Jumat, 11 Januari 2008

This is My Story (Sebuah Kesaksian Hidup)



Hai nama saya, Dave Broos, terlahir di kota Bandung, 24 September 1969. Nama saya terdengar asing mungkin di telinga orang Indonesia. Mengapa sedikit asing terdengar, apakah saya orang "bule"? Tidak sepenuhnya benar, namun saya adalah anak peranakan, mama saya adalah seorang peranakan Belanda-Ambon sedang ayah kandung saya merupakan keturunan Tionghoa. Sejak saya berada dalam kandungan mama, pria kekasih mama yang seharusnya jadi papa saya telah melarikan diri dengan wanita lain…oleh sebab itu saya adalah anak yang lahir di luar pernikahan. Orang menamakan anak-anak yang terlahir seperti saya sebagai "anak haram". Suka atau tidak itu merupakan bagian hidup yang tidak dapat disangkali dan dihindari. Oleh sebab itu nama keluarga yang saya sandang adalah nama keluarga mama. Di rumah saya biasa dipanggil Dave. Meski saya dibesarkan hanya oleh mama saja tetapi hidup saya tidak begitu buruk sebab di rumah ada opa dan oma ditambah adik mama saya, seorang oom yang keren.Namun semua mulai berubah ketika opa meninggal dunia, oma saya pindah ke negeri Belanda dan mama menikah. Saat itu usia 10 tahun, saat mama menikah dan saya mengalami "shock" dengan cara papa tiri saya membesarkan saya. Nilai-nilai dalam melihat kehidupan dan cara membesarkan anak sangat berbeda dengan pola yang selama ini saya dapat dari oma. Ya, saya lebih dekat dengan oma, sebab mama saya harus bekerja di sebuah perusahaan farmasi, PT Tempo. Hingga timbul pemberontakan dalam diri saya, sebagai contoh oma saya tidak pernah mempergunakan kata-kata negative dan cara-cara negative saat beliau marah dan hendak mendisiplin saya, namun "papa" melakukan hal-hal seperti itu, seperti mengatai saya "anak haram jadah" atau "anak berandalan" dll. Saat itu saya marah dan kecewa pada mama, namun tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Sebelum oma saya pergi meninggalkan kami, saya dikenal anak yang penurut, tidak suka kekerasan dan selalu berpegang pada tata tertib/peraturan baik di rumah maupun di sekolah namun setelah pernikahan mama itumerupakan "turning point" hidupku masuk ke dalam dunia yang kelam akibat kekecewaan terhadap orangtua.Saat itulah saya mulai menerima ajakan teman-teman saya di kelas untuk mulai merokok, melihat gambar porno, ikut berkelahi dengan sekolah yang bertetangga dengan sekolah kami, mulai coba menegak minuman keras….itu semua saya lakukan di kelas 5 SD (SD Pardomuan).Memasuki usia remaja, saya malah mulai bergaul dengan teman-teman yang salah, anak-anak yang juga terluka hatinya terhadap ortu. Hal-hal agamawi merupakan hal yang paling membosankan dalam hidupku saat itu sebab saat itu saya bersekolah di SMPK Bahureksa dan SMAK Dago alias sekolah Kristen. Saat SMP setiap hari ada renungan pagi di aula dan saat SMA seminggu sekali ada renungan bersama. Namun urusanmengenai Tuhan sama sekali tidak ada dalam benakku, mengapa? Sebab saat itu saya berpikir untuk apa memperdulikan Tuhan sebab Ia hanya perduli pada keluarga yang baik-baik saja, sedang saya hanya anak yang terlahir tanpa disengaja.Kenakalan remaja berubah menjadi terlibat kejahatan saat saya bergabung dalam geng Moonraker. Terperosok dalam lembah hitam yang lebih dalam, tidak pernah terpikirkan seumur hidup saya untuk terlibat dalam bermacam tindak criminal dan kekerasan tetapi itulah yang terjadi. Berulang kali berurusan dengan pihak berwajib, ditahan di dalam sel bui yang pengap, masuk