Minggu, 20 April 2008

ASAL BUNYI

ASAL BUNYI

“Aku mau menyanyikan syukur bagiMU”(Mzm 30:13)

Beberapa tahun lalu, di saat aku belajar di sebuah Sekolah Alkitab, kami biasa mengadakan chapel (ibadah pagi bersama) sebelum masuk ke kelas untuk belajar. Pagi itu sebelum chapel aku masih memiliki waktu luang hingga kugunakan untuk mencuci pakaian kotor yang sudah menumpuk. Sebab saat kulihat langit tampaknya udara cerah dan akan panas. Puji Tuhan, semuanya dapat beres sebelum waktu chapel.
Saat kami beribadah pagi itu, kami menyanyi dengan penuh sukacita. Kami menaikkan pujian lama yang sudah tidak asing lagi,” Kami bawa pujian ke dalam rumah TUHAN….” Di saat kami asyik menaikkan pujian, kulihat udara di luar berubah menjadi mendung, langit nampak hitam pekat menutupi keceriaan pagi. Tanpa sadar pikiranku tertuju pada cucianku di halaman samping. Mulutku tetap menyanyikan pujian tersebut namun otakku berpikir keras,”Bagaimana dengan cucianku…oh..basah deh!” Ada perasaan tidak enak dalam diriku, sebab ternyata teman-teman di dekatku memandangi diriku. Kupikir apa yang aneh? Sampai kutersadar, ternyata selama beberapa menit, aku menyanyi lagu tersebut dengan lirik yang salah,”Kami bawa cucian ke dalam rumah TUHAN…” Oh, malunya diriku.
Dalam kehidupan kita pun sering kali, dengan sadar mengetahui sebagian dari kebenaran Firman Tuhan. Entah setelah mendengarkan khotbah di gereja, atau melalui radio atau TV atau saat membaca buku rohani dan lain sebagainya. Namun seringkali kita melupakannya dan tidak menjadi bagian kehidupan kita. Mengapa? Sebab pandangan mata kita tertuju pada hal yang lain.
Sering dan aktif dalam tiap program gereja itu baik, namun itu tidak dapat menjadi tolok ukur pertumbuhan kerohanian kita. Tuhan mencari orang-orang yang taat dan senantiasa mencari wajahNYA setip hari bahkan setiap saat. Hingga apa pun yang kita lakukan dan katakana menjadi suatu dupa yang berbau harum di hadapanNya. Bukan asal bunyi dan sibuk saja.
Aktif melayani dan beribadah sebagai ritual agamawi itu baik, namun ada saatnya Tuhan mau kita untuk duduk diam dan mengoreksi kehidupan kita untuk dapat lebih maju bertumbuh lagi di dalam Dia. Lihatlah peristiwa Marta sibuk melayani Yesus. Apakah sibuk melayani Yesus salah? Tidak, namun jangan sampai pelayanan yang menjadi “tuhan” kita. Kita perlu seperti Maria, duduk dulu di kaki Yesus, belajar dari Dia, menyelaraskan hati kita denganNya, dan lalu baru mulai melayani seperti Dia. Saat teduh setiap hari adalah suatu kewajiban yang penting, seperti tubuh membutuhkan asupan makanan atau kendaraan bermotor membutuhkan bensin. Kita juga butuh Tuhan setiap saat untuk menuntun hidup kita dan menjadi dampak bagi keluarga, saudara seiman dan lingkungan dimana kita ada.

DOA: Tuhan, tolong kami untuk senantiasa melekat padaMU.

FT: Lukas 10:38-42

Tidak ada komentar: