MENGHADAPI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
Pertanyaan: Adik perempuan
saya yang bungsu meninggal. Kematiannya sangat memengaruhi seluruh
kehidupan keluarga kami, termasuk kehidupan saya sendiri. Mengapa Tuhan
mengizinkan dia meninggal?
Dalam pengalaman kita sehari-hari,
kita sering bertanya, "Mengapa?" Tidak ada pertanyaan lain yang lebih
sering tercetus dari mulut kita daripada pertanyaan tersebut! Namun
demikian, "mengapa" adalah sebuah pertanyaan yang tidak dapat sepenuhnya
dijawab oleh seseorang. Mengapa Tuhan mengizinkan adik Anda meninggal?
Bapak tidak dapat berkata apa-apa.
Bapak sendiri masih berusia 10
tahun ketika untuk pertama kalinya terjadi kematian dalam keluarga
Bapak. Ayah meninggal dunia beberapa jam sebelum Bapak tiba di rumah
dari asrama British di Argentina. Bapak tidak tahu apa yang sedang
terjadi ketika Bapak melangkah keluar dari gerbong kereta api dan
berlari menuju ke rumah. Akan tetapi, ketika Bapak sudah dekat rumah,
Bapak mendengar suara rintih tangis.
Sanak keluarga berusaha
mencegat Bapak ketika Bapak berlari menerobos pagar rumah dan masuk ke
dalam rumah. Bapak mendesak masuk melewati mereka dan sudah berada di
dalam. Ibu belum mengetahui bahwa anaknya sudah pulang. Air mata
menggenangi pelupuk mata Bapak ketika Bapak melihat mayat Ayah terbaring
di depan Bapak.
Saat itu, Bapak merasa benar-benar terpukul oleh
kematian Ayah. Dunia ini seolah-olah hancur lebur dan membingungkan.
Bapak marah terhadap segala sesuatu dan kepada setiap orang. Ini tidak
adil, Bapak pikir. "Mengapa Ayah tidak meninggal pada usia lanjut
seperti ayah-ayah lainnya?"
"Mengapa?" Kita semua bergumul dengan
pertanyaan tersebut pada suatu waktu dalam kehidupan kita. Hanya
Tuhanlah yang tahu mengapa adik Anda meninggal pada usia yang masih
muda. Mungkin Tuhan hendak membebaskan dia dari penderitaan atau
ketidakadilan pada masa depannya. Akan tetapi, siapakah Bapak ini yang
berkata-kata demikian? Kalau Tuhan adalah Tuhan, bagaimanakah Bapak
dapat menerangkan jalan-jalan-Nya?
Tuhan telah menyatakan:
"Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari
jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9). Kita tidak
dapat memahaminya.
Dari Alkitab Perjanjian Baru, kita mengetahui
bahwa dua dari murid-murid-Nya dipenjarakan (Kisah Para Rasul 12:1-11).
Secara ajaib, Tuhan membebaskan Rasul Petrus, tetapi mengizinkan Rasul
Yakobus dibunuh. Mengapa? Alkitab tidak menjelaskannya. Allah mahakuasa.
Dia dapat saja mencegah kematian Rasul Yakobus. Akan tetapi, untuk
sebab-sebab tertentu yang tidak kita ketahui, Ia tahu, lebih baik tidak
mencegahnya.
Tidak seorang pun mengetahui kapan kematian akan
datang, tetapi kita semua mengakui bahwa kematian pasti akan datang. Ada
yang berkata, "Orang muda dapat meninggal dunia, orang tua harus."
Alkitab juga mengingatkan: "... sama seperti manusia ditetapkan untuk
mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi" (Ibrani 9:27).
Kematian
adik perempuan Anda datang pada usianya yang masih muda. Giliran Anda
pun akan tiba sebelum Anda mengetahuinya. Kematian selalu datang terlalu
cepat. Kita dirancang untuk menikmati kekekalan.
Ketika kematian
datang, kadang-kadang kita mengepalkan tinju kepada Tuhan dalam
keputusasaan. Alangkah buruknya perbuatan tersebut. Tuhan juga membenci
kematian. Ia bahkan lebih membencinya daripada Anda atau Bapak sendiri.
Jika
Anda menanggapi kematian adik Anda dengan serius, seperti yang Anda
rasakan, perkenankan hal itu membawa Anda jauh lebih dekat kepada Tuhan
dan rencana-Nya bagi Anda. Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa.
Ia menghendaki semua orang berpaling kepada-Nya dan menerima kehidupan
kekal yang ditawarkan-Nya. Dari Alkitab, kita mengetahui: "Sebab upah
dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23). Terimalah pemberian-Nya pada
hari ini juga.
Diambil dari:
Judul buku: Pertanyaan yang Sulit Akan Dijawab oleh Luis Palau
Judul artikel: Pasal 23
Pengarang: Luis Palau
Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar