sebab itu tandanya kami tidak bertoleransi dengan orang beragama lain. Saya sempat bingung dengan para pemimpin rohani kami saat itu. Namun di sisi lain Firman Tuhan memerintahkan agar kita mengabarkan Injil pada mereka yang terhilang (Mrk 16:15). Siapa harus kutaati lebih? Para pemimpin gereja setempat atau perkataan Tuhanku?
Meski gereja melarang tetapi saya mau taat pada apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Hingga saya belajar secara otodidak, saya mulai membaca buku bagaimana menginjil yang efektif. Setelah membaca buku itu ada perasaan bercampur aduk, ada semangat yang berapi-api tapi ada juga rasa takut, bagaimana bila saya ditolak atau dipukul atau lebih buruk dari itu umpamanya dianiaya atau di penjara? Berbagai macam alasan muncul dalam benak saya. Siapalah saya yang mau mewartakan Injil kepada orang lain? Membaca Alkitab saja baru beberapa bulan, itu pun bila mencari nama kitab harus melihat index Isi Alkitab. Pikiran semacam itu seperti medan perang yang berkecamuk di dalam benak saya.
Sebelum saya bertobat, saya adalah pecandu alkohol dan narkoba, hampir setiap waktu saya dalam pengaruh benda-benda laknat tersebut. Rasa percaya diri saya timbul saat saya menggunakan “barang haram” itu. Kini setelah bertobat saya sudah meninggalkan hal tersebut. Pada mulanya, saya tidak memiliki rasa percaya diri bahkan untuk berbicara dan bersaksi mengenai apa yang telah Kristus lakukan pada diri saya. Setiap kali mau bersaksi lidah terasa kelu.
Dalam doa-doa saya, saya bergumul di hadapan Tuhan, saya ingin menjadi saksiNYA tetapi saya merasa tidak fasih lidah dan tidak percaya diri bagaimana caranya mempresentasikan Kristus dengan baik dan benar. Ada kerinduan besar dalam hati saya namun merasa minder.
Saat saya tekun berdoa dan mencari Tuhan setiap waktu, saat itulah saya mengalami kepenuhan Roh Kudus. Rasa haus dan lapar akan Tuhan memenuhi relung hati saya. Rasa takut menyingkir dan keberanian timbul untuk hidup taat dihadapan Tuhan. Bukan karena saya mampu tetapi Tuhan memampukan saya untuk hidup dalam kebenaranNya dan mewartakan Kabar Baik bagi mereka yang berputus asa dan tersesat.
Kala itu saya sering ke toko buku Kristen untuk membeli buku rohani atau kadang hanya melihat-lihat saja. Sampai mata saya tertuju pada tumpukan traktat di counter dekat kasir. Tiba-tiba ada ide dalam diri saya,mungkin saya tidak fasih lidah untuk berbicara tetapi apa sulitnya untuk membagikan traktat ini pada keluarga dan teman-teman saya. Saya datangi counter dan bertanya pada kasir “Sorry Broer, mau tanya traktat ini gratis?”
“Oya, Mas, silahkan ambil saja.”jawab kasir itu.
“Berapa banyak boleh saya ambil?” tanya saya lagi.
“Terserah Mas, mau semuanya juga boleh.” Jawab kasir itu lagi.
Dan anda tahu apa yang terjadi? Saya ambil SEMUA.
Sejak saat itulah saya mulai membagikan traktat pada keluarga, teman-teman bahkan orang yang saya temui di jalan atau tempat umum.

Apa yang ingin saya tekankan disini bukanlah penginjilan menggunakan traktat tetapi bila kita memiliki kerinduan menjadi saksi Kristus yang efektif, pasti Tuhan akan membuka jalan dan memberikan ide. Dan caraNYA itu selalu beragam dan kreatif.
Di sini saya akan mengetengahkan bahwa setiap orang dapat dipakai Tuhan Yesus sebagai saksiNYA , IA sudah mati bagi umat manusia dan mengehendaki semua selamat.(Yohanes 3:16) Namun bagaimana mereka dapat diselamatkan bila tidak ada seorang pun yang mengabarkan Kabar Baik ini? (Roma 10:13-15). Merupakan sebuah penghargaan besar bagi kita telah IA pilih untuk menjadi saksiNYA.

Saya belajar bahwa berita Injil seharusnya menjadi bagian hidup kita. Suatu kali kala saya sudah melayani pekerjaan Tuhan di kota Surabaya, saya berlangganan bakso Malang. Hampir tiap hari setelah membereskan gedung gereja, saya nongkrong di depan rumah Gembala Sidang. Biasanya menjelang siang tukang bakso ini pun mangkal dekat rumah. Kami biasanya ngobrol ngalor ngidul, sampai suatu ketika Roh Tuhan mulai mendorong saya untuk bercerita tentang masa lalu saya dan bagaimana Tuhan telah mengubahkan diri saya. Semenjak hari itu, tukang bakso itu terbuka untuk mendengar berita Injil. Ia pun mulai menceritakan pergumulan hidupnya dan seringkali meminta saran saya. Hingga akhirnya ia pun menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhannya secara pribadi. Bukan saja satu jiwa terselamatkan, saya sendiri merasakan sukacita besar yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Saya tahu bahwa bukan saya sendiri saja yang bersukacita tetapi juga seisi surga (Lukas 15:7,10) Saya menjadi “ketagihan” membawa seseorang pada Kristus. Sebab ternyata melalui hubungan dan persahabatan yang tulus, Tuhan pun dapat berkarya.

Kini pandanglah sekeliling Anda, di kala Anda bertemu dengan orang-orang di sekolah, kantor, supermarket, toko langganan, pompa bensin, bengkel, angkot, restoran dan tempat umum lainnya di mana anda sering berada. Hampir setiap hari mungkin anda bertemu dengan orang tersebut, apakah itu hanya suatu kebetulan belaka atau mungkin Tuhan punya tujuan bagi Anda untuk menjadi saksiNYA? Anda terlahir di muka bumi ini bukan karena kebetulan bahkan sebelum dalam kandungan ibu Anda, Tuhan sudah membuat rencana dan misi bagi anda saat hidup di muka bumi ini (Yeremia 1:5). Sungguh sangat luarbiasa!

(Catatan: Traktat merupakan booklet atau leaflet berisikan berita Injil secara tertulis maupun melalui gambar atau komik)

Bagaimana caranya agar kita bisa membangun hubungan?

Untuk memudahkan kita mengingat cara membangun hubungan melalui cara “friendship evangelism” kita gunakan kata SALT (garam).

1. “SAY SOMETHING” (katakan sesuatu). Mungkin Anda termasuk seorang introvert atau pendiam. Berdoa dan carilah suatu persamaan atau ketertarikan yang sama dengan orang yang hendak kita bangun hubungan. Saya akan coba memberikan Anda beberapa ide. Seperti analogi pompa air yang saya ceritakan di atas, kita dapat memulainya dengan “menyatakan sesuatu yang sederhana” untuk “memancing”. Ketika kita bertemu seseorang kita dapat memberikan senyuman dan pandangan yang hangat, ucapan selamat pagi yang ramah, atau sekedar menyapa dengan ucapan “hai”dan masih banyak cara lagi yang akan Roh Kudus tunjukkan pada kita. Hal-hal yang sangat sederhana tetapi akan mampu “mencairkan suasana” (ice breaker) untuk memulai pembicaraan. (Yohanes 4:7-26, 39-42)
2. “ASK QUESTIONS”(ajukan pertanyaan). Carilah kesamaan antara Anda dan pribadi tersebut. Tunjukanlah sikap bersahabat yang tulus, ingat mereka jiwa yang membutuhkan Kristus dan bukan target untuk kita jadikan “Kristen”. Mulailah berbincang dan milikilah empati. Tunjukan sikap bersahabat dan jangan mengajukan pertanyaan yang bersifat mengancam. Mulai mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah kebutuhan dia yang mendasar (Yohanes 5:6-14).
3. “LISTEN” (mendengarkan). Jadilah pendengar yang baik, jangan banyak memotong pembicaraan saat seseorang sedang “curhat” apalagi menghakimi atau menggurui dia (Yakobus 1:19, Matius 7:1-2). Saat mendengarkan seseorang berbicara, harap memperhatikan baik-baik apa yang ia sampaikan jangan sampai Anda melamun. Pandanglah mata mereka dengan penuh simpati dan tulus. Turut rasakan penderitaannya atau tertawalah bersamanya bila ada kisah kehidupannya yang lucu. (Matius 10:17-21)
4. “TURN THE CONVERSATION INTO SOMETHING DEEPER” (alihkan pembicaraan pada sesuatu yang lebih mendalam). Bila sudah timbul saling percaya satu dengan yang lain akan lebih mudah bagi kita berbicara sebagai dua orang sahabat. Biasanya bila orang tersebut sudah percaya pada kita maka ia akan menyampaikan permasalahan pribadi dan rahasia hidupnya. Di sinilah kita harus dapat menjadi orang yang dapat menjaga rahasia orang lain. Ingat kita dipanggil Tuhan menjadi the True Worshippers (penyembah dalam kebenaran) dan bukan the True Gossipers ( penggunjing/penggosip tulen). Banyak orang kecewa akibat orang Kristen yang tidak bisa menahan mulutnya untuk bergosip (Yakobus 3:1-12). Setiap orang memiliki kebutuhan untuk didengarkan dan memiliki sahabat yang dapat dipercayai & mengasihi dengan tulus. Sebagai seorang sahabat akan jauh lebih mudah bagi anda menyampaikan isi hati Tuhan padanya. Bahwa jawaban dari permasalahan hidupnya ada pada Tuhan Yesus. Sebab IA adalah jawaban bagi tiap masalah dalam hidup kita.

Saya melihat betapa efektifnya “friendship evangelism” (penginjilan melalui persahabatan) ini, sebab kita menyampaikan Kabar Baik bukan dengan suatu paksaan tetapi dengan kasih di antara dua orang sahabat. Tugas kita mengabarkan hal tersebut, namun Roh Kudus-lah yang akan memberikan keyakinan (conviction) pada orang tersebut. (Yohanes 3:1-16)































THE POWER OF OPEN WINDOWS
(KUASA JENDELA YANG TERBUKA)

Pada tiap rumah pada umumnya kita memiliki jendela bukan? Aneh sekali bila sebuah rumah tidak memiliki jendela sama sekali. Jendela pada umumnya berbagai bentuk dan ukuran. Yang jelas sekalipun ukurannya besar tetapi dapat dipastikan fungsi jendela berbeda dengan fungsi pintu. Jendela di buat agar ada pergantian udara, sebagai akses sinar matahari agar rumah tidak lembab dan juga agar suasana rumah tidak membuat hati tertekan (stress) akibat gelap, untuk dapat melihat pemandangan di luar dan masih banyak lagi fungsi lainnya.

Bagi sementara orang lain jendela dapat paling tidak menunjukkan “sekilas” apa yang ada di dalam rumah orang tersebut. Saya ingat dulu saat masih kanak-kanak bermain bola. Saking serunya kami bermain, tendangan bola teman saya keras sekali hingga melintasi pagar rumah dan masuk ke dalam halaman tetangga kami. Saat saya masuk halaman tetangga, saya terkagum melihat sepintas dari jendela rumah mereka sebuah lukisan keluarga yang amat mengagumkan. Belum lagi kulihat vas bunga yang sangat artistik dan bunga mawar merah di dalamnya menambah menawan ruang tamu tetangga saya tersebut. Sebuah jendela yang terbuka dapat menggambarkan pada kita kondisi dan siapa yang tinggal di rumah itu.

Dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi sebenarnya ada banyak “jendela” yang dapat kita gunakan untuk masuk sebagai akses menyaksikan kasih Kristus melalui hal-hal yang sederhana saja. Hal-hal yang sangat sederhana namun dapat menyentuh jiwa orang yang ada di sekitar kita. Apa yang hendak saya tekankan di sini? Saya ingin mengatakan pekalah pada keadaan orang lain, apa yang Anda kehendaki orang lain perbuat pada Anda, perbuatlah hal itu lebih dulu bagi orang lain (Matius 7:12). Hanya orang bodoh yang melakukan sesuatu yang melukai dirinya tentunya.

Saat Anda berulangtahun, bagaimana perasaan Anda kala semua orang di rumah acuh dan lupa bahwa hari itu Anda berulangtahun. Tentunya Anda kecewa, meskipun Anda mungkin coba menegarkan diri Anda dan mengatakan,”Engga apa-apa, mungkin mereka sibuk dan lupa.” Namun bila itu terjadi berulangkali maka Anda akan menjadi “keras” dan akibatnya Anda pun tidak peduli saat orang lain berulangtahun. Itulah yang pernah terjadi dalam hidup saya dulu, saya merasa tidak dipedulikan oleh orangtua. Akibatnya saya pun tak peduli pada mereka. Saya pun tak peduli pada ulangtahun orang lain.

Namun setelah saya lahir baru, Tuhan mulai mengajar saya untuk mulai memperhatikan orang lain terlebih dahulu. Saat saya menggembalakan jemaat, Tuhan mengajar saya untuk memperhatikan tanggal kelahiran tiap jemaat, tanggal pernikahan mereka, momen duka yang mereka alami, momen bahagia kelahiran anak, dan lain-lain. Kami acap-kali membuat “surprise party” setelah ibadah, jemaat yang kami gembalakan rata-rata berasal dari keluarga yang berkekurangan, saat kami membawa kue tart ulang tahun sering kali jemaat itu menangis sebab itu merupakan kue tart pertama yang pernah ia dapatkan.
Ada kalanya kami datang membantu keluarga muda yang baru memiliki bayi, ada momen kami hadir di tengah mereka yang berduka dan mendukung acara mereka..just be there (hadir untuk mendukung mereka). Hal-hal yang sangat sederhana namun membawa dampak bagi jemaat kami bahwa mereka berharga di mata kami dan Tuhan tentunya. Juga orang yang belum percaya melihat kedekatan kami sebagai “keluarga rohani”, beberapa orang di antara jemaat yang berlatar “agama seberang” datang pada Tuhan Yesus akibat melihat kesaksian hidup. Perilaku atau sikap hidup kita berbicara lebih kuat daripada perkataan kita yang mungkin tertata dengan indah. Itulah perbedaan di antara Tuhan Yesus dan orang Farisi. (Matius 7:28-29)

Dalam kehidupan kita sebagai manusia seringkali mengalami masa kedukaan atau problem berat yang menekan, bukan? Ada masa yang kita sakit parah dan yang tak kunjung sembuh-sembuh, mungkin kehilangan pekerjaan atau menjadi korban PHK padahal kita adalah tulang punggung keluarga, insiden kecelakaan di tengah keluarga kita, konflik keluarga yang sulit untuk dicari titik temunya, perceraian yang melukai pasangan serta anak-anak, dan masih banyak hal lagi yang memukul kita. Dunia tempat kita hidup kini sudah kehilangan kasih yang tulus dan kepedulian seorang dengan yang lain. Kita sebagai anak Tuhan seharusnya berani tampil beda, bila kita mau dipakai sebagai saksi Kristus yang hidup, berilah dirimu...untuk menjadi tempat curahan hati beban dari saudara-saudara atau temanmu, berdoalah dan kuatkan mereka. Mereka perlu tahu bahwa masih ada orang-orang yang peduli terhadap sesamanya tanpa pamrih.

Ketika kita membuka diri untuk menjadi tempat curahan hati sesama kita, Tuhan juga akan menolong kita kala diterpa masalah. Dari pengalaman saya pribadi, dikala seseorang berbagi masalahnya pada saya bukan saja ia yang beroleh kelegaan dan jawaban. Saya yang melayaninya pun beroleh jawaban dan kelegaan bagi masalah yang tengah digumuli. Saat saya memberikan masukan pada orang tersebut, Firman Tuhan yang merupakan “pedang bermata dua” itu pun mengena pada diri saya. Hingga pada akhirnya kami berdua beroleh jawaban dari Tuhan (Ibrani 4:12)
Ada banyak lagi “jendela-jendela” dalam kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita yang dapat menjadi “jalan” bagi kita untuk menjadi saksi bagi Kristus. Kita secara sepintas atau bahkan jelas dapat melihat suatu jalan masuk untuk menunjukkan kasih dan perhatian yang tulus terhadap mereka.
Sebut saja melalui hobi yang kita sukai yang dapat jadi jembatan untuk membina hubungan dengan orang lain. Olahraga kegemaran kita, masalah sosial yang ada di lingkungan atau kota kita, kesamaan rasa ketertarikan dalam keluarga umpamanya ibu-ibu muda yang baru memiliki bayi gemar sekali membicarakan perkembangan putra-putri mereka, bahkan mungkin luka-luka di masa lalu.

Kita dapat bersukacita bersama saat kita atau orang lain berulangtahun, ulangtahun pernikahan, menonton suatu acara TV atau film bersama, piknik bareng, atau hal lainnya. Maupun sebaliknya kita dapat menunjukkan empati saat ada kedukaan, pemakaman, menengok orang yang sakit, usaha teman kita yang bangkrut atau baru terkena PHK, atau masalah lainnya.

Mulailah untuk mengubah pola pikir kita dari paradigma lama, bahwa mengabarkan Injil hanya dapat dilakukan melalui acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) atau Malam Penginjilan atau merupakan program gereja menggunakan suatu pola penginjilan yang baru dipelajari secara masal. Kita harus menjadikan penginjilan sebagai gaya hidup kita. Ada iklan rokok yang bagus sekali dan sangat inspiratif, “Talk less do more” (Sedikit berbicara lakukan lebih banyak). Ingat perhatian dan kasih yang tulus pada saat yang tepat berdampak jauh lebih kuat daripada mengkhotbahi orang dengan puluhan ayat.

Dari hasil survey ternyata sekitar 90% orang diselamatkan melalui “friendship evangelism” (penginjilan melalui persahabatan) dan bukan melalui “acara penginjilan masal”. Selama saya terlibat dalam pelayanan perintisan, penggembalaan dan pengembangan gereja jumlah jemaat dari hasil “friendship evangelism” bertahan lebih lama dibandingkan mereka yang bergabung dari hasil KKR. Bahkan terkadang kita sudah mengeluarkan jutaan rupiah untuk sebuah acara KKR namun tidak satu jiwa baru pun dimenangkan atau bertambah dalam jemaat kami sebab ternyata yang meresponi altar call merupakan jemaat gereja lain yang mengalami jamahan Tuhan untuk bertobat. Tentunya kami mengembalikan dia ke gereja asalnya.

Tidak perlu menjadi orang yang pandai berbicara apalagi memanipulasi untuk menjadi penginjil. Anda dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dan bukan salesman, jadi jangan kuatir. Roh Kudus akan menyertai anda, memberikan hikmat dan kemampuan untuk menghidupi kebenaran Firman Tuhan. Perubahan yang dikerjakan Tuhan dalam hidup Anda akan juga berimbas pada orang lain di sekitar anda. Mereka pun dapat merasakan bahkan melihat Tuhan melalui diri anda.


Di dalam ayat Firman Tuhan; 1 Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Bila anda menyatakan mengasihi Tuhan, tunjukkanlah hal itu dengan mengasihi sesamamu manusia tanpa pamrih dan akal bulus sebab Tuhan menghendaki kita menjadi orang yang tulus.











THE POWER OF ACCEPTANCE
(KUASA PENERIMAAN)

Penerimaan merupakan hal yang sangat luar biasa dalam sebuah penginjilan. Saya teringat suatu kali gereja di tempat saya melayani mengadakan ibadah doa yang konsisten meminta jiwa-jiwa baru untuk datang dalam ibadah minggu. Hingga suatu minggu dalam acara ibadah masuklah seorang wanita dengan dandanan yang cukup menor. Semua mata memandang dengan tatapan tajam bak rajawali hendak menerkam mangsanya. Ia duduk sendirian di bangku belakang dan nampak gugup dengan sorot pandangan mata yang gelisah.Rata-rata jemaat memandang dan seolah menolak kehadirannya. Saya melihat dia yang tengah grogi dan sangat gelisah. Saya menyenggol teman sepelayanan yang wanita untuk duduk menemani jiwa baru itu. Namun ia enggan,”Engga ah, Dave, dia pasti pelacur lihat saja dandanannya. Belum lagi lirikannya itu..ih menjijikkan.”
Saya mengerutkan dahi dan menghela nafas, kadang saya heran dengan saudara-saudara seiman, bukankah kita yang berdoa minta jiwa baru untuk datang ke gereja namun sekarang setelah ada jiwa baru malah diabaikan oleh karena statusnya. Saya percaya bagi seorang yang “hidup dalam dosa” dan sudah membulatkan hati untuk datang dalam sebuah ibadah untuk mencari Tuhan, itu saja sudah merupakan keberanian yang luar biasa baginya.
Setelah beberapa menit saya mencari rekan wanita yang mau duduk menemaninya dan tak seorangpun mau. Dalam hati, saya bergumul juga. Apa yang harus saya lakukan? Kalau saya hampiri dia, nanti jemaat yang lain akan berkata apa? Namun kalau saya acuhkan, ini jiwa baru yang selama ini kita doakan. Bukankah ini merupakan jawaban doa kami, Tuhan telah mendengar dan mengirimkan jiwa yang membutuhkan DIA? Saat saya mulai ragu, ada dorongan yang kuat dalam hati saya untuk menyapanya. Tersrah apa kata jemaat atau rekan sejawat saya, Tuhan yang tahu isi hati saya. Akhirnya saya putuskan untuk menghampirinya dan menyapa, ”Shalom, selamat datang, Mbak.” Wajahnya yang tadinya tegang kini nampak sedikit santai terlebih melihat saya tersenyum padanya dengan ramah. “Nama saya, Dave, pekerja di gereja ini. Kami senang menyambut kedatangan Anda.” Lalu sepanjang kebaktian itu saya duduk di sebelahnya dan menemaninya.
Setelah ia mendengarkan khotbah yang disampaikan Bapak Gembala dan saat diadakan altar call, akhirnya ia berlari ke depan mimbar untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Dia mungkin memiliki profesi yang tak layak, ia sadar ia hidup dalam dosa oleh sebab itu ia mencari Tuhan.
Mungkin yang lain tidak suka padanya sebab profesi yang ia jalankan. Saya percaya ia pun tak suka pada profesinya, namun saya dapat pastikan pasti ada suatu latar belakang yang menyebabkan ia terjerumus dalam lembah hitam itu. Tuhan Yesus membenci dosa namun Ia mengasihi dan mati untuk menebus orang berdosa. Kalau Tuhan Yesus mau menyambut kita orang yang nota bene berdosa tadinya, siapakah kita yang mau menghalangi orang berdosa lainnya dari pengenalan akan Tuhan Yesus?

Kisah lainnya adalah saat saya melayani di sebuah organisasi gereja yang berbeda yang saya dipercaya untuk memimpin departemen penginjilan. Kala kami mulai menjangkau anak-anak muda sebab saat itu gereja tersebut tengah mengembangkan pelayanan kaum muda (youth ministry and church). Kami berdoa agar Tuhan mempertemukan kami dengan jiwa-jiwa yang haus dan lapar akan kebenaran. Suatu hari saya duduk di sebuah mall dan bertemu segerombolan anak punk dengan dandanan mereka yang eksentrik dan tata rambut yang luar biasa.
Pendek cerita, akhirnya kami berbincang-bincang tentang banyak hal, dari masalah musik sampai pada kehidupan. Beberapa di antara mereka tertarik pada pokok pembicaraan mengenai luka bathin dan akibatnya bila kita hidup dalam kepahitan. Hingga akhirnya mereka setuju untuk pergi dan menghadiri ibadah di gereja.
Minggu itu saya bersemangat menantikan mereka, saat itu saya tengah bertugas menjadi penyanyi latar gereja (singer). Saat itulah saya melihat mereka datang dan penerima tamu, sayangnya, tak mengizinkan mereka masuk sebab “dandanan” mereka yang berbeda. Saya ingin rasanya turun dari panggung dan mengajak mereka masuk namun tidak bisa. Jiwa baru yang ingin mengenal Tuhan terlepas akibat cara berpakaian yang berbeda. Tuhan telah memperingatkan Samuel dan juga kita,”Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”(1 Sam 16:7)
Kadang kita berdoa agar banyak jiwa diselamatkan namun bila yang datang “tidak sesuai harapan”, lalu kita terkejut dan buru-buru menolak kedatangan mereka. Tuhan tidak pernah memandang muka, Ia menerima semua orang berdosa yang menyadari kesalahan-kesalahannya. Bagaimana dengan Anda dan saya? Teladan siapakah yang kita ikuti, Tuhan Yesus atau orang Farisi?

LAMPU HIJAU ATAU LAMPU MERAH?

Ada banyak orang Kristen yang merasa dirinya merupakan “penegak kebenaran”, yang pekerjaannya menunjuk dosa saudara seiman dan lebih heboh lagi terhadap mereka yang belum percaya. Saat khotbah disampaikan dari atas mimbar maka orang seperti ini biasanya mulai menengok ke kanan-kiri atau muka belakang, mencari-cari temannya di gereja, sambil berkata dalam hatinya,”Ah khotbah ini cocok bagi Ibu Anet, sayang tidak hadir. Besok perlu ke rumahnya untuk menyampaikan teguran ini.” Khotbah yang dia dengar selalu untuk menegur orang lain dan bukan untuk mengkoreksi kehidupannya sendiri. Saat ia bergaul dengan orang belum percaya, ia dapat membagikan kebenaran dengan baik namun sering kali menjadi sandungan sebab hidupnya tak berpadanan dengan apa yang utarakan. Ia selalu merasa dirinya benar dan orang lain salah.
Ada pula peristiwa lain, suatu pagi dalam acara kesaksian di gereja kami, hadirlah seorang penginjil wanita dari daerah. Ia bersaksi bagaimana dalam penginjilannya Tuhan mengizinkan penganiayaan terjadi. Suatu kali ia melihat segerombolan preman jalanan sedang minum minuman keras di pinggir jalan lalu ia menghampiri mereka dan berseru,”Bertobatlah sebab Kerajaan Tuhan sudah dekat!” Langsung botol minuman yang telah kosong mendarat di jidat beliau, dan beliau harus dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk dijahit luka pada dahinya.
Kita perlu tulus dalam melayani jiwa-jiwa namun juga cerdik atau berhikmat dalam cara kita melakukan pendekatan.
Sikap tadi di atas seolah “lampu merah” bagi orang yang belum percaya atau belum bertobat.

Bagaimana kita dapat memberikan sinyal “lampu hijau” hingga orang –orang menyukai kita. Sebenarnya hal yang sangat mudah saja asalkan kita melakukannya dengan hati yang tulus dan murni.
1. TERSENYUMLAH, semua orang senang melihat seseorang yang tersenyum. Tanyakan pada diri anda sendiri, apakah Anda senang melihat boss Anda tersenyum atau marah-marah?
2. BERSIKAP BERSAHABAT, semua orang senang bersahabat dengan orang yang hangat, tulus, bisa dipercaya dan diandalkan.
3. MENDENGARKAN, banyak orang senang berbicara namun sedikit yang mau mendengarkan keluhan permasalahan orang lain. Dunia yang kita hidupi sekarang penuh dengan orang yang egois, apakah Anda mau tampil beda sebagaimana Kristus telah hidup?
4. PEDULI, jadilah seorang yang peka saat melihat orang di sekitar Anda. Apakah kebutuhannya hari ini? Berdoa dan mintalah pimpinan Roh Kudus agar pada hari itu Anda dapat menjadi berkat bagi seseorang.
Teladan kita adalah Tuhan Yesus, Ia menghidupi standar kekudusan tetapi Ia tak pernah menghakimi rekan bicaranya. Ia hidup dan memberitakan teladan atau contoh pada orang lain. Tuhan Yesus tak pernah kompromi dengan dosa tetapi mengasihi mereka yang berdosa. Ia menolong setiap orang berdosa untuk menyadari dosanya dan lalu menuntun mereka pada kebenaran tanpa paksaan. (Yohanes 4, Lukas 5:27f, Lukas 19).

PENERIMAAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGINJILAN

Saat kami merintis sebuah gereja beberapa tahun yang lalu di Surabaya. Tuhan menaruh dalam hati kami untuk melayani mereka yang selama ini ditolak atau kurang diperhatikan gereja pada umumnya. Kami merintis sebuah persekutuan di rumah sederhana di sebuah gang kecil di daerah yang sedikit kumuh. Kami menggunakan salah satu ruang tidur dari keluarga jemaat tersebut. Orang-orang pertama yang kami layani adalah anak-anak muda maupun pasangan muda. Tidak ada yang signifikan, ibadah dilakukan dari rumah ke rumah. Satu saja yang kami miliki, yaitu kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan dalam hadiratNya.
Kesadaran akan penerimaan Tuhan yang sangat besar bagi kami, membangunkan kesadaran yang lain yaitu kesadaran untuk menjadi saksi Kristus dan menerima orang-orang berdosa yang mau bertobat. Tidak seperti gereja lain yang memiliki fasilitas, kami hanyalah sekumpulan anak-anak muda yang ingin “do something”(melakukan sesuatu) bagi Tuhan yang telah mengeluarkan kami dari lumpur dosa.
Di kala Ambon membara, banyak sekali keluarga-keluarga yang terpisah. Kala kerusuhan terjadi disana, mereka eksodus ke kota-kota lain yang dianggap aman, salah satunya adalah kota Surabaya. Beberapa orang ibu muda yang kami kenal pada akhirnya melacurkan dirinya di pelabuhan sebab strata pendidikannya rendah untuk melamar pekerjaan di kantor, minim pengalaman kerja dan juga tak punya modal untuk usaha sedang suami entah dimana, kemungkinan masih terjebak di wilayah konflik. Beberapa gereja yang ada menolak mereka karena profesi tersebut, sayang sekali. Hingga seorang pemuka agama lain menerima mereka untuk tinggal di rumahnya. Meski sudah dicekoki ajaran agama lain tersebut, hati mereka tetap terpaut pada Tuhan Yesus. Mereka gundah sebab melihat “saudara-saudara seiman” menolak mereka, kalau memang saudara mengapa mereka ditolak dan bukannya ditolong?
Dalam kegundahan itulah salah seorang ibu menghadiri ibadah yang kami adakan, dan ia mengalami jamahan dari Roh Kudus. Mulai saat itulah beberapa ibu dari kelompok tersebut menghadiri ibadah kami secara reguler dan kami layani konseling. Kami rindu untuk menolong mereka namun dana kami terbatas. Kami berdoa dan akhirnya Tuhan membuka jalan, sebuah organisasi gereja lain, pada akhirnya mau menampung ibu-ibu ini dan menolong mereka agar dapat pekerjaan yang layak.

Pada waktu yang lain, seorang pelaut datang ke pastori gereja kami. Tubuh besarnya menggigil ketakutan. Lalu saya bertanya,”Kenapa kamu sampai gemeteran gitu?” “Tolong sembunyikan saya, ada orang-orang M (suku tertentu) mau membunuh saya...” Kami mengizinkan ia masuk dan lalu berbincang-bincang mengenai permasalahan yang tengah ia hadapi. Rupanya di pelabuhan ia bertengkar dengan seorang pelaut lainnya dari suku tersebut. Ia emosi dan memukul pria tersebut, orang tersebut tidak terima dan memanggil teman-teman sekampungnya.
Pria muda ini bukanlah jemaat gereja kami, ia salah satu “trouble maker” di daerah kami tinggal. Sering kali ia mengganggu jemaat wanita di gereja kami. Namun malam itu, wajahnya pucat pasi ketakutan.
Saat kami berbincang-bincang ia menyadari bahwa bila ia terbunuh maka ia pasti masuk neraka. Lalu ia bertanya bagaimana caranya agar ia beroleh penebusan dan keselamatan dari Kristus. Kami menerangkan dan membimbingnya hingga malam itu, bukan menjadi malam yang menakutkan lagi baginya namun malam yang penuh sukacita. Sebab ia bertemu dan diselamatkan oleh Kristus Yesus.

Kita perlu peka ada kalanya permasalahan entah itu berat ataupun ringan, dapat digunakan oleh Tuhan untuk membawa seseorang padaNya. Ada kalanya ketika kita melihat saudara seiman dalam masalah kita acuh saja, sebab “untuk apa pusing dengan orang lain, kita juga sudah pusing dengan masalah sendiri”...”urus aza masalah masing-masing”....dan masih banyak alasan yang egois sekali dalam hidup kita.
Mengapa penginjilan mandul? Sebab ada begitu banyak orang Kristen yang hanya melihat atau memikirkan dirinya sendiri dan tak peduli pada orang lain. Kita mengatakan bahwa teladan hidup kita adalah Kristus namun sudahkah kita mengikuti teladanNya?

Kristus memiliki kasih yang sempurna yaitu Agape. Kasih tak bersyarat, kasih yang tetap menerima “walaupun”......ingat kisah anak terhilang dalam Lukas 15? Kasih sekualitas ituah yang harus kita miliki. Dan itu hanya dapat kita miliki bila kita memiliki hubungan yang benar dan intim bersamaNya.

Suatu kali salah satu anggota jemaat yang kami gembalakan tersandung masalah hukum hingga masuk ke dalam penjara. Beberapa orang anggota jemaat yang lain bertanya pada saya,”Pak Pendeta, apa yang harus kita lakukan bila “si A” telah keluar dari penjara?” Untuk beberapa saat saya termenung sebelum menjawab dan Roh Kudus memberikan jawaban pada saya,”Kita harus menerima dia kembali dengan kasih Agape.”
Seminggu kemudian kami mengunjungi dia di penjara, menjenguknya tanpa mengkhotbahi atau menghakimi dia. Dia datang dan berbicara,” Pak, maafkan saya, karena saya sudah mengecewakan Bapak maupun Tuhan.” “Tidak apa-apa, semua orang bisa saja terpeleset melakukan kesalahan, yang terpenting kamu sadar sudah melakukan kesalahan dan mau kembali ke jalan Tuhan.” Pada akhirnya selepas dari penjara ia kembali beribadah di gereja dan jemaat yang lain pun dapat menerimanya kembali.










































THE POWER OF ENCOURAGEMENT
(KUASA PENGOBARAN SEMANGAT)
Dorongan atau pengobaran semangat (encouragement) merupakan ekspresi iman dengan menanamkan pada orang lain suatu harapan. Harapan dalam bahasa Inggris adalah HOPE. Seorang rekan senior saya, Pr Kenny S menggambarkan HOPE sebagai:
H..ang
O..n to
P..ositive
E..xpectations
(Berpegang pada pengharapan yang positif)

Misi utama Tuhan Yesus adalah memberikan harapan bagi dunia terhilang yang menuju kebinasaan ini. Sebab itu tugas kita sebagai pengikutNYA adalah untuk menjadi penyalur harapan bagi dunia yang tengah mengalami kesulitan dan kesakitan.


DORONGAN SEMANGAT MERUPAKAN SEBUAH KEBUTUHAN UNIVERSAL


Kebanyakan orang tidak menyukai yang namanya “Hari Senin”. Sebab di alam bawah sadar kita langsung menjerit,”O..no, harus kerja lagi!”. Hingga ada sebuah lagu yang sangat populer di tahun 80-an karya Bob Geldof, “I don’t like Monday”.
Begitu pula dalam kehidupan kita sehari-hari terkadang kita mengalami stress berat. Kita mungkin harus berhadapan dengan arus lalu lintas yang macet, situasi kantor yang kurang menyenangkan, tekanan untuk menunjukkan performa kerja yang lebih baik, pekerjaan yang sudah mendekati deadline, boss yang tidak puas dengan kinerja optimal kita, gossip, keadaan kesehatan yang kurang baik, masalah dalam rumahtangga, keletihan baik secara fisik maupun mental dan masih banyak lagi permasalahan yang membuat diri kita frustasi dan jenuh dalam kehidupan.
Terbukti bahwa kita semua ternyata rentan mengalami “luka-luka kecil” sepanjang hari. Bila kita abaikan “luka-luka” ini dapat mencuri kebahagiaan dan semangat hidup kita.
Sebagai anak Tuhan, kita semua dipanggil sebagai “encourager”(seorang yang membesarkan hati/pemberi semangat) untuk secara kontinu dapat menginjeksikan kata-kata yang menguatkan, menghibur, memotivasi dan positif. Pertama-tama tentunya bagi diri sendiri dan lalu bagi orang-orang yang ada di dekat kita, entah itu anggota keluarga, rekan sejawat maupun orang-orang yang sehari-hari kita bertemu dengan mereka. Selain kata-kata positif, kita juga dapat memberikan ide-ide atau masukan yang dapat memberikan harapan dan pengharapan yang positif.
- Seorang “encourager” tidak mengkonfrontasi seseorang dengan terus membicarakan masa lalu atau kejadian buruk yang telah terjadi tetapi memberikan saran bagaimana solusinya bila rekan tersebut menghadapi permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
- Seorang “encourager” bersama-sama mencari jalan keluar sebab memandang kegagalan terus menerus tidak akan mengubah sejarah/masa lalu.
- Seorang “encourager” dapat melihat kemampuan pribadi, kinerja dan potensi yang ada pada orang lain.
- Seorang “encourager” dapat mengemas perkataannya bahkan kritikannya dalam susunan kalimat yang positif dan membangun sehingga dapat membangun rasa percaya diri orang tersebut dan bukannya malah menambah kekecewaan.

Kita harus menyadari bahwa perkataan kita memanifestasikan kadar iman kita. Perkataan kita menunjukkan apa isi hati kita.

“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” (Amsal 18:21)
“Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (Matius 12:34b-35)

Bila kita ingin menjadi berkat dan saksi Tuhan maka kita harus tertanam dan bertumbuh di dalam Dia (Pokok Anggur, Yohanes 15:1-8).

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Bila kita tidak melekat, terus menerus dibersihkan dan berbuah di dalam Tuhan maka meskipun kita dapat menyampaikan nasehat paling bijak sekalipun namun tidak didukung dengan karakter ilahi dalam hidup kita, maka kita akan seperti “tong kosong yang nyaring bunyinya”. Mungkin perkataan kita benar tetapi gaya hidup kita bertentangan dengan apa yang kita ucapkan, hal itu pun menjadi sia-sia.
Ketika kita tidak menghentikan kebiasaan kita untuk bergosip, mengeluh terus menerus atau berbicara negatif (memfitnah) maka kesaksian kita akan menjadi tidak efektif dalam melayani seseorang atau sekelompok orang.

Dua hal yang perlu kita perhatikan:
1. Orang yang tinggal atau bekerja dengan Anda memandang Anda sepanjang waktu. Mereka melihat bagaimana sikap Anda dalam meresponi suatu masalah dan hal tersebut menimbulkan impresi dalam diri mereka. Bila selama ini Anda meresponi masalah secara positif, penuh pengharapan dan optimis, maka Anda mengkomunikasikan atmosfir yang membangkitkan mereka saat menyampaikan suatu masukan.
2. Orang-orang juga memperhatikan apa yang anda tidak lakukan , umpamanya Anda tidak suka bergosip, mengeluh atau menjelekkan orang lain. Orang lain akan memperhatikan apakah anda seorang yang memiliki integritas dan tulus atau hanya seorang munafik yang memiliki agenda terselubung. Opini mengenai diri Anda akan timbul dari tindak tanduk Anda sehari-hari.

Hal-hal praktis memberikan dorongan semangat:
a. Hal-hal yang mendasar dengan mengirimkan SMS (pesan singkat) kata-kata Firman Tuhan atau motivasi.
b. Berbicara secara positif saat bertemu.
c. Menelpon rekan atau saudara yang sedang “down”.
d. Mengirimkan artikel melalui e-mail atau surat.
e. Just be there (siap memberi diri dikala suka maupun duka)
f. Dan lain-lain.

Sering kali saat kita melihat rekan kita yang percaya diri berjalan melangkah, dalam benak kita timbul pemikiran bahwa ia tidak memerlukan dorongan semangat atau motivasi. Saya hendak menekankan bahwa setiap orang membutuhkan dorongan semangat atau dengan kata lain pujian.
Entah kita sedang berbicara dengan saudara seiman atau seorang yang belum percaya, dikala kita memberikan pujian atau dorongan semangat atau motivasi. Pada akhirnya ia akan dapat melihat hubungan antara iman terhadap Tuhan dengan harapan akan hari esok.






















THE POWER OF INSIDE-OUT LOVE
(KUASA KASIH DARI DALAM TERPANCAR KELUAR)

Dengan menggunakan sebuah stetoskop, seorang dokter akan menganalisa detak jantung seseorang sehat atau tidak. Begitu pula dengan kita sebagai anak Tuhan, kita dapat mengetahui apakah “lawan bicara” kita memiliki masalah dengan “hatinya” atau tidak, dengan menggunakan Prinsip Inside-Out Love. Kita akan dapat mengetahui bagaimana kondisi emosinya dan gambar dirinya.
Sebelum kita berbicara lebih rinci, kita harus mengerti apa yang dimaksudkan dengan Prinsip Inside-Out Love (Kasih dari dalam terpancar keluar).
Setiap anak Tuhan akan mencerminkan “BAPA-nya”, sebab seorang anak memiliki DNA “ayahnya”. Kita tahu DNA, BAPA kita adalah kasih.

Dalam 1 Yohanes 4:7-8, Firman Tuhan menyatakan,” Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”
Bahkan ekspresi kasih BAPA dinyatakan melalui pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menebus dosa. Yang tergambar dalam FirmanNya,” Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16

Maka bila kita telah lahir baru maka kasih Allah ada di dalam kita. Bila kita telah mengalami kasih Tuhan maka kita akan mampu untuk menyalurkan kasih Tuhan bagi orang lain. Kasih Tuhan pertama-tama memulihkan kita terlebih dulu, dimana kita mengalami kasihNya yang luar biasa. Setelah kita mengalami kasih dan pemulihan dari Tuhan barulah kita dapat menyalurkan kasihNya pada sesama.
Sebab dalam Matius 15:14 Tuhan Yesus menyatakan,” Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."
Kita menipu diri sendiri bila masih “buta” namun ingin menuntun sesama yang “buta”. Maksud hati ingin melangkah bersama di jalan, apa daya malah masuk selokan dan terjatuh bersama. Kita akan sama-sama celaka pada akhirnya. Kita perlu dipulihkan terlebih dahulu sebelum menjadi alat Tuhan untuk memulihkan sesama kita.

Bagaimana caranya menolong atau menjadi saksi Kritus bagi orang lain melalui prinsip ini?

- Di kala kita melihat seseorang dengan kepribadian yang meledak-ledak, kasar dan penuh sumpah serapah atau ekstrim yang sebaliknya seorang yang tertutup, pendiam dan lebih suka menyendiri. Ini sudah mengindikasikan ada sesuatu yang terjadi dalam diri orang tersebut.
- Ada kepribadian yang bagaikan seekor landak, imut dan lucu dari jauh tetapi setelah mendekat menyakiti orang lain. Ada pula orang yang kepribadiannya bagaikan “malaikat”, sebab dia nampaknya pendiam, namun ternyata ia penuh dengan dendam, kepahitan dan kemarahan. Terkadang orang seperti ini pun tidak sadar bahwa “dirinya bermasalah”, ia tidak sadar bahwa entah sikapnya, perkataannya atau yang lainnya telah menyakiti orang lain.
- Di saat kita berhadapan dengan orang-orang yang bersikap seperti itu, kita harus menggunakan prinsip Inside-Out Love. Bila kita melimpah dengan kasih Tuhan dalam diri kita maka Roh Tuhan akan memberikan pengertian pada kita bagaimana caranya berhadapan dengan mereka. Di kala orang lain menjauhi orang-orang seperti ini, Anda dapat menjadi agen perubahan (transformer) bagi orang tersebut sebab Tuhan ada bersama Anda.
- Di kala pengertian dalam diri Anda meningkat, maka Anda akan dimampukan melihat bagaimana sebenarnya orang-orang ini mengalami masalah dalam hati mereka. Rasa rendah diri, terluka dan berbagai aspek lainnya membentuk orang tersebut hingga menjadi seperti saat ini. Pengertian ini akan memampukan kita untuk berempati terhadap mereka dan bukannya melihat sebagai pribadi yang menyebalkan dan sebaliknya dihindari.


13 KARAKTERISTIK KASIH DAN TANDA SESEORANG MEMILIKI MASALAH DENGAN PRIBADINYA

Kita akan sama-sama mempelajari 13 karakteristik kasih ini dan juga menyelisik/menelaah/meneliti apakah kita sudah dipulihkan dalam area-area tersebut, bila ternyata belum maka kita perlu dipulihkan terlebih dulu. Hingga pada akhirnya kita dapat menjadi saksi yang efektif. Di kala kita telah mengalami pemulihan, di saat itulah kita dapat menolong orang lain mengalami hal yang sama. Kasih Kristus akan terpancar melalui kehidupan kita secara nyata. Orang-orang akan dapat melihat Kristus dalam diri kita. Ketika akan meninggikan Kristus dalam diri anda, maka IA akan menarik orang-orang untuk anda layani. Anda akan menjadi seperti magnet yang menarik bagi mereka. Tuhan Yesus bersabda,”Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.”(Yohanes 12:32)

1 Korintus 13:1-13

13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.



Karakteristik pertama “KASIH ITU SABAR”

Tanda-tanda seseorang yang memiliki permasalahan di sini umpamanya:

• Ia tidak sabar pada dirinya dan selalu merasa dirinya lambat. Ia merasa harus lebih cepat dan gesit dalam pekerjaan maupun kehidupannya bila ingin sukses. “Time is money” dan “Faster is better” menjadi motto kehidupannya.
• Di kala ia memesan makanan di sebuah restoran, sering kali tidak sabar bila pelayan ia rasa kurang gesit atau pesanannya terlalu lama. Maka ia menjadi marah dan melakukan komplain.
• Seorang ibu atau ayah yang tidak sabar di kala anaknya tengah berupaya menyelesaikan tugasnya hingga dimarahi dan dikutuki.
• Saat mengendarai mobil selalu terburu-buru dan paling sering membunyikan klaksonnya di jalan. Tidak sabar terhadap pengemudi lainnya. Mengumpat pada pengemudi lain menjadi bagian hidupnya sehari-hari.
• Ketika bawahan atau rekan sekerja, tidak bekerja sesuai harapan atau tidak bekerja sesuai caranya, ia menjadi tidak sabar.

Kita perlu menyadari bila tidak sabar dan sering jengkel terhadap diri sendiri, terutama dalam hal kecepatan dalam mencapai suatu target atau tujuan maka kemungkinan besar kita memiliki masalah dalam diri kita. Kita merasa berharga bila kita dapat melakukan segala sesuatu dengan cepat mencapai target. Saat gagal mencapai target karena ada orang yang lebih dulu mencapainya, maka ia tidak sabar terhadap dirinya sendiri. Bahkan cenderung menjadi stress.
Bila anda seperti itu, maka anda harus berubah terlebih dulu dalam pola pikiran atau persepsi anda.

Karakteristik kedua “KASIH ITU MURAH HATI” (dalam Alkitab Bahasa Inggris LOVE IS KIND = BAIK HATI)

Di saat seseorang kasar atau tidak menghargai orang lain. Suka menyudutkan dan menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain, sebenarnya telah menunjukkan bahwa orang ini belum mampu menerima diri sendiri apa adanya, baik itu kelemahannya, penampilannya, dll.
Seringkali kita mendengar orang berkata,” Jangan salah mengerti lho. Peter itu orang baik TETAPI...”. Di saat kita mendengar kata TETAPI kita segera akan mendengar penilaian orang tersebut terhadap Peter dan biasanya itu merupakan hal yang negatif. Kata TETAPI menggugurkan pernyataan yang ada sebelumnya, pernyataan setelah kata TETAPI itulah isi hati orang tersebut sebenarnya.

Suatu kali beberapa hari setelah istri saya melahirkan putri kami, Regina, datanglah seorang ibu. Setelah berbasa-basi sejenak, ia lalu bertanya pada istri saya,”Wah, Ibu ini sesudah melahirkan gemuk sekali sih? Seharusnya ibu jaga badan meskipun baru melahirkan agar tidak jadi jelek.” Kami hanya mendengarkan saja ocehan ibu ini tanpa berkomentar.
Pertama, kami belum pernah melihat wanita hamil atau yang baru melahirkan dapat langsung memiliki tubuh yang ideal atau proporsional.
Kedua, kami tahu ibu ini memiliki masalah dengan gambar dirinya sebab ia termasuk wanita yang over weight (kelebihan bobot badan). Sebab bila dibandingkan pun istri saya tetap jauh lebih ringan bobotnya dari dirinya.
Ketiga meskipun istri saya menjadi gemuk setelah persalinan, saya tetap mengasihinya. Ia telah selama 9 bulan mengandung putri kami. Ia adalah pahlawan bagi keluarga kami.

Mereka yang dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari nampak kurang bersahabat dan tidak dapat bertoleransi dengan kesalahan kecil orang lain. Biasanya memiliki masalah dengan citra dirinya. Ada orang-orang yang merasa dirinya paling benar dan selalu ingin menjadi penasehat bagi orang lain. Padahal kehidupannya pun berantakan. Nasehat-nasehat yang ia sampaikan pun tidak dapat ia terapkan dalam hidupnya sehari-hari, ironis sekali.
Biasanya orang ini memiliki standar yang tinggi, hingga dikala ia sendiri tidak dapat mencapainya. Ia menjadi frustasi. Namun tidak sampai di situ saja, didorong oleh rasa frustasinya itu mereka memakai standar ini, memaksa orang lain untuk menghidupinya. Saat orang lain menentangnya ia menjadi kasar bahkan cenderung kejam.
Kita perlu menerima diri kita apa adanya, mengenali kelebihan maupun kekurangan dalam diri kita. Kelebihan kita tingkatkan dan kelemahan yang ada kita cari solusinya untuk menghilangkannya atau setidaknya menguranginya.
Tuhan menyatakan bahwa kita ini berharga, semuanya bukan akibat usaha kita tetapi karena anugerahNYA. Kita dikasihi TUHAN karena kasih karuniaNYA bukan jerih lelah dan upaya kita. Kita tidak akan pernah dapat hidup sempurna dengan menggunakan upaya kita sendiri atau dengan menggunakan standar kesempurnaan dunia.


Karakteristik ketiga “KASIH TIDAK CEMBURU”


Rasa cemburu (jealousy) bukanlah rasa benci terhadap orang lain namun akibat keberadaan/keunikan pribadi tersebut. Sebenarnya rasa cemburu adalah perasaan tidak suka terhadap diri sendiri sebab dirinya tidak seperti “orang lain”. Seorang pencemburu senang bermain “comparison game” atau “permainan membandingkan”. Kita cemburu terhadap orang yang lebih pintar, lebih cantik, lebih ganteng, lebih muda, lebih disukai teman, dan seterusnya. Pada akhirnya orang ini akan sampai di jalan buntu hingga ia marah terhadap orang lain dan terakhir pada dirinya sendiri.
Envy(dengki/iri hati), saudara kembar cemburu, hanya bedanya adalah dengki atau iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Masyarakat kita kini menilai lebih pada apa yang seseorang capai atau miliki. Akibat penilaian sekuler ini banyak anak Tuhan pun terjebak di dalamnya. Kita pun ingin meningkat status di dalam masyarakat hingga ketika ada yang “lebih” dari kita, kita pun meradang.
Mereka yang masih bermasalah dalam bidang kedengkian ini, tanpa sadar telah membenci dirinya sendiri. Kita perlu mengerti bahwa kita unik di mata Tuhan. Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang benar-benar sama dengan anda. Sekalipun anda kembar identik pasti ada perbedaannya.
Saya memiliki seorang kenalan yang sangat iri hati, apa pun yang dimiliki dan dicapai orang lain, ia pun ingin untuk memiliki dan mencapainya. Kala saya menikah, teman saya ini pun cepat-cepat menikah. Saat kami membeli karpet baru di rumah, suatu hari ia datang dan menanyakan dimana kami beli dan berapa harganya. Dan saat kami berkunjung ke rumahnya...”My God, dia pun membeli karpet yang sama.” Di waktu yang lain saya mendapatkan beasiswa pendidikan di luar negeri, ia pun mati-matian berupaya mendapatkan beasiswa.
Padahal bila mau dibandingkan dia sebenarnya berasal dari keluarga yang kaya dan berpendidikan. Bila diadakan perbandingan sebenarnya tidak seharusnya dia iri hati pada kami.
Kami sendiri belajar menikmati dan menjalani hidup ini bersama dengan Tuhan dan belajar untuk mengucap syukur selalu atas apa pun yang terjadi dalam hidup kami.
Bila kita tidak dapat menerima dan mengasihi diri kita sendiri maka kita menyiksa diri sendiri. Kita menyangkali keunikan kita dan berupaya menjadi orang lain. Terimalah diri Anda apa adanya, kenali kemampuan maupun kekurangan Anda. Bertumbuhlah selangkah demi selangkah dalam Tuhan Yesus.

Karakteristik keempat KASIH TIDAK MEMEGAHKAN DIRI DAN TIDAK SOMBONG

Seseorang yang sombong seringkali menyatakan dirinya sebagai seorang yang sangat percaya diri. Benarkah demikian? Siapa pun yang penuh dengan kesombongan dan senantiasa membual tentang dirinya sebenarnya tidak mengasihi dirinya sendiri. Memegahkan diri sendiri merupakan kasih pada diri sendiri yang palsu dan kesombongan merupakan imitasi murahan dari hal yang sebenarnya.
Orang seperti ini biasanya terus berupaya untuk memperoleh pengakuan dari orang lain. Dia berupaya sedemikian rupa agar semua orang melihat dia sebagai “seseorang yang sangat penting”. Ia sangat bergantung pada pengakuan orang lain.

Seorang yang suka membual dan sombong memiliki kasih yang palsu. Mereka cenderung meninggikan diri dihadapan orang lain dan mengharapkan pengakuan ditambah pujian.

Kita harus hati-hati jangan jatuh dalam dosa kesombongan seperti Lucifer alias Iblis. Lucifer diciptakan sempurna sebagai seorang malaikat Allah namun Tuhan berfirman,”Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu.....banyak kesalahanmu dan kecurangan...engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu.”(Yehezkiel 28:17-18). Lucifer ingin mengkudeta tahta suci Tuhan dan ia terhilang selamanya akibat rancangan yang jahat itu.

Firman Tuhan dalam 1 Petrus 5:5 menegaskan,”Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
Karakteristik kelima KASIH TIDAK MELAKUKAN YANG TIDAK SOPAN (Bhs. Inggris RUDE=TIDAK SOPAN/KASAR)

Bila kita tidak membereskan permasalahan hati kita dalam perihal kesombongan maka kita dapat menjadi pribadi yang kasar akibat merasa diri benar. Banyak orang yang bermasalah dalam bidang ini, mereka sangat senang untuk membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain bahkan cenderung membesar-besarkannya. Orang ini tidak membesar-besarkan diri mereka, namun membesar-besarkan kekurangan orang lain. Hingga setiap orang seolah berada di bawah dia dengan menyatakan kelemahan orang lain.
Pada dasarnya orang kasar seperti ini menunjukkan bahwa di dalam dirinya ada perasaan tidak aman. Hingga ia merasa perlu menyerang dan merendahkan orang lain. Ia berupaya membuat “lawannya” menjadi lemah dengan membuatnya inferior/takut terlebih dulu.
Kita perlu menyadari bahwa dengan merusak reputasi orang lain, itu tidak akan membuat reputasi kita menjadi lebih baik. Justru anda yang akan ditinggalkan bila tidak cepat berubah.

Karakteristik keenam KASIH TIDAK MENCARI KEUNTUNGAN DIRI SENDIRI

Masyarakat kita dewasa ini menjadi masyarakat yang sangat egosentrik. Kita dapat melihat banyak orang ingin didengarkan namun tidak mau mendengarkan orang lain, mencari popularitas dengan berbagai sensasi, mendominasi pembicaraan, dan seterusnya. Di lain pihak ada juga suka berpura-pura malu-malu. Malu-malu kucing, jinak-jinak merpati, lempar batu sembunyi tangan, ada udang di balik batu...mungkin akan mempermudah kita melihat manusia jenis apa. Saat semua orang tidak melihat, mereka beraksi mencari keuntungan. Ada orang yang merampok menggunakan kekerasan namun ada juga yang mengkorupsi uang rakyat dengan cara yang halus.
Berapa banyak kasus perceraian terjadi akibat kasih yang egois, suami selingkuh karena istri sudah tidak menarik lagi secara fisik, istri menggugat cerai suami akibat bangkrut, dan masih banyak lagi, semuanya diakibatkan keegoisan semata.
Harus kita ingat kasih Tuhan adalah AGAPE ( unconditional love = kasih tanpa pamrih). Kasih AGAPE adalah kasih WALAUPUN......bukan kasih bersyarat, kasih kita cenderung,” Saya mengasihimu KALAU.......”
Orang-orang seperti ini cenderung melihat materi, jabatan dan sejenisnya sebagai pemuasan kekosongan dalam hati dan diri mereka. Pusat hidup mereka adalah diri mereka sendiri.

Karakteristik ketujuh KASIH TIDAK MUDAH MARAH

Amarah biasanya merupakan respons bertahan dari seseorang. Ada sementara orang yang sangat sensitif, diajak bercanda sedikit marah besar atau bahkan orang seperti ini biasanya sangat “peka” hal sepele pun dapat menyinggungnya. Orang seperti ini biasanya “terlalu sensitif dan waspada”, semua orang dan masalah dapat dianggap sebagai ancaman, hingga ia sangat mudah tersinggung. Dipuji ia salah mengerti, tidak dipuji katanya kita yang tak perduli. Orang disekitarnya menjadi serba salah hingga orang lebih suka menghindari dirinya.
Saat anda berhadapan dengan orang seperti ini, jangan meresponi dengan cara yang sama. Kenalilah bahwa orang ini patut dikasihani sebab ia memiliki luka dalam lubuk hatinya yang belum terpulihkan. Lihatlah hal ini sebagai kesempatan untuk mengabarkan kebaikan Kristus. Berdoalah agar Tuhan memberikan kesadaran padanya.

Karakteristik kedelapan KASIH TIDAK MENYIMPAN KESALAHAN ORANG LAIN

Sering kali saya mendengar orang berkata, “Saya sudah memaafkan namun tak akan melupakan perbuatannya yang menyakitkan itu”.
Pertama-tama, kita tak pernah mungkin melupakan “luka dalam bathin kita”, namun kita harus mengampuni orang yang telah melukai kita itu sebagaimana Tuhan telah mengampuni dosa kita. Kita tidak mungkin lupa kecuali kita hilang ingatan.
Kita tak dapat melupakan namun harus menyerahkan “luka” itu pada Tuhan, agar kita dimampukan olehNYA untuk mengampuni orang yang telah menyakiti kita tersebut.
Sebagaimana luka pada umumnya, rasa sakit dalam hati kita pun memerlukan proses atau waktu untuk dapat pulih kembali. Hingga kita dapat sungguh-sungguh mengampuni orang atau keadaan atau apa pun yang telah menyakiti kita.
Kasih tidak menyimpan daftar kesalahan orang terhadap kita, kasih tidak mengungkit-ungkit luka atau kesalahan di masa lalu. Kasih tidak menuntut balas, kasih tidak menyimpan dendam. Kasih berarti bukan saja dapat mengampuni orang lain namun juga mengampuni dan mengasihi diri sendiri.
Banyak orang disekitar kita yang tidak mengetahui kuasa dibalik pengampunan. Di kala kita bertindak untuk mengampuni baik orang lain yang telah menyakiti diri kita maupun mengampuni diri sendiri, di saat itulah ada kuasa pemulihan bathin.
Orang yang sulit mengampuni mereka berpegang erat pada akar kepahitan dalam hatinya. Ketika kita berpegang erat pada kepahitan, sebenarnya kita pun tidak mengasihi diri sendiri. Kemarahan bukan saja merusak karakter dan kejiwaan seseorang, ia pun akan didera berbagai penyakit secara fisik.
Kita harus belajar untuk melepaskan pengampunan dan meminta Tuhan untuk memberikan kekuatan mengampuni mereka yang telah melukai diri kita. Langkah awal harus dilakukan oleh kita, untuk terlepas dari dendam maupun sakit hati.

Karakteristik kesembilan KASIH TIDAK BERSUKACITA KARENA KETIDAKADILAN, TETAPI KARENA KEBENARAN

Dalam Alkitab Bahasa Inggris dikatakan,”Love does not rejoice in evil but rejoices with the truth”. (Kasih tidak bersukacita atas perbuatan jahat namun bersukacita akan kebenaran).
Banyak sekali orang yang tidak mengasihi dirinya sendiri, mereka menyia-nyiakan kehidupan mereka. Ada orang yang berpikir mereka menikmati hidup dengan menikmati tubuh pelacur, padahal resiko berat akan mereka hadapi ketika mereka terkena penyakit kelamin hingga bahaya terinfeksi HIV / AIDS. Ada yang berpikir bahwa makan berlebihan alias rakus, tidak berdosa. Namun Alkitab menyatakan orang rakus akan berakhir di neraka. Seorang anak muda yang tengah dilanda duka akibat ditinggal kekasihnya hendak bunuh diri seolah dunia ini hanya mereka berdua yang tinggali. Dan masih banyak kasus dimana orang mengalami kesulitan untuk dapat hidup dalam kebenaran.
Sangat mudah untuk merusak seseorang daripada untuk membawa seseorang hidup dalam kebenaran. Dulu aku seorang yang bangga dengan reputasiku sebagai jagoan mabuk hingga aku dijuluki Dewa Vodka. Dulu aku bangga dengan berbagai kenakalan sampai kejahatan yang aku lakukan. Ditangkap polisi dan masuk bui, menjadi hal yang membanggakan bukannya memalukan bagi diriku kala itu.
Orang berpikir hidup taat dihadapan Tuhan merupakan suatu hal yang membosankan. Dulu aku pun sempat berpikir bahwa hidup dalam Tuhan pasti membosankan dan tidak menyenangkan. Dosa hanya memberikan kenikmatan sesaat namun setelah itu kita diperbudak olehnya. Kita tak sanggup untuk melepaskan diri dari perangkap tersebut, kecuali ada intervensi dari Tuhan, yang turun menolong kita.
Tangan Tuhan itu adalah setiap anak Tuhan, yang seharusnya menjadi saksi dimanapun mereka berada. Bukan hanya dari perkataan mereka, terlebih dari gaya dan sikap hidup mereka.
Itu merupakan tipu daya Iblis, sebab kemerdekaan sebenarnya ada di saat kita hidup dalam Tuhan.
Bila kita menyadari bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Immanuel, yang berarti Tuhan beserta kita, maka kita harus sadar bahwa dimanapun, kemanapun bahkan apapun yang kita tengah lakukan Tuhan ada beserta kita. DIA ada di samping kita, bukan sebagai penonton namun IA ingin kita mengizinkan diriNYA untuk membimbing dan menuntun hidup kita masuk ke dalam kebenaranNYA.
Sebagai anak Tuhan kita harus hidup dalam kebenaran dan menentang arus kehidupan dunia yang makin menjauh dari Tuhan.
Bila ada seorang saudara kita tengah berupaya untuk keluar dari kebiasaan buruknya, dukunglah dia. Sekalipun ia jatuh bangun, lihatlah sebagai sebuah proses pembelajaran dalam kehidupannya. Berhenti menghakimi sesama kita dan mulai saling mendukung satu dengan lainnya.


Karakteristik kesepuluh KASIH MELINDUNGI

Anda pernah memperhatikan seekor kepiting? Kepiting merupakan hewan yang memiliki cangkang yang keras dan memiliki capit yang menakutkan untuk melindungi dirinya. Namun daging dibalik cangkang yang keras ternyata empuk. Bahkan bila sudah dimasak malah enak sekali.
Dalam dunia ini pun banyak orang yang seperti kepiting ini, mereka nampak keras, dingin, kasar dan berbahaya. Namun sebenarnya lembut dalam dirinya, mereka menjadi keras akibat luka yang ada dalam hatinya.

Aku teringat suatu malam berkumpul dengan segerombolan preman yang tengah mabuk-mabukan dan bernyanyi malam itu. Mereka menyanyikan banyak lagu-lagu dari masa kini hingga yang “jadul”(zaman dulu). Lalu salah satu dari mereka menyanyikan lagu “AYAH” karya Rinto Harahap. Tiba-tiba tanpa dikomando para preman ini mulai menangis satu persatu, hati mereka tersentuh sebab rata-rata dari mereka telah kehilangan figur seorang ayah. Ternyata preman berwajah garang pun punya sisi yang lembut.
Mengapa mereka menjadi orang yang kasar, dingin, acuh, dan nampak mengerikan? Sebab sebenarnya mereka terluka dan membutuhkan pertolongan.
Mereka tidak ingin dilihat lemah sebab itu mereka menunjukkan sisi keras dan kasar, sebab mereka enggan terluka lagi.
Ketika saya berkumpul dan menunjukkan kasih dan perhatian yang tulus, mereka pun membuka diri dan bersedia ditolong dan dibimbing. Saat mereka ditangkap polisi, saya datang mengunjungi dan membawa makanan bagi mereka. Saat salah satu dari mereka mabuk berat dan tak dapat berdiri lagi, saya datang dan membopongnya pulang. Saya memilih mengikuti teladan Yesus, benci dosa yang mereka perbuat namun kasihi mereka yang masih hidup dalam dosa.
Ketika mereka berbalik pada Kristus, saya memperlakukan mereka sebagai anak-anak rohani saya. Bukan hanya sekedar memberikan ceramah rohani dan pengajaran. Namun bersama mereka dalam perjalanan kehidupan yang baru. Sebuah pelayanan yang mencakup holistik (tubuh, jiwa dan roh). Bukan sekedar memenuhi kebutuhan rohani namun juga secara kejiwaan dan kebutuhan sehari-hari dengan mempersiapkan lahan pekerjaan yang baru.
Ketika yang lain tidak mempercayai, kami memilih untuk mempercayai mereka meskipun dapat saja kami disakiti.
Teladani Kristus, IA mengasihi kita sampai IA rela mati di atas kayu salib, sudahkah kita mengorbankan diri bagi Kristus?

Karakterisitik kesebelas KASIH SELALU PERCAYA

Di saat kita mengasihi orang lain, kita berada dalam posisi yang rentan untuk disakiti. Suka atau tidak, kita akan mengalami kekecewaan dari orang yang kita anggap sahabat, pasangan, lingkungan, pemerintah, dan lain-lain.
Sebab itu kasih kita harus bersumber dari Kristus yang adalah kasih itu sendiri. IA ada serta kita dan IA pun ada dalam kita sebagai sumber kehidupan ini. TUHAN akan memberikan belaskasihNYA dalam diri kita, sebuah kemampuan untuk dapat mengasihi bahkan orang-orang yang sulit untuk dikasihi dengan tulus.
Kita harus percaya bahwa orang yang ada di sekitar kita atau orang yang kita layani akan berubah pada waktu Tuhan. Tugas kita adalah menyalurkan kasih Tuhan pada mereka.
Beberapa tahun yang lalu kami menampung beberapa mantan napi di gereja kami. Selama beberapa bulan salah satunya tinggal bersama kami, kami membinanya dan ia pun bertumbuh di dalam Tuhan. Sampai suatu hari ia bergumul, bagaimana menghadapi masa depannya sebab pendidikannya dulu tidak tinggi.
Kami sudah berupaya menolong dia mencarikan pekerjaan dan mengupayakan donatur untuk menolong dia mengikuti kursus mengemudi hingga dapat menjadi sopir angkutan umum. Namun saat kami tengah berjuang menolong dia, suatu hari salah satu staf gereja kami, menghubungi saya dan melaporkan bahwa anak ini telah melarikan sebuah sepeda motor inventaris gereja dan mencuri uang persembahan selama satu minggu yang belum sempat disetorkan ke bank.
Kecewa? Tentu ada dalam hati kami. Namun kami sudah tahu bahwa hal ini dapat saja terjadi. Kami berdoa agar Tuhan tetap menjaganya dan mengubah dirinya.
Suatu hari anak itu datang kembali ke gereja menemui kami, ia meminta maaf atas tindakannya dan mengembalikan sepeda motor pelayanan kami.
Meskipun setelah itu ia menghilang bak ditelan bumi kembali, namun kami tetap berdoa agar ia dapat kembali ke dalam pelukan Tuhan.
Kami pernah merasakan kekecewaan kala kepercayaan dan kasih dikhianati namun bukan berarti kami akan berhenti untuk memberikan kepercayaan dan kasih terhadap mereka yang berada di jalan yang sesat.
Bukankah Tuhan selalu memberi kesempatan pada kita kala kita gagal untuk taat dan mengasihi DIA? Kalau Dia begitu besar kasih karuniaNya, apa lagi kita, bukan? Sebagai anak-anakNYA seharusnya mencerminkan sifat-sifatNYA.

Karakteristik keduabelas KASIH SELALU BERHARAP

Banyak orang yang memandang segala sesuatu dari sisi negatif saja atau kita sering menyebut orang yang negative thinking. Ketika ada orang yang baik terhadap orang ini, dia akan langsung curiga,”Jangan...jangan...”.
Orang seperti ini biasanya sinis dan rendah diri akibat citra diri yang rusak. Tidak memiliki harapan untuk masa depan, semuanya nampak negatif dan kelam bagi hidupnya.
Kita dapat menolong orang ini untuk perlahan-lahan memiliki pengharapan dalam Tuhan. Menjadi teladan merupakan hal yang sangat berperan dalam mengubah cara berpikir orang seperti ini.
Selama tujuh tahun saya menggembalakan sebuah jemaat yang mayoritasnya berlatarbelakang kriminal, prostitusi, agama lain, gelandangan, broken home dan yang sejenisnya. Saya tak pernah putus harapan melihat mereka yang disebut sampah masyarakat atau orang berlatar belakang keras diubahkan oleh kuasa Tuhan. Saya beriman sebagaimana Tuhan telah ubahkan diri saya, IA pun akan mengubah mereka.
Saya pun dulu hanya seorang pecandu alkohol dan narkoba, seorang anak geng, anak yang dianggap sampah dan tak berguna. Namun “sampah” ini telah dipungut dan dipilih oleh Tuhan Yesus untuk melayaniNya. Sebagaimana IA telah mengubah diri saya, kini saya percaya IA pun sanggup untuk mengubahkan apa yang disebut sampah masyarakat. Tiada suatu perkara yang mustahil bagi Tuhan kita.

Karakteristik ketigabelas KASIH SELALU TEKUN

Banyak orang tidak tulus dalam menyatakan kasih. Seseorang menyatakan dan mengekspresikan kasih sebab ada “sesuatu yang ia harapkan sebagai balasan”. Kasih dewasa ini diperjualbelikan!
Kalau kamu menggaruk punggungku niscaya aku pun akan menggaruk punggungmu. Karena kamu baik pada saya maka saya pun akan baik padamu.
Namun sekali kamu menyakiti atau mengecewakanku, awas rasakan pembalasanku nanti.
Ingat kita telah belajar bahwa kasih Tuhan yang ada dalam kita adalah kasih AGAPE. Bukan jenis kasih yang kita miliki, kasih yang sangat terbatas dan cenderung egois.
Kita harus mengasihi sesama kita meskipun mereka tidak membalas kasih kita atau bahkan membenci kita.
Suatu saat salah seorang jemaat kami, tergoda kala kekurangan uang untuk terlibat dalam pencurian sepeda motor. Pada akhirnya ia tertangkap dan hampir dibakar hidup-hidup oleh massa yang marah. Bukan saja ia dihujani bogem mentah, ia bahkan sudah ditelanjangi dan disiram bensin. Puji Tuhan, Yesus masih sayang padanya, di waktu yang bersamaan sebuah mobil patroli polisi melewati jalan itu hingga ia terselamatkan. Ia akhirnya harus kembali merasakan dinginnya tembok penjara. Namun paling tidak Tuhan masih memberi kesempatan padanya untuk bertobat dan merenungkan akibat perbuatannya itu.
Pada masa akhir penahanannya jemaat datang dan bertanya pada saya,”Pak, bila ia datang kembali ke gereja apa yang harus kita lakukan?”
Saya menjawab,”Sambutlah ia dengan kasih AGAPE....ia sempat tersesat namun kini telah kembali.”
Kini ia memilih untuk berjalan di jalan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan telah menjadi supir truk antar kota.
Kasih Kristus yang ada dalam diri kita berbeda dari kasih yang ada dalam dunia..suatu kasih yang tanpa pamrih. Kita mengasihi sebab Tuhan kita adalah kasih (1 Yoh 4:16).

BAGAIMANA KITA MENGGUNAKAN HUKUM INSIDE-OUT LOVE INI?

1. Ketika Anda bertemu dengan seseorang atau sebuah keluarga atau sekelompok orang yang memiliki tindak tanduk yang menjengkelkan cepat gunakan stetoskop:
- Diagnosa kondisi hati orang tersebut. Jangan terlalu cepat masuk pada kesimpulan cobalah untuk bergaul dan mengenali permasalahannya.
- Lihatlah kelemahan dirinya sebagai sebuah “pewahyuan atau informasi” untuk menolong dia dan bukannya melihat sebagai “serangan terhadap Anda secara pribadi”.
- Jangan bersikap negatif terhadap orang seperti ini agar Anda tidak terjebak dan menjadi saksi yang buruk.
2. Jangan terlalu cepat berasumsi, jadilah pendengar yang baik dan jangan cepat memberikan “ceramah rohani”. Jangan pula cepat menghakimi.
3. Tunjukkan kasih yang tulus, jadilah seorang sahabat yang baik. Jangan jadikan konseli (orang hendak konseling) atau orang yang kita injili sebagai obyek. Mereka merupakan pribadi yang unik, yang diciptakan oleh Tuhan dan bukannya obyek benda.
4. Agar dapat menjadi saksi yang baik, kita harus memandang mereka sebagai korban dan bukannya musuh. Carilah akar permasalahannya untuk membantu mereka dan bukan fokus pada permasalahan luarnya saja.
5. Berdoa bagi mereka yang kita layani bahkan mereka yang memusuhi kita (Matius 5:44)
6. Jangan lupa layanilah setiap orang di dalam kasih Kristus.
7. Kristuslah yang akan mengubah dan menolong mendewasakan mereka. Don’t play God (Jangan mencoba menjadi Tuhan). Lakukan yang terbaik dan tulus.































THE POWER OF SENSITIVE MOMENTS
(KUASA SAAT YANG SENSITIF)

Kami memiliki tanaman bunga mawar di halaman rumah kami. Mawar merupakan bunga kesukaan kami sekeluarga sebab nampak lembut, cantik dan indah. Mawar seperti emosi seseorang, entah di kala ia tengah mengalami masa krisis atau trauma maupun hal-hal yang indah.
Setangkai mawar dapat menggambarkan peristiwa bahagia maupun duka dalam kehidupan seseorang. Sebagaimana setangkai mawar bila kita gagal melihat momentumnya mekar maka kita mungkin hanya melihat setangkai mawar yang mulai layu atau bahkan sudah rontok sama sekali dari tangkainya.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki emosi. Kita dapat merasakan kegembiraan, ketakutan, mendapatkan masalah, memiliki impian. Ada kalanya kita merasa melangkah di atas awan-awan, ada kalanya kita merasa berjalan dalam lembah kelam yang menakutkan.

Suatu kali rekan kami bersaksi di saat ia dan istrinya mengikuti suatu perjalanan wisata keliling Eropa. Kala mereka menaiki pesawat, sang pramuwisata meminta maaf sebab mereka mendapatkan kursi di bagian merokok (smoking area), yang tentunya membuat mereka kurang nyaman sebab mereka bukan perokok.
Di samping tempat duduk mereka, nampak seorang wanita lanjut usia yang berwajah sangat dingin tanpa ekspresi, ia pun merupakan anggota dari grup perjalanan wisata keliling Eropa yang sama. Ia tak henti-hentinya mengisap rokok bagaikan cerobong kereta api tua. Pertama-tama mereka merasa kurang nyaman dan rasanya ingin pindah ke tempat duduk yang lain. Sayangnya, semua tempat duduk penuh sebab sedang musim liburan panjang (summer vacation).
Namun suami istri ini merasakan sebuah dorongan yang sangat kuat dari Tuhan untuk menyapa wanita tua itu. Akhirnya mereka menyapa dia,”Hai, apa kabar Bu?”
Wanita tua itupun menjawab,”Yah...begitulah..” matanya menerawang sambil kembali mengisap rokok itu dalam-dalam.
Kawanku memperkenalkan diri mereka dan lalu bertanya,”Apakah Ibu sendirian?”
Wanita itu pun menjawab,”Saya baru saja sebulan ini menjanda, kami telah menabung selama bertahun-tahun agar kami dapat pergi berlibur bersama keliling Eropa. Kami mendambakan saat-saat indah ini. Setahun terakhir kami telah mempersiapkan diri dengan menghubungi agen perjalanan. Kami sangat bersemangat namun sebulan lalu ia meninggal akibat serangan jantung.”
Kawanku terpaku dan terdiam seribu bahasa. Suami istri, sahabatku ini, saling berpandangan merasa bersalah telah memandang wanita itu dengan prasangka.
Akhirnya mereka menjadi sahabat dari wanita tua itu selama perjalanan tour tersebut. Tuhan memakai kawan-kawan saya ini untuk melayani ibu itu. Hingga ia mengalami pemulihan dan bahkan bertemu Tuhan secara pribadi.

Anda pernah menonton film bergenre mafia China atau Triad? Di saat mereka bersumpah setia satu dengan yang lainnya, mereka mengambil sebilah pisau, mengerat telapak tangannya dan mencampurkan darah mereka dengan minuman keras lalu meminumnya sambil mengucapkan sebuah sumpah bersama untuk setia pada kelompok mereka sampai mati.
Sebelum saya mengenal Tuhan Yesus, pada pertengahan 80-an saya merupakan bagian sebuah geng motor, Moonraker, di kota Bandung. Suatu kali akibat pertarungan di jalanan, saya tertusuk dan hampir mati. Beberapa rekan di geng, datang ke rumah sakit dan mereka bertanya pada saya, siapakah yang telah melukai saya. Kesetiakawanan mereka mendorong mereka untuk mencari “musuh” saya. Musuh saya berarti musuh mereka pula. Oleh kesetiakawanan mereka menyelundupkan rokok, minuman keras dan narkoba ke rumah sakit. Oleh kesetiakawanan mereka menjagai saya dari serangan musuh, dengan berjaga di rumah sakit. Semua itu mereka lakukan karena kami ada dalam “satu keluarga”.
Entah Triad, entah saya dan teman-teman di geng dulu, melakukan hal yang salah dan meresahkan. Namun saya dapat katakan Iblis menggunakan rasa persaudaraan atau ikatan persaudaraan (brotherhood) itu sebagai ikatan keluarga. Iblis mencuri dan menirunya dari ikatan persaudaraan kita dalam Kristus.
Sadarkah saudara dan saya adalah saudara yang dipersatukan oleh darah Kristus? Namun mengapa kasih dan perhatian kita sangat lemah dan kurang satu dengan yang lainnya? Maukah kita berkorban demi saudara seiman kita? Apakah kasih dan komitmen kita sebagai anak Tuhan kadarnya jauh lebih rendah dari anak geng atau anggota mafia yang ada dalam kesesatan?
Kita seharusnya lebih perduli satu dengan yang lainnya, salah satu yang membuat dunia takjub pada kehidupan jemaat mula-mula, adalah kasih di antara mereka satu dengan yang lainnya hingga berani berkorban demi kepentingan saudara seimannya. Jumlah mereka bertambah karena gaya hidup mereka yang penuh kasih.
Bukankah Tuhan Yesus pun mengajarkan pada kita agar kita saling mengasihi dan hal itu yang membedakan kita dengan orang yang lainnya. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti AKU telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKU, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:34-35)

Leonard Ravenhill, seorang pengkhotbah, tokoh kebangunan rohani dan gembala yang terkenal mengatakan,”The early church makes people amazed but the church today want to be amused.” (Gereja mula-mula membuat orang di sekelilingnya takjub, gereja masa kini jemaatnya ingin terhibur).

Dr. Dietrich Kuhl dalam bukunya GEREJA MULA-MULA (SEJARAH GEREJA JILID I). Menyatakan bagaimana kehidupan jemaat mula-mula yang sangat berpengaruh pada masa itu. Mereka sesungguhnya mengikuti pola menjadi terang dan garam dunia sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan (Mat 5 :13-16) sebagai bagian kehidupan dan bukan sekedar program. Kehidupan mereka berbeda dari cara hidup masyarakat pada masa kekuasaan Romawi kala itu.
Bila kita berbicara mengenai etika Kristen; kesetiaan orang Kristen pada umumnya jauh berbeda dengan kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat masa itu. Agama-agama di dalam kerajaan Romawi pada masa itu tidak banyak menyinggung tatanan etika kehidupan. Khususnya dalam hal kekudusan pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Orang Kristen menjaga kesucian pernikahan dan keharmonisan rumahtangga, tidak berkompromi dengan segala penyimpangan seks yang ada.

Dalam hal kepemilikan dan pengelolaan harta benda dalam kehidupan jemaat mula-mula pun berbeda dengan “gaya hidup” kita yang banyak terkontaminasi oleh “Injil Kemakmuran” (pemberitaan Injil yang menekankan orang Kristen hidup kaya raya secara materi dan penitikberatan pada menikmatinya untuk diri sendiri/ hidup pribadi). Pada jemaat mula-mula mereka melihat harta benda dan kekayaan sebagai titipan atau pinjaman dari Tuhan yang harus digunakan untuk kemuliaanNYA. Orang Kristen mula-mula melihat dirinya sebagai steward (stewardship) atau penatalayan atau pengurus uangNya Tuhan dan bukan sebagai pemilik (owner/ownership). Pemilik apapun yang mereka atau kita miliki adalah titipan Tuhan, DIA-lah pemilik harta benda yang ada pada kita. Manusia ditugaskan untuk memelihara dengan baik dan menggunakan harta yang ada untuk kemuliaan SANG PEMILIK. Penggunaan harta benda yang ada pada kita kini, suatu hari harus dipertanggungjawabkan dihadapanNYA. Sebab itu orang percaya hiduplah sederhana atau milikilah perasaan cukup dan tidak hidup boros dan bermewah-mewah. Pada abad ke 3, di tengah-tengah penghambatan gereja oleh Kaisar Decius, Jemaat di Roma memberikan sokongan kepada 1.500 orang miskin dan jemaat di Anthiokia memberi sokongan kepada 10.000 orang miskin. Gereja pada masa itu menitikberatkan pada membangun tubuh Kristus, mereka menginvestasikan keuangan mereka pada saudara yang berkekurangan hingga tak seorangpun berkekurangan (Kis 2:44-45, 4:32-36). Gaya hidup jemaat mula-mula inilah yang dikutip dan menjadi salah satu dasar dari gerakan komunisme atau kaum sosialis, hanya saja mereka tidak menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan mereka. Menjadi kaya dan berkelimpahan harta dilihat sebagai salah satu karunia untuk menjadi alat Tuhan melakukan transformasi bagi masyarakat di mana ia tinggal. Ketika orang hidup dalam keegoisan, jemaat mula-mula menunjukkan kepedulian terhadap sesamanya. Orang miskin dilihat sebagai saudara yang membutuhkan bukan sebagai beban hidup yang perlu ditinggalkan dan diabaikan. Dalam suratnya, Paulus pada Timotius, ia menyatakan,”Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan kepada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” (1 Tim 6:17-19)

Pada masa jemaat mula-mula, perbudakan pun merupakan sesuatu yang biasa. Pada masa itu budak tidak mempunyai hak dan dianggap sebagai benda bukan lagi sebagai sesama manusia. Namun terjadi revolusi kasih dalam kekristenan yang membuat para orang Kristen yang mempunyai budak dapat menerima budak mereka sebagai saudara seimannya (hal ini tersurat dalam Surat Paulus kepada Filemon). Untuk menggambarkan bagaimana buruknya kehidupan seorang budak mungkin kita akan menjadi jauh lebih mengerti dengan membaca apa yang dikatakan oleh Aristoteles (284-322 SM),”Tidak mungkin bahwa kita berteman dan bersahabat dengan seorang budak, karena ia adalah suatu benda yang tidak mempunyai jiwa. Juga keadilan terhadap seorang budak tidak mungkin dilaksanakan dan juga tidak perlu dilaksanakan, karena ia tidak berjiwa. Para budak hanya merupakan suatu benda atau alat semata-mata.”
Parah sekali dan malang benar seorang yang menjadi budak pada masa itu. Sebab budak tidak tergolong sebagai “manusia” tetapi “benda”. Revolusi kasih yang terjadi dalam lingkungan jemaat sendiri adalah tidak adanya perbedaan di antara budak dan tuannya. Semua anggota bergaul selaku saudara. Bukan berarti kini para budak dapat berlaku semaunya. Paulus menasehati para budak untuk melayani tuannya dengan patuh, jujur, dan sabar, baik pada tuan yang seiman maupun tuan yang belum percaya, baik tuan yang adil maupun tuan yang kejam (Bandingkan 1 Kor 7:21-24, Ef 6:5-6, Gal 3:28, Tit 2:9-10, 1 Ptr 18-21). Hal yang luar biasa pada masa itu adalah saat seorang budak menjadi uskup di Roma, pada tahun 217-222, Callistus 1 atau Calixtus 1 diangkat menjadi Uskup Roma. Ini merupakan daya tarik yang besar pada masa itu sebab budak dipandang sebagai saudara dan anggota keluarga Tuhan.

Kita harus berubah, kita harus menguji kembali dasar-dasar kekristenan kita. Jangan-jangan kita membangun dasar iman kita pada injil yang lain dan bukannya Injil Kristus. Bukankah Rasul Paulus sudah memperingatkan kita agar berhati-hati? Apakah kita makin seperti Kristus? Apakah Kristus menjadi Tuhan dan Raja atas seluruh aspek kehidupan kita?
Atau jangan-jangan kita hanya menjadikan Yesus sebagai agen asuransi agar selamat beroleh hidup kekal dan tidak masuk neraka. Atau satpam agar kita dijaga, rumah kita tidak kemalingan, semua selamat di jalan, mobil tidak dicuri atau mengalami insiden di jalan. Atau menjadikan dia Jin di dalam Botol, yang harus mengikuti semua kehendak kita.
Kita harus cek kembali dasar kekristenan kita, kita membangunnya dengan dasar Kristus atau dongeng 1001 malam.

Bila dasar kita benar dalam Kristus maka belaskasihNYA akan muncul, kita akan melayani dan memandang orang-orang disekitar kita dengan kasih yang melimpah. Kala kita disentuh oleh Kristus, kita dapat memiliki belas kasihan dan rasa simpati yang lebih terhadap sesama. Bukan itu saja hidup kita akan menjadi sebuah magnet bagi orang lain. Anda akan terkejut ketika orang-orang datang membuka diri dan meminta nasehat dari Anda. Bukan karena Anda hebat namun karena mereka melihat pribadi Kristus dalam Anda.

Kebanyakan orang enggan berinteraksi dengan orang yang tengah dirundung masalah. Saya ingat saat orangtua saya berkelimpahan secara materi, setiap hari ada saja orang yang muncul di rumah. Sampai pusing, ini rumah apa terminal? Siapa saja datang dengan berbagai agendanya. Namun saat Papa terkena PHK dan ekonomi keluarga kami merosot drastis. Orang-orang tadi tidak pernah muncul lagi, apalagi untuk datang menawarkan pertolongan. Persis peribahasa,”Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang atau ada gula ada semut.”
Itulah kehidupan dan dunia nyata yang kejam. Sebagai anak Tuhan seharusnya kita tampil beda. Kasih kita seharusnya tanpa pamrih dan jauh dari agenda pribadi.

Ada juga orang yang suka mengail di air keruh saat seseorang ditimpa masalah mereka bukan datang membawa solusi yang baik malah menambah permasalahan. Umpamanya suatu kali ada seorang konseli (orang yang mau konseling) yang datang dan bertanya mengenai masalah rumahtangganya. Ia hendak bercerai dengan suaminya. Ia merasa suaminya bukanlah anak Tuhan yang sungguh-sungguh hanya seorang Kristen KTP saja sedang dia rajin pelayanan dan mengikuti tiap ibadah di gereja. Ia pun berdalih saat mereka menikah mereka belum sungguh-sungguh mengenal Tuhan, jadi pasti suaminya bukanlah jodoh pilihan Tuhan baginya. Dalam benaknya timbul pemikiran bahwa permasalahan rumahtangganya muncul akibat menikahi “pria yang salah”.
Setelah ia mencurahkan isi hatinya, saya pun bertanya anda mendapat ide-ide pemikiran tersebut darimana? Ternyata ia mendapatkan ide bercerai itu atas pengaruh teman-temannya.
Ada yang mengatakan,”Kamu tuh seharusnya menikmati hidup, untuk apa menikah dengan pria yang tidak mendukungmu dalam pelayanan.”
Ada yang menyatakan,”Ceraikan saja, sebab dulu saat menikah khan belum Kristen lahir baru. Kalau jodoh dari Tuhan pasti rumahtanggamu lancar.”
Dan masih banyak sampah-sampah yang memenuhi otaknya, sayangnya banyak juga yang menyebut dirinya anak Tuhan turut andil “merusak” konseli kami ini.
Bila ditelaah permasalahan konseli kami timbul akibat ia “terlalu sibuk pelayanan dan beribadah” di gereja hingga suami dan anaknya yang belum sungguh-sungguh merasa tersisihkan di rumah. Kami menasehati konseli kami untuk mengurangi waktu “pelayanan” di gereja, sebab seharusnya ia melayani keluarga terlebih dulu. Ia sempat berpikir bila ia dengan setia maka otomatis Tuhan akan melayani suami dan anaknya. Namun yang terjadi sebaliknya. Tuhan akan campur tangan saat kita melayani pasangan kita dan anak kita dengan baik. Jangan jadikan “pelayanan” sebagai pelarian dari tanggungjawab kita di rumah. Ingat pula bahwa syarat seseorang menjadi “pelayan Tuhan” adalah karakternya sudah teruji di rumahtangganya dan bahkan masyarakat (1 Tim 3:1-13, Tit 1:6-9).
Puji Tuhan kini keluarga ini bukan saja harmonis namun juga bersama-sama melayani Tuhan. Melayani Tuhan bukan hanya berarti pelayanan di gereja, kita melayani Tuhan juga saat menjadi suami atau istri yang memperhatikan pasangannya, menjadi teladan bagi pasangan, anak-anak dan lingkungan dimana kita tinggal pun termasuk pelayanan. Jangan membatasi kata “pelayanan” hanya sebagai bentuk aktivitas di dalam gereja semata. Sebab arti pelayanan sangatlah luas. Pelayanan harus terlahir dari hubungan pribadi kita dengan Tuhan, terekspresikan dalam kehidupan sehari-hari, dialami oleh anggota keluarga atau orang serumah dan lalu diperluas dengan melayani lingkungan dimana kita tinggal, saudara seiman lainnya dan aktif dalam kegiatan rohani lainnya.










THE POWER OF SUPPORT
(KUASA DUKUNGAN)

Saat aku mengikuti Discipleship Training School tahun 1995 yang diselenggarakan lembaga misi Youth With A Mission (YWAM) di Jakarta, ada sebuah pelajaran yang dalam pelajaran itu kita harus menguatkan teman sekelas kita, dengan pujian, kata-kata yang mendorong semangatnya dan juga menyatakan sisi kehidupannya yang positif yang telah menjadi berkat bagi rekan-rekan yang lain.
Nampaknya hal yang sederhana dan mudah saja namun ternyata tidak sesederhana yang diperkirakan setelah beberapa teman mengucapkan hal-hal positif tentang rekan tersebut. Kami yang mendapat giliran belakangan sedikit kesulitan untuk mencari hal-hal positif dari rekan tersebut.

Saat itulah kusadari betapa mudahnya kita mengucapkan hal-hal yang negatif tentang orang lain dan ternyata sulit untuk menilai orang di sekitar kita secara positif.
Kita terkondisi oleh lingkungan maupun entertainment kita untuk membicarakan kekurangan orang lain. Rating acara gosip di TV sangat tinggi begitu pula angka penjualan tabloid gosip. Jadi sadar atau tidak mindset kita sudah terbiasa untuk mengutarakan hal yang negatif tentang orang lain.

Bahkan salah seorang teman pelayanan saya, suatu hari berujar,”Kak Dave, kalau mau tahu gosip terkini yang ada di lingkungan gereja? Pergilah ke ruang doa dan dengarkan “pokok-pokok doa” yang akan dipanjatkan.”
Banyak sekali orang di ruang doa, dan biasanya oknum-oknum ini menyatakan pokok doa seperti,”Ini beban doa yang perlu dipanjatkan dan ini hanya diantara kita saja. Anak Tante Petty (bukan nama sebenarnya) hamil di luar nikah konon mereka akan melakukan aborsi, kita perlu mendoakan untuk hal ini. Sebab itu Tante Petty tidak hadir dalam doa pagi ini. Terimakasih.”
Setelah “pokok doa” disampaikan orang-orang memang berdoa namun setelah itu sikap mereka terhadap Tante Petty berubah. Padahal putri Tante Petty tidak hamil, hanya saja memang gemar makan hingga menjadi lebih gemuk terlebih setelah mulai bekerja dan punya uang sendiri.
Seringkali pokok doa menjadi bahan gosip di lingkungan gereja dan hal ini harus berhenti.

Kita sebagai anak Tuhan harus berubah dan melatih diri untuk tidak menyatakan hal-hal yang negatif tentang orang lain namun mulai belajar mendisiplin diri mendukung orang lain dan menyatakan sisi positif dari orang tersebut.
Waspada bila kita mulai berkumpul bersama, hati-hati jangan mulai saling membicarakan saudara kita yang tidak hadir. Biasanya dari situlah muncul gosip dan bila tidak menjaga hati kitapun akan terpengaruh dan memandang orang tersebut secara negatif. Padahal belum tentu pribadi orang tersebut seperti itu.
Ada kalanya bila kita terlibat dalam pembicaraan yang negatif, sebaiknya kita diam dan tidak ikut larut membicarakan keburukan orang lain. Sebab bila kita turut andil berkomentar itu seolah menuangkan bensin ke dalam api yang mulai menyala.

Apa yang dipesankan oleh Tuhan melalui Yakobus dalam kitab Yakobus 3:9-10, ”Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian.”
Pesan Rasul Paulus pada anak rohaninya Titus,”Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai Hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka.” (Titus 3:10)
Tuhan Yesus menyatakan, Tetapi AKU berkata kepadamu:Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum. (Matius 12:36-37)
Rasul Paulus pun menyampaikan pesan Tuhan pada jemaat di Efesus,”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4:29-31)

Suatu hari mungkin kita mendapati saudara seiman kita atau bahkan kita sendiri bersikap kasar dan emosional. Namun bukan berarti itu menjadi alasan bagi kita untuk membuat gosip. Seseorang mungkin saja lepas kendali kala menghadapi permasalahan yang berat baginya. Kita perlu menyadari bahwa setiap orang, kita semua, sedang dalam proses pertumbuhan di dalam Tuhan. Kita kadang melakukan tindakan atau keputusan yang salah. Namun itu bukan berarti menjadi suatu alasan bagi kita untuk membicarakan kekurangan orang lain.
Ada hukum sebab akibat, oleh karena itu ketika kita menemui saudara kita atau seseorang bertindak di luar kebiasaannya, kita perlu bersabar. Mungkin ia tengah menghadapi permasalahan berat hingga ia meluapkan emosinya dengan cara tersebut. Jangan terburu-buru menilai dan membuat kesimpulan sepihak.

Apa Yang Harus Kita Lakukan Untuk Menghentikan Kebiasaan Buruk Ini?

1. Kita harus mendisiplin lidah kita. Pikirkan dulu apa yang hendak kau katakan, jangan asal bicara.
2. Pikirkan hal yang positif tentang orang lain.
3. Bila dirimu sendiri tidak mau digosipkan, maka janganlah menggosipkan diri orang lain. Atau meskipun kita tidak bergosip tetapi orang lain menggosipkan kita, janganlah melawan api dengan api. Siramkan air agar api padam. Dengan kata lain diamkan saja, berdoa & ampuni orang tersebut sebab Tuhan yang akan bela kita.
4. Mulailah biasakan diri untuk memberikan kata-kata penguatan atau dorongan semangat bagi orang lain.
5. Tinggalkan kelompok orang yang suka bergosip.

(Catatan: digosipkan = dipergunjingkan, menggosipkan = mempergunjingkan)



POWER OF HEARING
(KUASA DALAM MENDENGARKAN)


Tahukah saudara bahwa ada kuasa Tuhan saat kita mendengarkan seseorang mencurahkan isi hatinya pada kita? Alkitab mengajarkan “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan.”(Yakobus 1:19-20).
Dulu saya berpikir bahwa untuk menyampaikan berita Injil, pertama-tama saya harus memiliki kecakapan berbicara yang kharismatik hingga sang pendengar tersentuh dan ia dengan rela hati membuka hati dan menjadi seorang percaya. Namun dengan berjalannya waktu saya menyadari bahwa “trick” saya tersebut, tidak ubahnya seperti seorang salesman yang menawarkan produk sebuah perusahaan. Kadang saya melihat jiwa baru atau seorang belum percaya tak ubahnya seorang pelanggan yang perlu saya yakinkan untuk membeli “produk” saya. Saya mengandalkan kemampuan dan kecakapan diri sendiri, padahal seseorang datang pada Kristus karena pekerjaan Roh Kudus melalui diri kita. Kita tidak boleh membatasi cara kerja Roh Kudus dengan “cara kita sendiri”. Dia dapat melakukan banyak hal melalui diri kita untuk menyentuh jiwa-jiwa yang terhilang.

Salah satunya adalah dengan “mendengarkan”. Saya teringat saat kami menggembalakan sebuah jemaat di Surabaya, kami tinggal di daerah pinggiran wilayah Barat. Kala itu putra kami, Philip, hendak masuk playgroup, sesudah mencari kesana kemari di daerah wilayah kami tinggal ternyata tidak ada sekolah Kristen. Ada sebuah sekolah dari sebuah denominasi gereja namun biayanya terlalu mahal bagi kami. Meskipun sudah kami katakan bahwa kami keluarga rohaniwan dan jemaat yang kami layani bukanlah gereja kaya namun tetap tidak ada kompensasi sama sekali. Lalu kami pun berdoa, dimana putra kami harus masuk sekolah. Di dekat rumah kami, ternyata ada sebuah playgroup yang baru saja buka. Mereka baru merenovasi sebuah rumah menjadi sekolah, istriku, Novie, pergi kesana dan menanyakan biaya dan program yang ada. Semuanya baik ternyata sekolah ini adalah bagi umum namun semua tenaga pengajarnya berasal dari agama lain.
Novie bertanya pada saya,”Pa, gimana nih, sebab sekolah ini semua pengajarnya beragama lain? Apakah Philip akan baik-baik saja?”
Saya menjawab,”Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, pasti ada maksud dan tujuan, Ma. Kalau memang Philip dapat diterima di sana anggaplah hal ini sebagai hal yang positif dimana kita dapat jadi terang dan garam di tengah mereka.”
Akhirnya Philip bersekolah di sana, setiap hari Novie mengantarnya ke sana. Hari lepas hari ketika hubungan makin akrab dan dalam, ternyata banyak guru Philip, beberapa orang di bagian tata usaha bahkan pemilik sekolah yang datang pada Novie untuk mencurahkan isi hatinya, bertukar pikiran dan meminta konseling. Mereka tahu bahwa kami keluarga rohaniwan yang berlainan kepercayaan dengan mereka namun mereka datang pada kami untuk meminta masukan.
Philip bersekolah di tempat itu sampai tamat Taman Kanak-Kanak, pemilik sekolah tersebut merasa diberkati dan memberikan apresiasi atas “pelayan pribadi” kami bagi semua jajaran staf sekolah tersebut yang kami kerjakan secara alamiah saja seperti hubungan sehari-hari. Ia tidak memungut biaya SPP putra kami, itu merupakan bentuk apresiasi yang dapat ia berikan pada keluarga kami.
Bahkan tidak sampai di situ saja, saat kami mengalami kedukaan saat adik Philip, Regina meninggal. Mereka ada di samping kami, mereka mengatakan selama ini kami selalu ada di sisi mereka kala duka mendera....kini mereka ingin membalas kebaikan tersebut sebagai seorang “saudara”.
Saya teringat suatu kali Novie bercerita ada pelajaran dimana salah seorang guru mengatakan bahwa Allah-lah yang menciptakan dunia dan lalu putra kami menyela,”Bu guru, kata Papa dan Mama, Tuhan yang menciptakan dunia ini.” Lalu guru-nya pun meralat jawabannya,”Iya, Philip, Tuhan dan Allah, menciptakan dunia ini.”
Sekolah yang tadinya sangat kental nuansa “agama lain” kini berubah, lebih banyak anak-anak Tuhan menyekolahkan putra-putri mereka di sana. Kami berdoa dan percaya, benih kebenaran yang kami bagikan melalui kehidupan kami tidak sia-sia. Sampai suatu hari Roh Kudus akan bekerja dalam diri mereka dan beroleh keselamatan. Kami menabur, mungkin saudara seiman kami yang lainnya yang akan Tuhan pakai untuk menuai.
Semuanya dimulai dengan mendengarkan keluh kesah orang-orang yang ada disekitar kami. Kami tidak menghakimi mereka, tidak menyebarkan gosip namun tetap melihat mereka sebagai jiwa yang membutuhkan Tuhan dan mereka berharga di mataNya.

Kisah lain adalah saat saya melayani seorang yang berprofesi sebagai pengawal pribadi (body guard) dan pelaut yang terkenal mudah marah, terlibat okultisme dan pemabuk pula. Sebuah kombinasi yang cukup rumit untuk dilayani.
Suatu hari putranya, William (ia adalah jemaat kami), berbincang dengan saya dan menanyakan mengenai perbedaan ilmu hitam dan ilmu putih. Kami mendiskusikan hal tersebut panjang lebar dan lalu saya meminjamkan sebuah buku yang membahas masalah tersebut. Dimana dalam buku tersebut diterangkan bahwa baik ilmu hitam maupun ilmu putih tetap keduanya bersumber dari setan. Rupanya ketika pulang sang ayah dari jemaat kami ini melihat dan membaca buku yang saya pinjamkan. Hingga lalu beliau marah terhadap saya, sebab ia mempercayai bahwa ilmu putih yang dia miliki itu untuk kebaikan. Sebagai anak dari Sulawesi Utara, ia merasa bahwa opo-opo yang ia miliki bukanlah untuk kejahatan namun untuk kebaikan dan terlebih ini sudah diturunkan turun temurun dari nenek moyang.
Hingga saat saya datang lagi ke rumah itu, ia menceramahi, memarahi dan memaki saya. Saya tidak mau bertikai dan membuat suasana jadi tambah kacau, jadi saya diam saja. Setelah hampir satu jam ia melampiaskan kemarahannya, akhirnya ia masuk ke dalam rumah dan meninggalkan saya dengan putranya. Putranya meminta maaf atas apa yang telah diperbuat sang ayah, dan saya mengatakan,”Tidak apa-apa, William (bukan nama sebenarnya). Dalam pelayanan kita harus siap menghadapi berbagai karakter orang. Don’t worry be happy (Jangan kuatir bersukacitalah).”
Di hari yang lain saya datang ke rumah itu, William tidak ada di rumah, tapi sang ayah rupanya ada di rumah. Wajahnya yang garang ia nampakkan, tapi saya membalas dengan senyuman hingga lalu air wajahnya pun berubah tidak tegang lagi. “Hai Dave, William belum pulang, tapi ayo masuk, kita ngobrol-ngobrol dulu.”
Akhirnya setelah berbicara basa-basi, Oom Ben (bukan nama sebenarnya) bercerita tentang masa kecilnya yang keras. Ayah Oom Ben merupakan seorang perwira polisi yang sangat disiplin dan menerapkan aturan militer di rumah. Ia mengalami “child abuse” (kekerasan terhadap anak), ada suatu peristiwa ketika ayahnya menelanjanginya di halaman rumah disaksikan warga setempat, ia digantung, disiram air dan dipukuli sang ayah. Hingga sejak kecil ia sudah merancang bahwa bila sudah dewasa akan pergi dari rumah dan menjadi pelaut.
Belum lagi saat ayahanda dari Oom Ben meninggal, kedua kakaknya menipu dia. Mereka meminta Oom Ben untuk menandatangani sebuah blanko kosong, saat itu ia tengah mabuk berat hingga tanpa berpikir panjang memberikan tandatangan. Ternyata beberapa minggu kemudian ia menyadari telah ditipu oleh kedua kakaknya sendiri. Di atas blanko kosong itu dibuat sebuah pernyataan bahwa dia menyerahkan semua hak warisnya pada kedua kakaknya.
Rasa sakit hati menoreh sangat dalam, ia coba untuk melupakannya dengan minum-minuman keras. Ia pergi kesana kemari, mencari ilmu dari nenek moyang agar tidak mudah disakiti oleh siapapun.
Dari sanalah saya dapat mengerti mengapa Oom Ben ini menjadi pribadi yang sangat keras dan pemarah. Orang-orang di lingkungannya sangat takut dan enggan bersitegang dengan beliau. Sebab beliau merupakan pribadi yang meledak-ledak dan dapat dengan sangat mudah untuk melakukan kekerasan.
Pejabat-pejabat dari daerah beliau sering kali meminta pelayanan beliau sebagai pengawal mereka saat bertugas di ibukota negara pada khususnya atau Pulau Jawa pada umumnya. Beliau adalah seorang yang disegani pada dunianya saat itu, dunia preman.
Minggu demi minggu berlalu, setiap minggu saya bergaul dan menjadi teman berbincang Oom Ben. Tanpa saya sadari ternyata hal itu berdampak dalam kehidupannya, William putranya, menceritakan pada saya bahwa ayahnya mulai berubah perangainya. Bila di lingkungan ada acara persekutuan doa, kini ia mengikutinya, tiap hari ia coba berdoa dan membaca Alkitab.
Ternyata kala ia mencurahkan isi hati, kepedihan, luka-luka di masa lalunya pada saya. Ia mengalami sebuah pemulihan, dimana Roh Kudus secara perlahan tapi pasti mulai membalut luka-lukanya.
Pada akhirnya beliau menerima Kristus sebagai Tuhan Juruselamatnya, melepaskan semua ilmu-ilmu yang dulu sangat ia banggakan dan termasuk semua kebiasaan buruknya yang mengikat dia selama ini. Ia berhenti mabuk bahkan berhenti merokok, ia menjadi seorang yang sentimentil, pribadi yang menyenangkan dan ayah yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan kakek yang penuh perhatian dan kasih sayang bagi cucu-cucunya. Beliau tetap setia mengiring Tuhan sampai pulang ke rumah Bapa beberapa tahun yang lalu.

Semuanya dimulai dari “pelayanan telinga”, hanya mendengarkan keluh kesah mereka, bersimpati atas apa yang terjadi dalam hidupnya, memberikan saran atau komentar praktis yang tidak menggurui siapapun dan mendoakan mereka setiap hari agar Roh Kudus bekerja dalam kehidupan mereka.


INTISARI KABAR BAIK (INJIL)

Setelah banyak membahas perihal bagaimana menjadi saksi maka dalam bab ini saya akan lebih banyak membahas intisari dari Injil yang kita imani, hidupi dan saksikan pada sesama kita.
Saya akan coba menyegarkan ingatan akan dasar iman kekristenan kita semua.

ALLAH (YAHWEH)

Dalam Alkitab ada empat penyataan besar tentang Allah:

a. Allah adalah Roh (Yohanes 4:24). Ia bersifat rohani, tidak bertubuh tetapi berkepribadian. Alkitab menyatakanNya sebagai suatu Oknum. Segala sesuatu yang ada di dunia bersumber pada Allah. Bila dalam Alkitab disebutkan tentang mata, tangan, telinga, mulut atau nafas Allah, maka semua merupakan ucapan antropomorfis, yang menggambarkan sifat-sifat Allah menurut bentuk dan sifat pribadi manusia agar mudah dipahami manusia.
b. Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8,16; Yohanes 3:16). Ia mengasihi kita sampai kapan pun sebab Ia adalah kasih. Ekspresi kasihNya dapat kita saksikan melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib.
c. Allah adalah terang (1 Yohanes 1:5). Terang menggambarkan kekudusan dan kebenaran Allah.
d. Allah adalah api (Ulangan 4:24, Ibrani 12-29). Kasih Allah dalam kekudusan, kasih yang memurnikan tabiat dosa dalam diri manusia. Barangsiapa tetap hidup dalam dosa ia akan binasa tetapi Tuhan menghendaki manusia untuk bertobat dan beroleh hidup kekal.

ALLAH yang kita sembah adalah esa (Ulangan 6:4). Esa berarti satu, dengan kata lain Allah yang kita sembah adalah satu dan bukan banyak tuhan/dewa.
Dalam Allah ada tiga Oknum (Pribadi), Allah Bapa (Keluaran 20:2), Anak (Tuhan Yesus) (Yohanes 1:1) dan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 5:3). Tercatat pula dalam Matius 28:19,”Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” atau dalam Kejadian 1:26,”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita...”

Seringkali orang “non Kristen” berpikir bahwa kita menyembah tiga Allah, tidak kita menyembah Allah yang esa. Almarhum Amran Amrie, yang berlatarbelakang “non Kristen” menjabarkan perbedaan di antara esa dan satu. Bila kita memiliki sebuah (satu) roti lalu kita memakannya maka roti itu habis dan tak dapat dibagikan pada sesama. Berbeda dengan esa (satu), beliau mengibaratkannya dengan sebuah resep cara membuat roti. Resepnya hanya ada satu tetapi tidak pernah habis meskipun telah dibagikan pada banyak orang. Allah yang esa tak terbatas kuasaNya.

Ada pula yang menggambarkan keesaan Allah dalam bentuk buah jeruk. Dimana buah jeruk terdiri dari kulit, buah dan biji; bentuk dan fungsinya mungkin berbeda satu dengan yang lain tetapi dalam sebuah kesatuan merupakan buah jeruk.
Atau banyak pula yang menggunakan ilustrasi matahari sebagai gambaran, matahari dapat kita lihat berada di langit, kita dapat merasakan sinar panasnya dan manfaatnya menerangi bumi.
Gambaran lain adalah manusia itu sendiri, Dave yang memiliki jabatan sebagai Pendeta, saya juga seorang suami dari Novie dan ayah dari Philip. Ada tiga fungsi tetapi satu pribadi.

Allah menyatakan bahwa Ia menciptakan manusia segambar dengan diriNya (Kejadian 1:26-28).
Manusia terdiri atas tubuh, jiwa dan roh. Ada tiga hal dalam diri kita tetapi satu manusia. Jadi tidak perlu heran bila Allah terdiri atas tiga Pribadi atau Oknum.
Allah juga merupakan Allah yang komunal sehingga Ia menyatakan manusia tidak baik seorang diri saja. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Allah-lah yang memprakarsai lembaga pernikahan maupun kehidupan dalam rumahtangga (suami, istri dan anak).

Alkitab menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, aktif dan bertindak (Yohanes 5:17). Ia memanggil kita untuk terlibat bersamaNya dalam rencana agungNya (2 Korintus 6:1)

MANUSIA

Sebagaimana telah dibahas sedikit di atas manusia diciptakan segambar dengan Allah, diberi kuasa oleh Allah atas segala binatang dan ciptaan yang lainnya (Kejadian 1:26-28).

Jadi jelaslah manusia tidak sama dengan binatang, sebab manusia diberikan kuasa atas segala ciptaan Tuhan. Manusia memiliki keunikan dan kreativitas yang ada dalam diri Allah. Kita dapat melihat bagaimana manusia dapat mendesain pakaian yang terus berkembang dari masa ke masa, pernahkah Anda melihat seekor simpanse mendesain pakaian? Kita manusia dapat menciptakan kendaraan bermotor seperti mobil atau sepeda motor, pernahkah Anda melihat kuda menciptakan benda semacam itu?
Ini hanya untuk menekankan bahwa manusia tidak sama dengan binatang, sebagaimana yang diyakini oleh “beberapa orang”.

Citra Allah dalam diri manusia dapat dilihat dari beberapa kemampuannya:

- Manusia mampu berpikir (berakal budi).
• Manusia dapat menerima perintah Tuhan (Markus 12:30)
• Manusia dapat diajar (Mazmur 32:8)
• Manusia dapat mengambil keputusan (Kejadian 2:19-20)
• Manusia dapat ditegur (Ibrani 12:5-11)

- Manusia mampu bergaul, bersosialisasi dan mengasihi sesama
Binatang berkembang biak, memeilihara anak-anaknya dan “bergaul” juga. Tetapi perbedaan yang mendasar adalah kemampuan manusia dalam “mengasihi” merupakan sebuah ciri khas. Kasih merupakan refleksi hubungan manusia dengan Allah (Kejadian 1:26-27, Yohanes 17:23)

- Manusia mampu untuk memilih menurut kata hatinya maupun rasional
Manusia dapat memilih menurut pilihannya sendiri, meskipun tentunya unsur seperti naluri, latar belakang dan pendidikan sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan. Sedangkan binatang bertindak menurut nalurinya semata.

- Manusia mampu bersekutu dengan Allah
Sebelum Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Manusia memiliki dimensi istimewa: tubuh, jiwa dan roh. Kita juga makhluk rohani yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan Allah yang merupakan Roh (Kejadian 3:8,9)


Akibat kejatuhan manusia (Adam dan Hawa) dalam dosa:

1. Akibat langsung bagi Adam dan Hawa
- Perasaan bersalah dan malu (Kejadian 3:8-9)
- Menjauhkan diri (bersembunyi) dari Allah (Kejadian 3:8-10)
- Berupaya membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain (Kejadian 3:12-13)
- Dihukum dengan menanggung kesusahan duniawi (Kejadian 3:14-19)

2. Akibat bagi keturunan Adam dan Hawa
- Dosa Adam dan konsekwensi hukuman atas dosa turun pada keturunannya.
- Semua manusia berdosa dan akan menerima hukuman Allah.
- Manusia moralnya makin rusak hari lepas hari.
- Manusia mustahil dapat menyelamatkan dirinya sendiri atau mengatasi kelemahan dalam dirinya dengan kemampuan sendiri.

Mari kita telaah keempat hal ini secara lebih seksama:

- Dosa Adam dan konsekwensi hukuman yang kita warisi.
Kita mewarisi tabiat buruk dari nenek moyang kita, Adam (Kejadian 4:8, 5:1-3). Kita cenderung berbuat jahat (Kejadian 6:5, Mazmur 51:7)
- Semua manusia berdosa dan akan menerima hukuman.
Manusia mewarisi kutuk akibat pemberontakannya terhadap kehendak Allah. Hukuman ketidaktaatan kita padaNya setimpal yaitu hukuman mati.
- Manusia moralnya makin rusak.
Hati manusia menjadi gelap dan rusak (Yeremia 17:9, 13:23, Markus 7:21-23). Semua manusia hidup dalam dosa (Roma 3:9-23, Yesaya 53:5, 64:6-7, Pengkhotbah 7:20)
- Manusia mustahil menyelamatkan dirinya sendiri
Sejak kejatuhan Adam, manusia berada dalam kekuasaan Iblis dan hatinya penuh dosa (Efesus 2:2, Matius 15:18-20)
Allah tidak berkenan pada perbuatan baik, korban dan segala upaya bentuk ritual keagamaan kita (Efesus 2:8-9, 2 Timotius 1:9, Roma 4:5, Titus 3:5, Yesaya 64:6)

TUHAN YESUS

Siapakah Tuhan Yesus? Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati (Yohanes 1:1,14). Ia merupakan Pengantara yang menyatakan Allah kepada manusia (Matius 11:27), Ia menebus manusia dari upah dosa yaitu maut agar manusia dapat mengalami pemulihan hubungan dengan Allah (1 Timotius 2:5,6). Tuhan Yesus adalah inti kekristenan. Tak ada seorang pun yang dibenarkan tanpa karya Kristus.
Penginjil terkenal Billy Graham suatu kali memberikan ilustrasi ini. Suatu hari seorang pria berjalan di sebuah taman dan ia melihat iring-iringan semut yang tengah berbaris menuju sarang mereka. Lalu ia melihat rumput ilalang dalam taman itu terbakar akibat seseorang membuang puntung rokok, orang berlarian keluar taman, ia pun mau berlari tetapi ia kasihan pada semut yang tengah berjalan kembali ke sarang mereka yang terletak di areal yang tengah terbakar. Pria itu berteriak memperingatkan gerombolan semut itu tetapi mereka tidak mengerti bahasa manusia. Kecuali manusia itu “menjadi” semut dan memperingatkan dalam “bahasa semut” barulah gerombolan semut itu dapat mengerti bahaya yang tengah mengancam di depan mereka.
Allah mengutus Yesus (Anak/Firman Allah) datang ke dunia terlahir sebagai manusia, agar manusia dapat mengerti rencana keselamatan dan pemulihan yang Allah telah, akan dan tengah kerjakan di tengah kita.
Inti kekristenan terletak pada kepribadian dan pekerjaan Tuhan Yesus Kristus.
1. Yesus bukan manusia dengan kemampuan ilahi atau super seperti Hercules anak Zeus (dalam kepercayaan/mitos Yunani). Yesus juga bukan Tuhan dalam selubung manusia, Ia tidak “menyamar” jadi manusia, melainkan manusia-Ilahi. Dia berinkarnasi, Tuhan yang “menjadi” manusia.
2. Kekristenan mengajarkan melalui karya Tuhan Yesus hubungan (relation/relasi) kita dipulihkan kembali dengan Allah. Inilah perbedaan kita dengan kepercayaan atau agama lain, bukan manusia yang berupaya mencari Allah melainkan Allah dalam Yesus Kristus berinisiatif mencari manusia dan menyelamatkannya (Lukas 19:10, 15:1-10)


SALIB KRISTUS

Salib merupakan prakarsa Allah sendiri, ini merupakan bentuk ekspresi kasih Allah terhadap kita yang luar biasa. Kita sebenarnya tidak layak tetapi kasihNya begitu besar terhadap kita hingga Anak (Yesus) datang untuk membuka jalan kembali bagi kita....hingga Ia dapat berkata pada kita,”Welcome home, my sons and daughters” (Selamat datang di rumah, putra dan putriku).

4 hal utama dari karya salib adalah:

1. Mendamaikan Allah dengan manusia kembali. Pendamaian berarti orang yang percaya pada Tuhan Yesus dilepaskan dari murka Allah (1 Tesalonika 1:10, Roma 3:25, 1 Yohanes 2:2, 4:10).
2. Penebusan, menebus manusia dari perhambaan dosa. Tuhan Yesus menebus kita dengan membayar lunas segenap hutang dosa kita, kini kita adalah “milikNya”.
3. Pembenaran, membuat benar orang yang tadinya berdosa hingga di mata Allah kini orang tersebut seolah belum pernah berbuat dosa. Ini merupakan kuasa darah Yesus yang tercurah di atas kayu salib bagi kita semua yang percaya. (Ulangan 25:1-2, Amsal 17:15, Roma 4:5, 3:24-26, Galatia 2:16,17)
4. Perdamaian, pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah (2 Korintus 5:18-21). Kristus adalah pengantara yang membuka jalan (Yohanes 14:6) hingga kita dapat berjumpa dengan Bapa di surga.


ROH KUDUS

Pekerjaan Roh Kudus sangat luas, sukar untuk dirumuskan secara sistematis. Sebab pekerjaanNya meliputi semua aspek pekerjaan Allah dalam penyelamatan manusia.

Dalam buku ini saya membatasi pembahasan pekerjaan Roh Kudus dalam hubunganNya dengan pekabaran Injil.
Roh Kudus-lah yang membawa seseorang pada pertobatan dan menimbulkan keyakinan pada orang tersebut untuk menyerahkan dirinya pada Yesus Kristus. Tugas kita menjadi saksi selanjutnya merupakan pekerjaan Roh Kudus sebab itu jangan berkecil hati bila ada orang yang menolak kita. Ada “kairos” (waktu Tuhan) bagi setiap orang untuk datang padaNya.
Perjanjian Baru mencatat pekerjaan Roh Kudus:
- Menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yohanes 16:8-10)
- Membuka mata hati orang yang dibutakan Iblis (2 Korintus 4:4, Yohanes 15:26)
- Melahirkan orang kembali (lahir baru dalam Kristus – Yohanes 3)
- Memateraikan orang yang didiamiNya sebagai milik Allah (2 Korintus 1:22, Efesus 1:13, 4:30, Roma 8:9)
- Meyakinkan kita sebagai anak-anak Allah (Roma 8:16)


KESELAMATAN

Sebagaimana kita ketahui bahwa hati manusia digelapkan oleh dosa. Manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, perbuatan manusia jahat (Yohanes 3:19)
Bila seseorang yang berdosa percaya pada Kristus maka terjadi perubahan dalam dirinya. Hati manusia yang busuk akibat dosa, dibasuh oleh darah Kristus (Yesaya 1:18). Hati manusia yang keras dan memberontak diganti hati yang baru dan taat (Yehezkiel 36:26)

Seseorang yang percaya pada Yesus akan dilahirkan kembali dan berada dalam Kristus sehingga beroleh hidup kekal atau bagian dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:3, 1 Petrus 1:23). Sebuah pelajaran berharga yang dapat kita tarik dari kelahiran manusia, bahwa manusia tidak dapat mengupayakan kelahirannya sendiri, melainkan orangtuanya. Begitu pula kelahiran kembali bukanlah upaya manusia tetapi kasih karunia Tuhan yang dikerjakan Roh Kudus (Titus 3:5, Yohanes 3:5)

Setelah dilahirkan kembali maka tubuh kita menjadi bait (rumah) Allah (1 Korintus 3:16, 6:19, 2 Korintus 6:16, Wahyu 3:20). Ketika Kristus memasuki hati kita, Ia membawa terangNya dan mengusir kegelapan (Yohanes 1:4). Kita bukan lagi milik Iblis tetapi milik Kristus sebab itu jangan biarkan Iblis mendustai dirimu lagi (Roma 6:12-14)

Apakah pertobatan?

1. Berbalik.
Bertobat atau dalam bahasa Yunani metanoia berarti “perubahan pemikiran yang mendampakkan perubahan dalam perbuatan”. Intinya ialah berbalik aau berpaling meninggalkan jalan kehidupan yang lama. Lalu berjalan ke arah yang baru, perubahan dalam pemikiran yang berdampak pada perubahan sikap dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perubahan Total

Pertobatan yang benar meliputi:

a. Pikiran
Kita harus menyadari dosa-dosa kita (Lukas 15:17). Kati harus merubah pikiran kita perihal kekudusan (Yesaya 64:6), kesalahan kita (Roma 8:23) dan maksud Allah bagi kita (Yohanes 3:16, Yehezkiel 33:1)

b. Perasaan
Kita harus menyesali dosa-dosa yang telah kita perbuat (Lukas 15:18-19). Harus terjadi penyesalan sejati “menurut Kehendak Allah” (2 Korintus 7:10). Penyesalan sejati membawa kita pada pertobatan sejati sebagaimana contoh perumpamaan Anak Terhilang (Lukas 15), pertobatan Daud dari dosa perzinahan (Mazmur 51:4-6), atau Petrus sesaat setelah ia menyangkal Kristus.

c. Kehendak
Kita harus membulatkan tekad untuk meninggalkan setiap dosa dan menerima kuasa Allah yang akan memapukan kita berjalan dalam kehidupan yang baru dalam Kristus.
Langkah praktis yang dapat kita lakukan adalah:
- Mengaku dosa (Lukas 15:21, 18:13, 1 Yohanes 1:9)
- Meninggalkan dosa (Yesaya 55:7, Amsal 28:13)
- Berpaling pada Tuhan (1 Tesalonika 1:9)
Pertobatan sejati merupakan karunia Tuhan (Kisah para Rasul 5:30-31, 11:18, 2 Timotius 2:25) dan hanya mungkin karena kuasa RohNya.





PENGINJILAN SEBAGAI BAGIAN HIDUP YANG ALAMI


Kita sampai pada bagian terakhir, saya berdoa dan berharap, setiap orang yang membaca buku ini tersadar bahwa Tuhan memanggil kita semua untuk mengabarkan kabar baik.
Mengabarkan Kabar Baik itu tidak sulit dan mengerikan. Kita hanya perlu menghidupi apa yang kita percayai atau imani. Hingga gaya hidup kita berbeda dari gaya hidup orang dunia.
Gaya hidup orang percaya tidak identik dengan gaya hidup barat yang bebas mau melakukan apa saja, sebagaimana diduga oleh “orang dari agama tetangga”. Sebab standar kehidupan kita jauh berbeda dari agama manapun. Agama lain mengajarkan agar kita melakukan kebaikan atau amal dan reward (hadiah)nya adalah hidup kekal di surga. Itu pun bila amal kebaikannya jauh lebih banyak dari kejahatan dosanya. Esensi agama adalah upaya manusia mendekati Sang Pencipta dengan mentaati hukum-hukum dan melakukan amal ibadah. Inilah agama atau religi.

Kekristenan bukan sekedar agama/religi, kekristenan merupakan pemulihan relasi/hubungan dengan Tuhan. Bukan kita yang mencoba mendatangi Tuhan namun Tuhan-lah yang datang pada kita dan membuka jalan agar kita dapat kembali padaNya.

Kita diselamatkan oleh Kristus melalui karya salib dan bukan karena usaha atau perbuatan baik kita. Alkitab menyatakan “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus” (Roma 3:23, 6:23). Lebih jauh lagi dalam kitab Efesus, Rasul Paulus menyatakan,”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.”(Efesus 2:8-9). Saat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, Raja dan Penyelamat kita, kita dijadikan ciptaan baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:17) Kita menjadi ciptaan baru, kita menjadi anak Tuhan,”Semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh 1:12). Kita anggota KeluargaNYA, DNA Kristus kini ada dalam hidup kita. Maka kini kita memiliki kesanggupan untuk hidup benar sebab Tuhan yang ada dalam kita hari lepas hari akan memampukan kita hidup sesuai kebenaran. IA akan mengajar kita untuk hidup dalam kebenaran.
Hidup kita seharusnya mencerminkan Kristus yang adalah Kabar Baik itu sendiri. Dalam Matius 6:33, Kristus mengajarkan “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Ayat ini banyak disalahtafsirkan termasuk oleh saya dulu. Ayat ini tidak berbicara mengenai kita seharusnya lebih rajin mengikuti tiap kegiatan di gereja atau aktivitas pelayanan. “Carilah Kerajaan Allah” menekankan mengenai keharusan kita untuk tunduk pada otoritas Kristus sebagai Raja atas hidup kita (His Lordship) dan hidup dalam kebenaran Firman Tuhan setiap saat. Bila Tuhan memberkati kita, baik berkat rohani maupun jasmani, itu semua untuk memperlebar Kerajaan Allah, bukan kerajaan kita sendiri atau sekedar hanya memperlebar “perut sendiri”.

Dalam buku ini saya telah banyak mengulas bahwa penginjilan merupakan bagian hidup. Kita adalah makhluk sosial yang setiap hari bersosialisasi dengan sesama manusia. Kita bisa berinteraksi melalui berbagai macam hal, seperti hobi, suatu peristiwa dalam kehidupan baik itu suka maupun duka, dll.
Bila kita memiliki materi, kita dapat menolong mereka yang berkekurangan, melakukan aksi sosial, menolong korban bencana alam, membantu anak yatim piatu, orangtua jompo, membuka lahan pekerjaan untuk mengentaskan kemiskinan, dan masih banyak hal lagi.
Sekalipun Anda tidak punya materi, Anda tetap dapat memberi diri untuk menolong orang lain untuk memperlebar Kerajaan Allah. Saat Anda membuka diri untuk menjadi tempat “curhat”, saat Anda memberikan konseling dan bantuan doa, mengucapkan kata-kata yang inspiratif dan membangkit semangat, memberikan pelukan, tertawa bersama dan menangis bersama.
Jangan membatasi dirimu sebab Tuhan dalam dirimu tak terbatas. Tuhan sangat kreatif dan inovatif. Izinkan Dia bermanifestasi melalui diri anda menyentuh jiwa-jiwa yang membutuhkan DIA.
Melangkahlah dengan iman, percayalah bahwa Tuhan beserta denganmu. Sebelum engkau memberitakan Kabar Baik pada orang lain, hidupilah kebenaran itu sendiri. Jadilah “kabar baik” (seorang yang diubahkan oleh Tuhan) terlebih dulu. Orang perlu dapat menerima dirimu terlebih dahulu sebelum dapat menerima apa yang kamu sampaikan.
Dan lihatlah hal yang menakjubkan yang Tuhan akan kerjakan melalui dirimu. IMMANUEL, Tuhan besertamu, sampai kesudahan zaman (Mat 1:23, 28:18-20).






















TENTANG PENULIS

Dave Broos lahir di Bandung, 1969. Mengawali pelayanannya tahun 1991 sebagai
pelayan kaum muda di beberapa denominasi (GBI dan GISI) dan kota (Surabaya,
Tasikmalaya dan Bandung) dan bergabung dalam pelayanan misi Youth With A Mission
(YWAM) hingga pada akhirnya merintis gereja dan menggembalakan jemaat GKB Cinta
Kasih Bangsa (Indonesian Christian Centre) di kota Surabaya - Gresik dari tahun 1998-
2005. Lalu membantu penggembalaan di Gereja Oikos Indonesia (GO Indonesia) jemaat
Surabaya dari tahun 2005-2007.
Kini merintis pelayanan The Eagles Nest Ministries di kota Bandung bersama dengan
istri, Novie Durant dan anak-anak, dengan visi “Memberitakan kabar baik,
memuridkan dan mengutus setiap anak Tuhan untuk menjadi “gereja” dimanapun
mereka berada”.
Berjejaring dengan lembaga misi Outreach Fellowship International, LK10, House 2
Harvest dan Shadow of the Cross. Anggota dan “Ordained Minister (Pastor)” dari United
Christian Faith Ministries (UCFM) dan utusan Injil Gereja Oikos Indonesia. Penulis tetap
Renungan Wanita, dan penulis lepas Tabloid Keluarga, Tabloid Gloria, website Pustaka
Lewi, E-Kasih dll.

Anda dapat enghubungi melalui e-mail atau chatting melalui Yahoo Mesenger:
davebroos@yahoo.co.uk atau broos.dave69@gmail.com

Mengasuh blog diantaranya:
- Renungan Kehidupan http://renungandave.blogspot.com
- My Walk and Life in Christ http://davebroos.blogspot.com
- Ekklesia http://gerejaperjanjianbaru.blogspot.com
- Market Place Ministry http://dave-broos.blogspot.com
- Global Prayer Network http://globalprayernetwork.blogspot.com
- Eagles Nest Ministries http://eaglesnestministries.co.cc
- Eagles Nest Online Bible School http://enonlinebibleschool.blogspot.com
- In My Darkness Hours http://inmydarnesshours.blogspot.com
- Shadow of the Cross http://shaddowcross.blogspot.com
- Zoe Ministries http://zoeministries.blogspot.com
- Guardian Angels http://9u4rd14n-4n93ls.blogspot.com

Bila Anda membutuhkan dukungan doa, bimbingan konseling atau mau mengundang
pelayanan dapat menghubungi atau mengirimkan SMS melalui pesawat telpon
081330135643.

INFORMASI PELAYANAN KAMI:
http://eaglesnestministries.co.cc

ANDA MERASA DIBERKATI OLEH BUKU INI & HENDAK MENDUKUNG
PELAYANAN KAMI?
DONASI DAPAT DITRANSFER MELALUI:
BCA II NO REK 0081824788 (ATAS NAMA DAVE BROOS)
JL. ASIA AFRIKA 122-124, BANDUNG
SWIFT CODE CENAIDJA
“MARI KITA BERSAMA BERGANDENGAN TANGAN MEMBANGUN
KERAJAAN ALLAH”