rumah sakit karena keracunan obat-obatan daftar G, tertusuk saat tawuran dan masih ada sederetan keberingasan yang saya buat saat itu. Membuat hubungan saya dengan ortu semakin renggang berulang kali saya diusir dari rumah oleh papa. Beliau sudah memberikan ultimatum pada saya dia tidak mau mendengar ada laporan dari polisi atau insiden yang menyebabkan saya masuk rumah sakit. Dan semua itu saya langgar, dan ia marah besar. Oleh sebab itu saya diusir dari rumah olehnya dan suatu saat mama yang biasanya mencari saya di jalanan pun ikut mengusir saya. Hingga saya ditampung di rumah adik dari oma saya, sampai saya lulus SMA di tahun 1988.Memasuki dunia perkuliahan tidak otomatis membuat saya berubah, saya makin menjadi-jadi dengan geng saya yang saat itu tengah "panas" dengan sebuah geng lain di kota kami, XTC.Pada tahun 1990, ada seseorang entah siapa yang mengikutsertakan saya pada sebuah kursus Alkitab mengenai Injil Yohanes. Saat itu saya mulai mengerti apa yang Tuhan kehendaki, meski masih samar-samar, dan untuk urusan agama saya gengsi saat itu untuk bertanya pada siapapun. Tetapi Tuhan punya cara saja , entah nanti ada teman memberikan traktat, dapat mimpi yang aneh, dijamah melalui lagu rock dunia hingga suatu hari di awal Maret 1991, saya mulai berpikir dan merenungkan kembali mengenai jalan hidup saya mengapa terjerembab jauh sekali di dalam lembah kekelaman. Satu hal yang saya sadari adalah mengapa saya seperti ini? Adalah saya membutuhkan seseorangyang MENGASIHI saya, mau MENERIMA saya apa adanya, PERCAYA pada saya dan MENDUKUNG saya dengan berjalan BERSAMA dan MEMBERIKAN TELADAN.Tanggal 28 Maret 1991, saya mengunjungi sebuah KKR yang dilayani oleh Pdt. Yeremia Riem (alm), di saat itulah saya sungguh-sungguh mengalami jamahan Tuhan, saya menyadari kebutuhan saya akan seorang Juruselamat dan TUhan, dan terlebih lagi saya melihat semua criteria itu ada pada Yesus. Pada hari itu, saya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.Saat saya bertobat tidak ada seorangpun yang percaya akan hal itu termasuk orangtua saya. Sudah terlalu banyak dusta dalam hidup saya hingga orang tidak yakin akan pertobatan saya. Hingga saya memutuskan pada bulan Oktober 1991 untuk pindah ke kota Surabaya dan memulai hidup baru.Di kota Surabaya saya menyerahkan hidup saya untuk melayani Tuhan Yesus sepenuh waktu. Memulai pelayanan sebagai koster gereja karena dicurigai jemaat hingga akhirnya menjadi dipercaya sebagai gembala kaum muda sampai tahun 1994. Tuhan mulai membentukku di tempat ini sebagai hambaNya di GBI Pondok Daud yang saat itu digembalakan oleh Pdt Yulius Hetharia. Aku belajar menjadi seorang “hamba” sebab dulu aku terbiasa dilayani, belajar arti mengasihi dan panjang sabar pada saudara seiman maupun orang yang belum percaya, dan masih banyak hal yang dasyat dalam pembentukkan. Pada pertengahan tahun 1993, untuk pertama kalinya Tuhan mengizinkan aku untuk masuk sebuah lembaga pendidikan Alkitab di Lawang Bible Training Center, untuk mengikuti program Pemuridan Khusus. Saat gereja tidak dapat memberikan dana pendidikan, Tuhan membuka sebuah jalan bagiku untuk dapat membayar semua biaya yang diminta. Sebelum berangkat, tiba-tiba anak-anak pemuda membelikanku semua perlengkapan harian. Aku sangat terharu melihat cara pemeliharaan Tuhan yang heran. Selama dalam pembentukkan satu bulan itu, kudisadarkan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang hidup dan Ia sungguh nyata kuasaNya.
Tahun 1995, saya mengikuti pendidikan Discipleship Training School dari Youth With A Mission di Jakarta. Sekali lagi dengan cara yang mengherankan Tuhan menolong saya mengikuti pendidikan Alkitab selama 6 bulan ini. Saat kuberdoa dan Tuhan menyatakan bahwa Ia menghendaki aku masuk program pendidikan DTS, Ia juga menggerakkan orang-orang disekitarku untuk mencukupi segala biaya pendidikankku tanpa sekalipun aku minta tolong pada orang-orang tersebut, yang lebih mengherankan salah satu orang yang memberkatiku adalah seorang kaum Kedar. Di tempat inilah aku belajar untuk lebih peka mendengar suara Tuhan, mentaatinya dan mengenal isi hatiNya, yaitu jiwa-jiwa terhilang. Tuhan membawaku dan rekan-rekan setimku untuk melayani jiwa-jiwa di kepulauan Maluku dan itu merupakan pengalaman yang dasyat. Bagaimana Tuhan memelihara kami dan menjamah jiwa-jiwa yang terbelenggu, terluka, melihat kaum Kedar diselamatkan dan gereja Tuhan mengalami kebangunan rohani. Di tempat itulah saya bertemu dengan seorang kakak rohani bernama Kak Nona (ia director DTS) dan ayah & ibu rohani Ps. Christopher K & Vijaya.Tahun 1996, saya sempat mengikuti pendidikan di Institut Theologia Gamaliel Tasikmalaya selama satu semester. Lalu Tuhan menegur saya mengenai motivasi masuk ke sekolah theologia tersebut. Setelah saya pulang dari Maluku dan lulus dengan nilai baik dari DTS. Ada dua berita suka maupun duka. Berita suka adalah mama saya lahir baru, puji Tuhan. Ia cinta Tuhan, dibaptis, berjemaat di GISI Eben Haezer Bandung dan terlibat pelayanan juga di sana. Namun berita dukanya adalah mama sakit kanker payudara dan kami tidak memiliki biaya untuk berobat. Mama saya mengatakan bahwa bila Tuhan berkehendak menyembuhkannya, ia akan sembuh namun bila mana Ia berkehendak lain, mama akan tetap setia melayani sampai akhir hayat. Ia tidak ingin diriku terbeban. Lalu timbullah ide baikku dengan berpikir seandainya aku jadi pendeta gereja besar atau bergabung dengan pelayanan besar tentu aku akan dapat membiayai pengobatan mama-ku. Saat itu salah satu “idola rohani”ku adalah Bpk Pdt Yulius Ishak dan putranya Pdt Rubin Adi. Jadi ide baikku saat itu adalah bergabung dengan STT yang beliau kelola dan lalu menjadi staf penggembalaan beliau. Namun ide baikku belum tentu ide Tuhan. Di Tasikmalaya Tuhan menegurku dan lalu aku mengundurkan diri untuk mengikuti pendidikan Basic Leadership School dari Youth With A Mission di Lawang, yang dipimpin oleh Ibu Yulianti Liemarto. Tadinya aku bergumul dan menyatakan bila ini merupakan kehendak Tuhan biarlah ada 3 orang YWAM yang menghubungiku di Tasikmalaya. Luar biasa 5 orang YWAM menghubungiku sebagai sebuah peneguhan TUhan, pada hambaNya ini. Akhirnya aku menjadi staf Discipleship Training School di YWAM Lawang dan bersama rekanku Debora Saragih membawa tim untuk melayani di Pasuruan, Probolinggo, Pulau Madura dan Pulau Bali. Dan juga membawa tim-tim praktek dari luar negeri berkeliling ke beberapa kota dan desa.
Pada bulan Agustus 1997, aku pulang ke rumah dengan sebuah kesukaan besar dari ladang pelayanan setelah melihat seorang Madura diselamatkan dan mengalami mujizat kesembuhan di pulau Madura setelah kami menyetel film JESUS.
Saat aku membuka pintu rumah, aku disambut papa dengan wajah yang sendu dan mengabarkan mama sudah terkena kanker stadium 4. Aku cukup terpukul meski saat kumemandang wajah mama, tidak nampak sedikitpun rasa takut ataupun cemas. Wajah mama tetap ceria seperti biasanya, menanyakan bagaimana pelayananku dan ia bilang kalau Tuhan masih menambah usianya dan mengadakan mujizat, ia akan pergi pelayanan berkeliling bersamaku. Setiap hari kami sekeluarga berkumpul, membaca Firman Tuhan, dan bersehati dalam doa untuk kesembuhan mama.
Sampai salah satu senior dari YWAM Maluku, Bpk Paul Tapilatu datang mendoakan dan ia memberikan ayat Firman Tuhan dari Daniel 3 mengenai Sadrakh, Mesakh dan Abednego dihadapan patung emas Nebukadnezar sebelum pergi meninggalkan kami.
Aku keesokkan harinya merenungkan ayat 17 dan 18,” Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu….tetapi seandainya TIDAK……kami tidak akan memuja dewa tuanku….” Kata tidak dalam ayat itu tiba-tiba menghujam hatiku, kalau seandainya mama tidak sembuh sebab memang saatnya sudah tiba sekarang baginya pulang ke rumah Bapa, apakah aku akan meninggalkan TUhan…akankah aku kecewa padaNya? Aku sempat termenung cukup lama sebelum aku menjawab bahwa aku siap apapun yang terjadi aku akan tetap setia melayani Dia. Pada tanggal 7 bulan September 1997, mama pulang ke rumah Bapa dengan tenang, semua orang heran melihat ketenangan, sukacita dan kasih yang terpancar melaluinya sampai detik terakhir hingga banyak orang tak percaya bahwa mama menderita kanker stadium 4.
Setelah kematian mama, aku masih tetap melayani di YWAM Lawang dan mendapatkan pemulihan Tuhan sambil membantu pelayanan pemuda di GISI Eben Haezer Bandung yang digembalakan Pdt. Edo Lantang.
Pada Februari 1998, TUhan membawa saya merintis sebuah jemaat bernama GKB Cinta Kasih Bangsa (Indonesian Christian Center) dan yayasan sosial bernama Yayasan Pelayanan Cinta Kasih Bangsa di Surabaya dan Gresik bersama salah satu mentor kami, menggembalakan jemaat dan memimpin yayasan tersebut sampai pada Februari 2005. Suatu hal yang tidak pernah terpikirkan dalam diriku menjadi seorang gembala sidang dan memulai pelayanan sendiri. Jemaat kami adalah orang-orang menengah ke bawah, tepatnya kaum terbuang. Para mantan anak nakal, wanita panggilan, mantan napi, petani, buruh pabrik, dan kaum yang selama ini jarang dilirik oleh gereja pada umumnya. Dan terlibat dalam pergerakan pelayanan penanaman gereja rumah di Indonesia, kami telah mengirim tim-tim pelayanan ke Aceh, Bengkulu, NTB, Madura, Pasuruan/Tengger. Membuat sekolah sekolah pelatihan pemuridan Dare To Change dan pelatihan missi Equipping Training and Strategy dan juga School of Prophet and Prophetees. Ini merupakan hal-hal yang di luar akal dan pemikiranku. Visi gereja kami saat itu adalah menjangkau suku terabaikan dan orang belum bergereja di Indonesia. Setelah “timing” kami selesai, kami menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan gereja yang telah kami rintis pada anak-anak rohani yang telah dimuridkan selama ini. Perkembangan gereja kami tidak luput dari tubuh Kristus di Singapura yang digerakkan Tuhan untuk membantu penanaman gereja kami dan juga aksi sosial kami. Ketika anggota tubuh Kristus yang berada dekat kami menutup diri, Tuhan menggerakkan bagian tubuhNya yang lain untuk sama-sama memperlebar Kerajaan Tuhan dan berdampak nyata bagi dunia.Pada Agustus 2005 kami berjemaat dan membantu perkembangan Gereja Oikos Indonesia (GO) Surabaya, yang digembalakan Penatua Johanes Harijanto dan menjadi bagian dari tim kepemimpinan pemuda hingga Juni 2007.
Pada bulan Juni 2007 kami sekeluarga telah diutus oleh GO Surabaya dan pindah ke kota Bandung dan memulai pelayanan yang baru, The Eagles Nest Ministries. Tuhan memberi hati pada kami sekeluarga untuk melayani mereka yang membutuhkan pemulihan dan mau untuk dimuridkan. Kerinduan kami merintis dan melayani komunitas yang terbuang dan tak berpengharapan.
Visi pelayanan kami adalah memberitakan kabar baik, memuridkan dan mengutus setiap anak Tuhan untuk “menjadi” gereja dimanapun mereka berada.
Misi kami :
Memperkenalkan pengharapan dan kasih Bapa surgawi pada dunia terhilang.
Memulihkan dan memuridkan mereka yang berkomitmen untuk bertumbuh dalam Kristus.
Melatih dan mengutus murid Kristus sebagai agen perubahan ke seluruh dunia.
Melihat terang Tuhan bersinar dimana-mana menerangi dunia sampai Tuhan datang kembali.
Kerinduan kami yang terdalam melihat mereka yang terhilang diselamatkan dan dipulihkan, dimuridkan, membentuk komunitas yang bermultiplikasi dan Kerajaan Tuhan diperlebar memancarkan terangNya.Saya menikahi Novie Durant pada Agustus 1999. Dimana sekali lagi Tuhan mengadakan banyak mujizat dan pertolongan dan pernikahan kami. Bagaimana Ia mempertemukan kami dan meneguhkan pernikahan tersebut di tengah kesibukan pelayanan. Dari pernikahan ini kami dikaruniai dua orang anak yang lahir di Surabaya, Philip Broos lahir 21 Juli 2000 dan Regina Broos (alm) lahir tanggal 11 April 2005, yang berpulang ke Rumah Bapa sejam kemudian setelah dilahirkan akibat praeklamsi. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil.Inilah kisah hidup saya , "sampah" ini bisa Tuhan ubahkan, jadialatNya dan bahkan lebih lagi dijadikan sebagai anakNya. Ia bisa dan mau mengasihi semuanya termasuk anda. Dan Ia pun mau memakai anda, namun maukah anda? God bless you all.Dave Broos
Bila anda membutuhkan pelayanan kami atau sekedar ingin bersahabat /sharing silahkan hubungi :
HP : 081330135643 (cp Dave Broos)
Atau email davebroos@yahoo.co.uk
Ingin bertumbuh lebih lagi, silahkan masuk ke blog kami dan website para rekan sekerja kami.
http://renungandave.blogspot.com/
http://gerejaperjanjianbaru.blogspot.com/
http://davebroos.blogspot.com/
http://www.shaddowcross.com/
http://www.roberfitts.com/
http://www.dawnministries.org/
http://www.jonathanpattiasina.com/
http://www.corneliuswing.com/

1 komentar:

Unknown mengatakan...

KESAKSIAN ANDA SANGAT MEMBERKATI SAYA..TUHAN MEMBRAKTI ENGKAU DAN KELUARGAMU DENGAN MELIMPAH2..HALLELUYAH!!!