Rabu, 24 Februari 2016

Kasih terhadap sesama



Kasih terhadap sesama
Pagi itu seperti biasa aku berjalan pagi mengelilingi kompleks perumahan di mana aku tinggal. Terdengar suara keributan di arah sebuah warung, ternyata ada sepasang pemulung tua yang tengah tidur di depan warung tersebut. Pemilik warung itu merasa terganggu dengan adanya kedua orangtua tersebut. Ia mengusir mereka dengan kasar sambil menyiramkan seember air pada mereka. Pemulung tua itu pun berteriak-teriak marah dan menyumpahi pemilik warung. Hatiku trenyuh memandang peristiwa tersebut, melihat sepasang orangtua yang sudah tua harus menjalani kehidupan yang berat seperti itu. Aku tak tahu siapa mereka dan mengapa mereka sudah setua ini menjadi pemulung dan gelandangan. Dimana anak-anak mereka? Apa yang membuat mereka menjadi gelandangan dan berprofesi sebagai pemulung?
Andai aku bisa membantu mereka…..andai paling tidak aku bisa memberi mereka sebuah tempat untuk untuk beristirahat pada malam hari. Sayangnya aku belum mampu menyediakan sebuah rumah singgah. Aku teringat pada pembicaraanku dengan Omaku mengenai pelayanan bagi para gelandangan di negeri Belanda. Bagaimana pelayanan Bala Keselamatan di Belanda  membuka asrama atau rumah singgah khusus bagi gelandangan agar mereka dapat beristirahat pada malam hari. Banyak kasus di Eropa, gelandangan yang mati kedinginan karena musim dingin atau cuaca yang ekstrim. Aku tahu di Indonesia tidak ada musim dingin tetapi aku melihat ini juga merupakan sebuah kebutuhan bagi para gelandangan yang ada di negeri ini. Sebuah tempat dimana mereka merasakan rasa aman dan mendapatkan berita harapan yang baru.
Gelandangan juga manusia…. Hatiku sedih melihat mereka yang terlunta-lunta hidup di jalanan. Permasalahan ini merupakan hal yang kompleks tetapi bila tubuh Kristus bersinergi melakukan bagiannya, aku percaya kita dapat menjadi gereja yang berdampak dan memberkati kota (desa) dimana kita berada. Akan lebih mudah bagi kita untuk melayani dalam kebersamaan sebagai bagian dari tubuh Kristus meski kita berbeda organisasi atau denominasi sekalipun…kita harus fokus pada Tuhan. Kita menyembah Tuhan yang sama dalam Kristus Yesus.
Aku tahu bahwa melayani kaum ini tidak mudah, kadang suka-suka….tidak mau diatur….sama persis dengan bangsa Israel saat baru keluar dari Mesir. Mentalitas “budak” melekat….. aku tahu bukan dari teori….sebab aku pernah mengalami sendiri menjadi bagian dari kaum terbuang saat orangtuaku mengusirku dari rumah saat remaja. Kehidupan yang tak pasti, penuh kekerasan, penuh dusta, penuh manipulasi, mengorbankan orang lain demi kepentingan diri sendiri, penuh kecemasan, ketakutan, kecurigaan terhadap orang asing dan lain-lain. Citra diri yang rusak dan rasa rendah diri banyak menggelayuti kaum terbuang ini, seolah tidak ada harapan bagi mereka.
”Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; IA telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara. (Yesaya 61:1-2) Bila kita mengklaim diri kita penuh Roh Kudus maka kita akan secara otomatis dipimpin Roh Tuhan melakukan kehendakNya.
Bagaimana kita sebagai gereja Tuhan? (catatan: gereja tidak berbicara mengenai denominasi tetapi sebagai umat percaya) Akankah kita mulai bergerak memberikan harapan bagi mereka? Atau akankah kita kembali menjadi “penikmat Firman Tuhan” tanpa pernah melakukannya dan lalu menyerahkan semua tanggungjawab pelayanan pada para pelayan Tuhan (full time) di gereja? Apakah anda berpikir dengan memberikan persembahan sudah cukup dan anda tak perlu melakukan perintah Tuhan? Dalam surat Yakobus Tuhan berfirman,”Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Kamu lihat bahwa iman bekerjasama  dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (Yakobus 2:17, 22). Apa yang selama ini kita dengar baik dari atas mimbar gereja, persekutuan, kelas pemuridan atau apa pun media itu (mendengar radio Kristen, khotbah di TV, membaca buku Kristen dll) bukan untuk menggelitik telinga atau memuaskan keingintahuan kita tetapi untuk diterapkan dalam kehidupan kita. “Para hamba Tuhan” dipanggil untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. (Efesus 4:11-12) Kita dipanggil untuk melakukan bagian kita dalam pembangunan tubuh Kristus bukan sekedar penghangat bangku gereja.
Hal praktis apa yang dapat kita lakukan? Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, kita bisa menyediakan rumah singgah bagi mereka, memberikan pelatihan kerja, bimbingan dan konseling, pendidikan bagi mereka (ekstra kurikuler), menyertakan mereka yang sungguh-sungguh untuk kembali sekolah atau mengikuti ujian persamaan, pemeriksaan kesehatan, memberikan peluang kerja atau usaha bagi yang sudah siap dan masih banyak lagi.
Bagi rekan-rekan yang memiliki visi atau misi yang sama, saya akan dengan senang hati berjejaring dengan anda. Baik yang ada di kota Bandung maupun luar kota. Dapat menghubungi saya melalui inbox Facebook.
Bagaimana kita sebagai gereja Tuhan dapat menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang penuh kasih dan kepedulian. Kasih yang bukan saja memberi yang terbaik tetapi berani untuk berkorban bagi sesama kita sebagai sebuah persembahan bagi Tuhan. Tuhan Yesus merupakan teladan kita, Ia menghendaki kita untuk mengikuti teladan kehidupanNya. Saat kita mentaati panggilan tersebut maka Roh Kudus akan memberikan kemampuan tersebut pada kita. DIA DATANG KE DUNIA KARENA DIA PEDULI PADA MANUSIA……. PEDULIKAH ANDA PADA SESAMA?

Tidak ada komentar: