Selasa, 04 Maret 2008

STRESS


STRESS

Stres merupakan gejala tegangan kejiwaan yang timbul akibat suatu perubahan antara
konstelasi situasi-kondisi hasrat plus harapan dengan realita, situasi-kondisi lingkungan kejiwaan
pihak yang bersangkutan.
Manusia akan mudah stres bila kebutuhan dasarnya-kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa
aman dan damai, kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, dan sebagainya, tidak terpenuhi.
Dalam bahasa Indonesia, stress dapat disamakan artinya dengan gangguan atau kekacauan
mental dan emosional.
Beberapa tahun terakhir, sejumlah penelitian menunjukkan saat Anda merasakan tuntutan
situasi melebihi kemampuan Anda-bisa memicu resiko terkena penyakit/melemahkan sistem
kekebalan yang dalam jangka panjang stres akan berdampak pada tubuh.
Bagi kebanyakan wanita, yang bekerja di rumah membesarkan anak/mengejar karier, stres dari
hari ke hari adalah kenyataan hidup. Pada kenyataannya, hormon wanita estrogen diperkirakan
menumpulkan respon menghadapi stres. Aktifitas yang sangat efektif ialah olahraga. Pada saat
berolahraga, otak memproduksi endorphins, salah satu bahan penenang yang dihasilkan otak
yang berhubungan dengan pengurangan rasa sakit dan meningkatkan kesenangan. Endorphins
menolong wanita menjadi lebih tenang, lebih santai, sedikit muram dan sedikit frustasi.
Dalam kasus-kasus tertentu, konsultasi profesional bisa sangat membantu untuk mengurangi
stres, terutama jika persoalannya adalah hubungan antar manusia.

Bagaimana Stres Berdampak Pada Tubuh?
Stres berdampak secara tidak langsung ketika pria dan wanita melakukan mekanisme
berlawanan yang merusak; seperti merokok, makan terlalu banyak atau sedikit, dan lain-lain.
Stres juga bisa menimbulkan bisul, arthritis, asma, gangguan saluran pencernaan, migrain, sakit
kepala, dan persoalan kulit.
Penelitian terakhir menunjukkan, stres yang berkepanjangan juga bisa menurunkan sistem
kekebalan tubuh dalam menghadapi penyakit, dari yang sederhana seperti pilek sampai kanker.
Bahkan pada beberapa orang bisa melemahkan daya tahannya terhadap demam dan flu.

Stres Mematikan Sel Otak
Keadaan stres terus menerus dapat membuat lekas pikun. Laporan Journal of Neuroscience
yang disiarkan International Herald Tribune mengatakan bahwa, percobaan pada tikus
menunjukkan , stres menyebabkan tingginya produksi hormon adrenalin-sebagai bagian dari
reaksi tubuh untuk mengatasi ketegangan. Padahal, ini bakal mempercepat pematangan jaringan
otak serta melemahkan daya ingat dan belajar. Bahkan pada tikus yang lebih tua, tingginya
hormon stres justru mematikan sel-sel otaknya.
Kerusakan sel yang terjadi di daerah otak disebut hippocampus. Jadi, kalau sel-sel otak rusak
dan mati, orang bisa berubah menjadi pelupa. Pada penderita Alzheimer (penyakit kepikunan yang
hingga kini belum diketahui sebabnya) dijumpai banyak sel otaknya yang sudah mati.
Ketika stres, menurut Zevan Khachaturian dari The National Institute On Aging, Los Angeles, sel-
sel di hippocampus terpaksa bekerja lebih keras, akibatnya otak menjadi lelah dan lebih gampang
rusak.
Kalau sel otak sudah rusak, tidak bisa diganti seperti sel-sel tubuh yang lain. Jutaan sel otak itu
terdiri dari sel syaraf yang disebut Neuron, dan dihubungkan oleh Dendrit.
“Neuron dari sejak lahir jumlahnya tetap; neuron bisa mati padahal tidak bisa bertambah,” kata
Teguh Ranakusuma, Ketua Persatuan Neurolog Indonesia. Yang mengalami pematangan adalah
dendritnya. Dendrit berkembang terus dari usia 0 hingga 40 tahun. Secara alamiah neuron akan
berkurang jumlahnya mulai seseorang berumur 40 tahun. Kematian sel bisa disebabkan karena
terkena benturan, jatuh, karena panas demam yang lama. Dan kematian sel itu semakin
dipercepat oleh stres.
Begitu orang terserang stres karena masalah apapun, adrenalin dipompakan ke dalam sistem
susunan syaraf. Akibatnya detak jantung dan tarikan nafas menjadi bertambah cepat, pikiran
bertambah tajam dan zat-zat kimiawi memperbesar jumlah bahan gizi ke berbagai organ vital. Itulah
sebabnya kebutuhan jaringan otak meningkat ketika sedang stres. Kebutuhan energinya berupa
oksigen dan glukosa darah di pasok dari pembuluh darah. Tetapi adrenalin dapat menyebabkan
menciutnya pembuluh darah yang membawa oksigen dan glukosa darah itu, sehingga pemasokan
pembuluh darah ke otak berkurang. Itu tanpa berlangsung lama, karena otak hanya mampu
bertahan dalam keadaan kurang oksigen selama 3 detik. Lebih dari itu, otak pun terganggu. Orang
bisa menjadi bodoh, pusing/nggliyeng/sakit kepala, debaran jantung yang cepat, sulit tidur,
murung, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, sering berang (tanda-tanda fisik stres). Tetapi,
keadaan tersebut akan pulih asal gangguan itu berlangsung tidak lebih dari 3 menit. Bila lebih,
maka gangguannya akan menetap dan menyebabkan kematian jaringan otak. Jika jumlah sel
masih hidup dalam batas minimal, otak masih bisa normal. Tetapi begitu tiba pada titik tertentu di
bawah batas normal, kepikunan langsung akan muncul.
Prof. Dr. Singgih. D. Gunarsa menganjurkan, kalau stres muncul pada saat seseorang bekerja,
sebaiknya perhatian segera dialihkan pada kegiatan yang menimbulkan rasa senang secara psikis
dan nyaman secara fisik. Langkah seperti itu harus diambil, karena pada dasarnya stres
merupakan reaksi/jawaban non-spesifik tubuh terhadap sesuatu yang menekan dirinya. Dengan
begitu kita bisa segera menetralisir stres yang tiba-tiba muncul.
Seperti diakui Singgih, orang yang mampu menghadapi stres sebenarnya merupakan pribadi yang
ulet, tabah dan gigih. Apalagi dapat memanipulasikan atau memanfaatkan stres. Lebih jauh lagi,
stres dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas dan kreatifitas, kalau orang yang
mengalami stress itu memiliki ketrampilan mengenal dan mengolah rangsangan yang bisa
menimbulkan stres, hal itu yang disebut stressor.
Memanfaatkan stres bukanlah pekerjaan mudah, untuk mencapai atau mendapat hasil dan
reaksi positif, kondisi stres harus dilawan dengan pengolahan. Caranya melalui pembiasaan
(latihan) sistematis yang disebut training. Latihan ini membekali seseorang dengan gaya
pengolahan berbagai situasi yang distimulasikan, di samping untuk mengenal stressor.
Rangsangan yang menimbulkan stres, yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari itu
diolah secara imajiner. Namun, jangan lupa ada pula stressor yang membuat kacau dan tidak siap.
Cuma, kalau orang telah terbiasa menghadapinya, yang tadinya dianggap stressor itu tidak lagi
menimbulkan stres.
Tetapi praktek tidak semulus teori. Ketika menghadapi stressor ternyata ada yang mengalami
stres dan ada yang tidak. Penyebabnya ada beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor
kognitif (penalaran).
Orang yang berpengetahuan luas lebih cepat menangkap gejala sesuatu yang membahayakan.
Suatu kejadian segera dapat menimbulkan emosi yang menyebabkan stres. Di pihak lain orang
yang berpengetahuan sederhana tidak semudah itu mendapat stres, karena dia tidak cepat
tanggap terhadap suatu kejadian dan akibatnya-emosinya pun muncul lebih lambat.
Cepat atau lambatnya seseorang di landa stres, tergantung pada pengenalannya terhadap kondisi
lingkungan dan kemampuannya membedakan mana yang membahayakan dan mana yang tidak.
Justian Suhandinata menambahkan, stres selain bisa diatasi, stres dapat memacu seseorang
untuk meraih sukses. Asal kesulitan yang mengakibatkan stres itu diketahui dengan jelas, dan cara
mengatasinya sudah dipahami, sehingga orang yang dihinggapi stres akan dipacu untuk lebih giat
bekerja.
Pendeknya, jangan terlalu takut terhadap stres. Setiap orang bisa kena, karena stres adalah
kenyataan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan.

STRESS DARI MINUS KE PLUS

Sediakan waktu untuk meditasi setiap hari.
Lakukan meditasi-untuk menenangkan pikiran, menajamkan konsentrasi dan mengatasi krisis
dengan lebih baik. Dr. Ted Smith dari Central Counselling Service di New York, AS menyarankan
pendekatan seperti ini: duduklah santai dengan tulang belakang lurus dan mata tertutup. Tarik
nafas dalam-dalam beberapa kali, dan usahakan agar tubuh Anda merasa rilek. Kemudian tarik
nafas dalam-dalam sambil dalam hati menghitung “satu”. Tarik lagi nafas dan hitung dalam hati,
“dua”. Teruskanlah hingga hitungan mencapai sepuluh, lalu ulangi lagi dari mula. Pusatkan
perhatian pada angka-angka itu; cobalah membebaskan pikiran dari segalanya. Usahakan
berbuat demikian selama sepuluh hingga dua puluh menit.Duduklah dengan tenang beberapa
menit lebih lama sebelum berdiri. Lakukan latihan seperti ini dua kali sehari.

Gunakan imajinasi positif.
Cara ini sangat berguna kalau Anda ingin merasa tenang dengan cepat, misalnya, sebelum
menghadapi ujian atau pertemuan penting bisnis. Duduklah dengan tenang. Tarik nafas dalam-
dalam beberapa kali. Bayangkanlah suasana yang tenang dan santai. Misalnya, anggaplah diri
Anda sedang bersantai di pantai menikmati sinar matahari. Pertahankan gambaran demikian
beberapa menit. Setelah itu Anda akan merasa jauh lebih tenang.

Istirahatlah secara bertahap.
Padukan imajinasi dengan pengenduran otot. Tarik nafas dalam-dalam dan bayangkan suasana
santai. Kemudian tegangkan jari kaki Anda sambil menghitung hingga lima. Lepaskan nafas
Anda bersamaan dengan mengendurkan ketegangan jari kaki itu. Segera, tetapi dalam hati
katakanlah “santai”. Ulangi cara seperti ini dengan betis, paha, bokong, perut, dada, bahu,
lengan, tenggorokan, belakang leher dan wajah Anda.

Latihan.
Penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas DUKE dan di tempat lain
menunjukkan dengan jelas, olahraga-terutama lari, berenang dan latihan aerobik lain-
merupakan pembebas ketegangan. Tetapi, kalau Anda sudah lama tidak berolahraga,
berkonsultasilah lebih dulu dengan dokter sebelum melakukan latihan berat tersebut.

Kurangi perangsang.
Banyakkah Anda meminum kopi, teh atau soda yang mengandung kafein? Apakah Anda sering
merasa tegang? Keduanya mungkin saling mengait. Mungkin saja, kafein yang banyak masuk ke
tubuh Anda mengaktifkan atau memperburuk reaksi ketegangan. Reaksi kafein terhadap
sebagian orang memang begitu.
Peringatan: Kalau Anda berhenti meneguk kopi, pada tahap pertama gejala ketegangan
mungkin meningkat, tetapi segera setelah itu gejala tersebut berhenti.

Jangan Pendam kesukaran
Kalau Anda merasa terganggu karena sesuatu, usahakanlah agar perasaan itu tidak dipendam
sendiri. Kemukakanlah perasaan itu kepada orang yang Anda percayai. Mengeluarkan apa yang
Anda gusarkan akan membuat Anda merasa lebih tenang. Dalam proses tersebut Anda malahan
mungkin akan menerima nasehat yang baik.

Lawan Pemikiran Yang Menegangkan
Mental Anda mungkin merasa tegang sekali karena pemikiran-pemikiran yang muncul dalam
kepala Anda. Misalnya, karena sangat ingin memenangkan persaingan. Nah, ini dapat membuat
Anda tegang. Juga karena Anda menganggap diri Anda gagal kalau sesuatu tidak tercapai.
Anda kalah ujian? Anda tidak mendapat pekerjaan yang Anda inginkan? Pacar Anda kabur
tanpa berita? Memang semua itu mengecewakan. Namun, bukan berarti Anda orang yang gagal
karena alasan yang disebutkan itu.
Anda dapat memetik pelajaran dari semua itu kalau Anda dapat menerima peristiwa itu
sabagaimana adanya. Bersikaplah lebih santai tentang segalanya pada waktu mendatang.
Apakah Anda mudah sekali tunduk pada pemikiran negatif seperti, misalnya, “Saya tidak akan
dapat melakukannya”, atau “Tidak akan berhasil?”. Kalau memang demikian halnya, setiap kali
Anda merasa timbulnya pemikiran yang memojokkan Anda ke sudut yang kalah, katakanlah
kepada diri Anda, “Berhenti”.
Kemudian, perbaiki-atau arahkan kembali-pemikiran itu. Misalnya, Anda baru saja mengatakan,”
Situasi tidak tertolong lagi.” Ubah pikiran seperti itu menjadi “Saya akan menanggulanginya, saya
senantiasa berbuat begitu.”
Kalau Anda berbuat seperti itu, Anda memegang kendali pemikiran Anda, begitu pula keadaan
dan kehidupan Anda. Anda menjadi lebih kuat. Dan, menurut penelitian, itulah cara terbaik untuk
mengubah ketegangan dari minus menjadi plus.
Menurut Kosim Nurheza kemampuan mengatasi stres tergantung pada kematangan dan
kedewasaan seseorang. Ia menegaskan dalam menahan atau menghindari berbagai
rangsangan yang menimbulkan stres, peranan iman sangat penting. Fundamental basic dalam
menghadapi stres adalah iman.


Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
… Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari padaNyalah keselamatanku. … Hanya pada Allah saja kiranya
aku tenang, sebab daripadaNyalah harapanku.
Mazmur 23:3 ; 62:2,6

Tidak ada komentar: