Senin, 14 Januari 2008

SAAT IMAN DIUJI



SAAT IMAN DIUJI
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak….kami tidak akan memuja dewa tuanku (Daniel 3:17-18)
Pada pertengahan September 1997, saya baru saja pulang pelayanan. Setelah berbulan-bulan pelayanan keliling, ada kerinduan yang besar untuk menjumpai mama di kota Bandung. Mama merupakan sosok wanita yang saya amat kasihi sebab sejak kecil kami telah ditinggalkan oleh papa. Sampai saat saya bertumbuh remaja, mama akhirnya menikah lagi.
Saat saya pulang dan membuka pintu, ayah tiri saya datang menghampiri dengan wajah sendu dan tatapan yang nanar. Ia segera mengajak saya duduk di ruang tamu dan dengan terbata-bata menceritakan bahwa mama didiagnosa menderita kanker payudara stadium akhir. Dokter mengatakan bahwa waktunya sudah tidak lama lagi. Pagi itu rasanya bumi yang saya pijak bergoncang. Mengapa hal ini bisa terjadi pada kami? Setelah kami sekeluarga lahir baru dan mulai bersama-sama melayani Tuhan. Mengapa Tuhan?
Meskipun pertanyaan itu memenuhi benak, saya melangkah memasuki kamar tidur dimana, mama terbaring disitu. Wajahnya tersenyum menyambut saya, ia memeluk, mencium dan menanyakan bagaimana keadaan saya. Wajahnya memancarkan semangat hidup dan sukacita. Tidak ada ketakutan di wajahnya meski telah didiagnosa kanker stadium akhir. Setiap orang yang datang menjenguk, mama sapa dan senyumannya senantiasa menghiasi wajah. Ketika orang-orang yang datang heran dengan sukacitanya, mama selalu menerangkan bahwa baik hidup atau mati, tidak masalah baginya. Sebab hidupnya adalah milik Tuhan Yesus, dan bahagia dapat bersama Tuhan dan Juruselamatnya dimanapun ia berada.
Saat mengetahui kondisi mama, segera saya berdoa puasa dan beriman bahwa Tuhan akan mengadakan mujizat kesembuhan ilahi. Saya segera mengirimkan berita kepada rekan-rekan pelayanan dan semua orang percaya yang saya kenal untuk kesembuhan mama. Saya tidak rela mama meninggalkan kami sekeluarga.
Beberapa hari kemudian, saat sedang berdoa dan membaca Alkitab, saya merasa dalam hati Tuhan berbicara,” Bila Aku memanggil pulang Mama-mu, apakah kau akan tetap mengasihi dan melayaniKU?” Saya tidak bisa langsung menjawab pertanyaan itu. Ingin rasanya segera membuang pemikiran itu. Tapi pertanyaan itu terus datang, sampai akhirnya saya menyerah pada Tuhan. Tetesan air mata membasahi wajah, berat rasanya bila harus kehilangan mama. Namun bila ini memang sudah waktunya mama untuk kembali ke pelukan Bapa Surgawi, saya harus rela.
Beberapa hari kemudian, kami membawa mama ke rumah sakit karena kondisinya kritis. Sampai akhir hayatnya tidak pernah saya dengar keluhan rasa sakit, saya percaya ini suatu mujizatNya bagi mama. Meski mama sudah tidak ada bersama kami tetapi ia sudah ada di tempat yang terbaik.
Saya tidak tahu apa yang saat ini menjadi masalah anda saat ini. Mungkin anda juga bertanya-tanya mengapa hal ini menimpaku. Segala sesuatu yang terjadi ada tujuan Tuhan. Kita mungkin saat ini tidak dapat mengerti, tapi pada saatNya pengertian itu akan datang. Tetaplah teguh dalam Tuhan sebab Dia itu setia dan baik dalam segala keadaan.

Tidak ada komentar: