Rabu, 15 Oktober 2008

The Transformer


THE TRANSFORMER
(AGEN PERUBAHAN)

Standar dalam dunia berubah-ubah sesuai dengan kondisi zaman dan bukan rahasia umum lagi bila standar itu makin merosot. Dahulu melihat orang berciuman di muka umum merupakan hal yang tabu namun kini kita dapat melihat anak-anak muda tanpa merasa risih bersikap “mesra” dihadapan orang banyak. Dahulu apabila seseorang memiliki anak di luar pernikahan, mereka akan merasa malu tapi kini banyak wanita memiliki anak di luar nikah dan bersikap acuh tak acuh seolah tidak ada apa-apa. Dahulu kita menjunjung untuk menjaga keperawanan atau keperjakaan sampai masuk dalam pernikahan namun kini anak-anak muda berbicara seolah melakukan seks sebelum pernikahan atau saat mereka berpacaran adalah hal yang wajar.
Bagaimana sikap kita sebagai anak Tuhan? Kita harus ingat bahwa kita adalah anak-anakNya dan Ia telah memberikan standar bagi kehidupan kita. Standar Tuhan tidak lekang oleh waktu dan selalu up to date (tidak pernah ketinggalan zaman), hukum-hukumNya kekal.
Sebagaimana telah saya bahas sedikit di atas bagaimana kondisi zaman dimana kita hidup sekarang telah mengalami banyak kemerosotan. Saya banyak menemukan kasus dimana anak-anak muda Kristen hamil diluar nikah, ada yang tetap akhirnya menikah muda, ada yang pasangan prianya kabur dan akhirnya si wanita muda itu menjadi single parent, ada yang dibantu melahirkan bayi tersebut di panti lalu memberikan anak tersebut untuk diadopsi oleh orang lain, dll. Nilai-nilai yang kita dapat dari masyarakat, entertainment, pendidikan dan lain sebagainya seharusnya tunduk pada kebenaran Firman Tuhan, yaitu Alkitab.
Saya sangat sedih sebab ini terjadi juga di lingkungan kita, yang mengaku diri sebagai “orang Kristen”. Padahal bila kita menilik, mengapa jemaat mula-mula di Anthiokia disebut Kristen adalah karena teladan kehidupan mereka yang mengikuti teladan hidup Kristus.
Mari kita lihat apa yang ditulis Lukas di dalam Kisah Para Rasul 11:21 dan 26b,”Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
Seharusnya setiap orang percaya hidup senantiasa dalam pertobatan. Apa arti pertobatan? Dalam bahasa Ibrani, syuv berarti berputar atau berbalik kembali. Mengacu pada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Sedang dalam bahasa Yunani, metanoia dan metanoeo, yang memiliki makna perubahan hati, pertobatan yang nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa pada Allah dan mengabdi padaNya.
Pertobatan merupakan syarat mutlak untuk beroleh keselamatan. Yesus memulai pelayananNya dengan seruan “pertobatan”. Iman dan pertobatan berjalan seiring. Iman terarah kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yang disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah.
Pertobatan bukan hanya sekedar aspek pengakuan dosa tetapi merupakan tindakan berbalik dari apa yang tidak berkenan kepada Allah dan memilih suatu gaya hidup yang memuliakan dan berkenan kepadaNya. Pertobatan bukan sekedar suatu tindakan, tetapi suatu gaya hidup, menanamkan suatu sikap untuk terus menerus berubah sampai kehidupan kita sesuai dengan FirmanNya dan kehendakNya.
Pertobatan dari dosa adalah berpaling dari semua dosa yang diketahui dan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat dosa. “Sifat dosa” telah dikeluarkan dari roh kita. Roh kita telah diciptakan baru di dalam gambaran dan keserupaan dengan Allah. Tetapi masih ada “kebiasaan dosa” di dalam jiwa dan tubuh kita.
Ketika kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan jiwa dan mulai menjalani suatu kehidupan yang bebas dari segala kewajiban untuk taat pada daging, maka kita benar-benar dibebaskan dari roh perbudakan dan keterikatan (Rm 8:13,15)
Ingatlah selalu bahwa pertobatan itu berbeda dengan penyesalan. Sebagai contoh seorang maling yang bertobat, berarti meninggalkan profesinya yang lama karena kesadaran yang terjadi dalam dirinya bahwa apa yang ia lakukan adalah salah, merugikan orang lain, dirinya sendiri dan tidak mempermuliakan Tuhan. Sedang seorang maling yang menyesal belum tentu bertobat, maling yang tertangkap basah dan dihakimi oleh massa, sering meminta ampun dan menyatakan bahwa ia bertobat. Namun apakah ia sungguh-sungguh bertobat? Banyak kali bukan bertobat tetapi menyesal mengapa ketahuan atau tertangkap. Di lain waktu ia akan melakukan hal itu lagi bila ada kesempatan. Pertobatan selalu lahir dari kesadaran yang timbul dari dasar hati.
Inilah pesan Tuhan bagi kita yang hidup di akhir zaman,”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak tahu berterimakasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu, daripada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:1-5)
Saudara-saudaraku, waspadalah terhadap nilai-nilai dunia dan jangan sampai kita terlena. Jangan sampai kita justru mengikuti jalan-jalan yang salah dan terhisap ke dalamnya. Sebab kita dipanggil untuk “make a stand”(menjadi teladan) sebagai terang dan garam dunia. Dunia akan terus hidup di dalam dosa dan mereka tidak memiliki standar yang kekal, namun kita memilikinya. Sebab itu sebagai orang percaya kita harus hidup di dalam kebenaran itu, dunia membutuhkan teladan hidup dan bukan seorang ahli Alkitab yang penuh dengan pengetahuan namun tidak pernah menghidupi kebenaran itu sendiri. Bapa memanggil kita agar menjadi segambar dengan rupa Kristus dan bukan ahli-ahli Taurat pada masa Yesus.
Pesan Paulus pada muridnya Timotius adalah merupakan suara Tuhan bagi kita semua,” Janganlah seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu…bertekunlah dalam membaca Kitab-Kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.”(1 Timotius 4:12-14)
Demikian juga pesan Tuhan kita, Yesus Kristus di dalam Matius 5:13-16,”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terleta di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”
Kita harus sadar bahwa kita hidup di masa akhir zaman dan hanya ada dua pilihan saja, Mengikuti jalan Tuhan atau jalan dunia, tidak ada jalan tengah atau kompromi. Kita harus memilih jalan mana yang hendak kita tempuh. Tuhan Yesus mengatakan,”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14)

Bagaimana kita dapat menjadi agen perubahan (The Transformer) ?

Pertama, Kita perlu melakukan perubahan pola pikir atau paradigma sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasul Paulus pada jemaat mula-mula di kota Roma, dalam kitab Roma 12:2,” Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kmu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Mengapa kita perlu merubah pola pikir atau paradigma kita sesuai Firman Tuhan? Sebab sadar atau tidak, musuh kita, yaitu Iblis telah banyak menanamkan nilai-nilai yang tidak selaras dengan Firman Tuhan. Bilamana kita tidak melakukan cek dan ricek apa yang ada dalam benak kita dengan apa yang dikatakan Alkitab, maka kita akan berada di dalam area berbahaya. Rasul Paulus mengajarkan hal ini pada jemaat mula-mula di Korintus.” (2 Korintus 10:3-5) ,”Memang kami mash hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran kami dan menaklukkannya kepada Kristus.”(2 Korintus 10:3-5)
Standar maupun nilai kehidupan kita akan berubah saat kita merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Kita perlu menyesuaikan kembali nilai-nilai kehidupan kita selama ini, sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak. Bila itu bertentangan, kita buang file-file lama itu dan menempatkan kebenaran itu dalam pikiran kita hingga Kristus sungguh-sungguh memerdekakan kita. Sebagaimana Raja Daud menyatakan,” FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”(Mazmur 119:105) lebih lanjut penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa,”Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran kita.”(Ibrani 4:12)
Pikiran merupakan ajang peperangan rohani yang sebenarnya sebab tindakan kita dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan atau apa yang ada dalam benak kita. Sebab itu Paulus menuliskan pada jemaat di Filipi,”Jadi akhirnya saudara-saudaraku, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, semua yang patut dipuji, pikirkanlah semua itu.”(Filipi 4:8)

Kedua, menjadi pelaku Firman Tuhan. Kita ini sudah terlalu banyak mendengar khotbah, kelas pemuridan, berbagai seminar dan KKR. Kita senang mendengar khotbah terlebih dari para “pendeta selebritis”, bahkan beberapa diantara kita menjadi fans bagi pendeta-pendeta tertentu. Tidak salah mengagumi khotbah seseorang namun tolong jangan jadikan ia “berhala modern”. Bila saya menyampaikan hal ini sebab dulu saya telah mengidolakan beberapa hamba Tuhan sebagai selebritis rohani. Saya tidak meneladani Kristus tetap mengikuti gaya hidup “mereka”. Saudara-saudaraku, jangan sampai kita berdosa mengidolakan manusia lebih dari Tuhan dan jangan sampai kita mendorong saudara kita jatuh dalam kesombongan. Sebab ini merupakan trik “musuh” untuk menjatuhkan kita. Berapa banyak anak-anak Tuhan yang mengidolakan “selebritis rohani”, lalu mereka murtad dan meninggalkan Tuhan saat sang “hamba Tuhan” jatuh dalam dosa. Tahun ini saja, ada banyak hamba Tuhan yang hendak bercerai dengan berbagai alasan, ada pula yang menyatakan diri sebagai gay, ada pula yang terikat pornografi, ada yang memiliki WIL, dll. Saya sedih saat mendengar kejatuhan saudara-saudara saya ini. Namun yang membuat saya lebih sedih lagi adalah kejatuhan anak-anak Tuhan yang murtad dan meninggalkan Tuhan akibat “kejatuhan para hambaNya” ini.
Inilah saatnya bagi kita untuk tidak terus menerus hidup secara kekanak-kanakan di dalam Tuhan. Tuhan tidak memanggil kita menjadi pendengar Firman Tuhan tetapi sebagai Pelaku Firman Tuhan. Saat ini gereja Tuhan dalam kondisi “penyakitan”, bayangkan bila anda makan makanan yang enak dan mengandung kolesterol tinggi setiap hari, dan anda tidak pernah bekerja apalagi berolahraga. Yang anda kerjakan hanyalah duduk menonton TV atau tidur. Dapat dipastikan anda akan menjadi gemuk dan penyakitan. Begitulah kondisi banyak anak Tuhan, rajin mengikuti ibadah gereja, ikut berbagai persekutuan doa, kelas pemuridan (SOM), seminar-seminar dan KKR. Namun hanya senang “mendengar Firman Tuhan”, untuk melakukannya selalu banyak alasan. Akhirnya kita melihat orang Kristen yang pintar membedah Alkitab dan dapat mengucapkan “kata-kata yang tepat sesuai Alkitab” namun sesungguhnya “tong kosong nyaring bunyinya”. Saat badai kehidupan yang sesungguhnya menerpa hidupnya, maka “warna aslinya” nampak. Sebagaimana yang Yesus sampaikan sebagai pesan terakhir Khotbah Di Bukit,” Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKU ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angina melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”(Matius 7:24-27)
Guys, Tuhan ingin kita menjadi pelaku Firman Tuhan. Saya sendiri sudah capek main gereja-gerejaan. Aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan itu baik, tetapi jauh lebih baik dan berdampak bila kita mulai mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Aktivitas pelayanan yang padat tidak merubah anda menjadi serupa dengan Kristus, tetapi membuat anda menjauh dari Tuhan. Ada saatnya kita mendengar pengajaran dari orang lain, ada saatnya kita melayani sesama namun ingat ada juga saat dimana Tuhan menghendaki kita untuk diam di kakiNya seperti Maria. Mengerti apa yang Ia kehendaki atas hidup kita dan lalu mengerjakannya sesuai perintah Tuhan. Bukan asal sibuk tetapi bekerjalah bagi Tuhan dengan berhikmat. Berapa banyak rumahtangga hamba Tuhan hancur akibat kepadatan “pelayanan”? Berapa banyak hamba Tuhan berselingkuh akibat “jarang bertemu pasangan” atau mengalami kejenuhan? Ingatlah mengetahui kebenaran akan sia-sia saja bila kita tidak mempraktekkannya dalam hidup kita sendiri. Saya dapat saja mengkhotbah hal-hal yang benar dan dengan cara yang menggugah umat Tuhan. Namun semuanya akan menjadi sia-sia, bila saya sendiri tidak mempraktekkannya.
Paulus menyampaikan pesan bagi jemaat di Filipi,”Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”(Filipi 4:9).
Seorang pakar komunikasi menyampaikan bahwa bila kita hanya mendengar khotbah kemungkinan besar hanya 10% saja yang tetap ada di dalam benak kita setelah acara ibadah selesai. Bila kita mendengar dan mencatat, 40%, dari apa yang disampaikan masih nyantol di otak kita. Namun bila kita bukan saja mendengar, mencatat dan merenungkan kembali Firman Tuhan, kita bertindak lebih lanjut dengan melakukannya maka 90% dari apa yang dikhotbahkan menjadi bagian hidup kita. Bila anda ingin lebih progress atau maju, maka sebaiknya anda memuridkan orang lain sesuai Amanat Agung Tuhan Yesus, saat kita mengajarkannya pada orang lain maka akan meningkat menjadi 95%. Anda mau bertumbuh secara optimal? Maka mulailah menjadi pelaku Firman Tuhan. Dengarkan kebenaran Firman Tuhan, catat, renungkan kembali, praktekkan dalam hidup sehari-hari dan muridkan orang lain (mulai dengan pasangan hidup kita dan anak-anak atau anggota keluarga yang lain). Takut akan Tuhan harus dimulai di rumahtangga kita terlebih dulu, jadilah teladan bagi keluarga kita. Bila hal itu sudah teruji di dalam keluarga maka hal tersebut menjadi hal yang natural di dalam masyarakat.

Ketiga, menjadi seorang pembelajar atau murid Kristus. Setiap hari kita harus datang pada Tuhan, belajar dariNya dan terus bertumbuh sebagai anak Tuhan. Nabi Yesaya menyatakan,”Tuhan telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4)
Banyak sekali kutemukan anak-anak Tuhan yang punya mentalitas cepat puas. Saat saya menggembalakan sebuah sidang jemaat di Surabaya, kadang saya jengkel pada salah satu staf gereja. Ia telah menyelesaikan Sekolah Alkitab dan lalu ia merasa bahwa tidak perlu lagi belajar. Ia berpikir bahwa ia sudah tahu segalanya. Kalau mentalitas ini ada dalam benak anak-anak Tuhan ini sangat berbahaya. Bila kita berpikir bahwa Gembala Sidang atau mereka yang ditahbiskan sebagai Pendeta saja yang perlu mempelajari Alkitab maka celakalah generasi kita ini. Tuhan memanggil kita semua untuk menjadi murid-muridNya. Seorang murid punya kewajiban untuk terus belajar. Untuk dapat bertumbuh dewasa di dalam Tuhan, kita perlu terus belajar. Milikilah rasa haus dan lapar akan Tuhan, jadilah pemburu Tuhan.
Sebagai seorang murid Kristus kita harus mengerti tujuan hidup mengapa kita diciptakan oleh Tuhan. Kita terlahir di dunia bukan karena kebetulan tetapi karena ada tujuan ilahi bagi hidup kita. Sudahkah anda mengetahuinya? Bagaimana cara mengetahuinya?

Ada 7 kunci mengetahui tujuan hidup kita:

1.Kita harus tahu bahwa Tuhan kita adalah Allah yang memiliki tujuan.
2.Segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki tujuan. Allah menciptakan segala sesuatu dengan suatu tujuan.
3.Tidak semua orang mengetahui tujuan mereka ada di dunia.
4.Bila kita tidak memahami tujuan maka akan terjadi pelecehan fungsi. Hidup sembarangan.
5.Untuk memahami tujuan, kita perlu bertanya pada sang Pencipta. Melalui doa, pembacaan Firman Tuhan, mendengar khotbah, dll.
6.Untuk memahami tujuan kita perlu menyelidiki pemikiran dari yang mencipta. Kita perlu mulai merenungkan setiap kebenaran dan menemukan rencana Tuhan atas hidup kita.
7.Tujuan adalah kunci pencapaian dan keberhasilan. Bila kita telah tahu panggilan Tuhan atas hidup kita maka kita akan lebih selektif melayani Dia (tidak menerima semua pelayanan [apa saja] yang ditawarkan, don’t become god) tanpa mengabaikan hubungan pribadi denganNYA dan keluarga kita.

Tuhan ingin anda menjadi agen perubahan, pengaruh positif di lingkungan dimana kita tinggal, bekerja, sekolah dan beraktivitas sehari-hari. Anda terlahir untuk menjadi berkat bagi tubuh Kristus. SEkarang semuanya ada dalam tangan anda, maukah anda menanggapi panggilanNya, menjadi teladan yang hidup dan agen perubahanNya?
Tuhan tidak mencari mereka yang pintar, tampan, berkharisma dan lain-lain tetapi Ia mencari mereka yang mau memberikan dirinya total bagi kemuliaanNya.

“Suara Tuhan berkata:Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8)

Siapkah kau hari ini berubah di dalam Tuhan untuk menjadi agen perubahan???

Tidak ada komentar: